15. Girls time

96 26 1
                                    

Udara sejuk pagi ini, biasanya Aku akan menikmati dengan tidur setengah hari, bila perlu seharian tapi karena sahabatku menginap dengan embel-embel girls time itu Aku terpaksa bangun pagi, bahkan lengkap dengan pakaian training serta sepatu olahraga

Entah semangat menggebu dari mana, mereka mengajakku joging pagi keliling komplek, aku tidak suka bagian ini

"Thea jadi udah dapat lampu hijau apa gimana ni, udah dinner aja" senggol Jovita membahas kejadian kemarin

"omg, si Ell beras itu gercep juga, bisa banget tuh alasannya" sahut Lidya terkekeh mengingat ceritaku

Aku mendengarnya menghela nafas, sekian banyak pria kenapa dia? Aku tidak menyukai pria famous, lebih tepatnya aku tidak suka menghabiskan waktu untuk berdebat dengan fans tidak jelas nya itu

"lagian siapa sih yang ga suka Thea? The problem is emang lu suka dia The?" tanya Maddi, lalu yang lainnya melihatku menunggu jawaban

"he is not bad at all, tapi gue ga suka cowok famous" keluhku

"bukan dia yang minta jadi famous kan Thea, lagian itu privilege tau" kata Jovita

"iya makanya gue jaga jarak"

Kami melanjutkan jogging yang sempat tertunda itu, kemudian berhenti ditaman dekat komplek untuk sekedar beristirahat sekaligus memotret beberapa foto

"Thea itukan om Candra" kata Lidya menunjuk ke arah kedai kopi disebrang kami

Aku ikut melihat arah pandang Lidya dan benar saja Candra ada disana, tapi tunggu satu pria mengikuti Candra keluar dari sana

"Juna?"

...

'Rendezvous' kata itu terukir di dinding menandakan tempat tersebut merupakan markas Rendez, sesuai namanya yang berarti pertemuan, Rendez adalah penyatu mereka yang memiliki latar belakang berbeda, diterima baik bahkan ketika mereka tidak dimanusiakan oleh manusia lain

"kita mungkin butuh polisi untuk kasus ini"

"berapa minggu ini, hasilnya tetap aja, nihil, pelaku main bersih" sambung Arsen

"mungkin gak? pelakunya bukan anak geng motor atau preman seperti dugaan?" tanya Juna

"emang siapa lagi yang punya dendam sama Raga?" tanya Arsen

Ell sibuk memikirkan siapa pelakunya, apa motif orang itu menyerang Raga

"orang ini pasti pintar, kita gak bisa lengah" peringat Ell

Juna maupun Arsen mengangguk setuju dengan perkataan Ell, Ell tetap berkecamuk dengan segala kemungkinan yang ia pikirkan

"Ell, kan lu paling tau bang Raga, coba lu inget-inget musuhnya siapa aja" masukan dari Arsen mengheningkan ruangan itu

"kayanya lu bener Sen, kita bawa aja kasus ini ke pihak yang berwenang, harus diusut tuntas"

"tapi ga ada saksi dilokasi, gue udah cek sama anak-anak, lagian bang Raga ga punya keluarga lain kan?"

Menimba-nimba perkataan Arsen ada benarnya, hingga Ell teringat akan sesuatu "dia punya keluarga yang bisa aja kita minta tolong buat jadi pihak pengadu, tapi hubungannya kurang baik"

"lu kenal?"

"kaga, ntar gue cari tau"

...

Teman-temanku masih bersantai diruang keluarga, kulihat arloji yang tergantung didinding menunjukkan pukul 13.00 Wib

"kalian ga ada rencana buat kesekolah besok bareng gue kan?" tanyaku melihat mereka nyaman saja bersantai disana tanpa ada pergerakan untuk sekedar izin pamit, loh bukannya aku mengusir ya tapi lihatlah mereka, sudah lebih dari rumah sendiri

[✓] Teruntuk, Ell BaresWhere stories live. Discover now