22. Kaca lobi

82 18 3
                                    

Lidya membentang 2 helai scarf di atas rumput taman belakang sekolah, Maddi ikut mengatur beberapa buah serta cemilan, aku dan Jovita hanya bertukar pandang melihat keduanya.

"piknik disekolah?" tanyaku.

Lidya dan Maddi segera duduk disalah satu sudut scarf "iya dong, ada yang salah?" tanya Lidya.

"ya salah lah, piknik kok disekolah sih" kata Jovita.

"udah duduk aja, lihat bangku ga ada yang kosong Jop" kata Maddi yang sudah mulai memakan sandwich strawberry dihadapannya.

"kita jadi pusat perhatian tau" kataku melihat tak jarang orang menatap kami aneh.

"yaudah sih bodoamat, cepetan duduk!" kata Lidya geram.

Aku dan Jovita akhirnya ikut duduk bersama mereka, mulai mengobrol hal yang tidak jelas, a sampai z bahkan dibahas, dari pada piknik menurutku ini lebih cocok disebut forum gibah.

"iya parah sih itu kan kalau emang.."

"Loh!!" kagetku melihat jam sudah 10 menit menuju bel masuk pelajaran.

"apasih Theaa bikin kaget aja" kata Jovita.

"au ni, keselek kan gue" protes maddi lalu langsung meneguk air disana.

Aku buru-buru bangun dari tempat duduk "gue harus balikin buku, udah nunggak tiga hari, duluan yaa" aku segera berlari ke kelas mengambil buku untuk ku kembalikan ke perpustakaan.

...

Aku mengatur napas ku sambil mengusap dada "huh gila ya, kaya dikejar apaan gue."

"minum dulu" kata seseorang disebelahku membuat ku menoleh melihatnya.

"gapapa dikelas aja" kataku mulai berjalan menjauh dari pustaka.

Bagas menyusulku, menyamakan langkah kami "gue tau lu cape, terima aja apa susah nya" kata Bagas menaruh botol air itu digenggamanku.

Aku yang tak ingin berdebat menerima saja "thanks."

"thanks doang, diminum, gue ga naro racun Thea."

"gada yang bilang lu kaya gitu, atau memang ada?" kataku curiga.

"ngapain juga gue racunin lu."

Aku tak mengubris perkataannya, mendengar bel sudah berbunyi kupercepat langkahku, aku terlalu lelah jika harus berlari lagi ke kelas.

Melihat Bagas yang terus saja mengikutiku, apa anak ini tidak masuk kelas atau bagaimana pikirku.

"lu ngapain?"

"mau ngantar lu ke kelas, ngapain lagi?"

"gue bukan anak paud yang diantar ke kelas Gas, sana."

Bukannya pergi ia malah menghalangi jalanku "apa?" tanyaku "udah telat ini."

"lu ngehindar dari gue ya? Gue gatau ini perasaan gue atau gimana, lu ngejauh."

Aku memutar bola mata malas mendengarnya, "Gas bukan waktunya ngebahas gituan, minggir."

"kalau lu ngehindar karena ucapan gue waktu itu gue minta maaf."

"gue suka sama lu itu urusan gue, lu suka atau engga ke gue itu urusan lu, gue ga peduli asal lu engga ngehindar buat mikir mungkin gue bakal ga suka lu lagi."

[✓] Teruntuk, Ell BaresWhere stories live. Discover now