19. Ikhlas?

99 23 1
                                    

"abang.." panggil Trisha sambil mengetuk pintu kamar putra sulungnya

Trisha tidak melihatnya sejak pagi, sedang mogok makan atau apa anak ini pikirnya

"abang ga buka bunda masuk ni" masih tak ada jawaban dari dalam

Trisha memutar kenop pintu itu, melihat kedalam, Ell terduduk di balkon kamarnya, menatap dalam ke arah langit

"dipanggilin daritadi, ayo atuh makan, bunda masak makanan kesukaan kamu"

"bun, kalau aku meninggal bunda kebumikan di samping makam Raga ya, tanya aja temen aku pada tau"

Mendengar perkataan Ell yang ngawur itu, Trisha mencubit lengannya

"siapa yang mau meninggal?! Kamu teh kalau ngomong suka asal"

"umur gada yang tau bun"

"yaiya, udah ngomongin ajal tu kalau siap amal, bunda kasih kultum mamah dede aja kamu kabur"

"astaghfirullah bunda, Allah menutup aib aku, bunda malah buka"

"sebelah mana bunda buka? Ini kamar kamu bukan tempat public, meuni aneh pisan punya anak"

"bunda lupa dinding bertelinga? Bisa bicara pula"

Trisha berusaha sabar "buruan turun, keburu dingin nanti lauk nya" kata Trisha meninggalkan Ell yang melanjutkan kediamannya

Ell harus berdiri dengan kaki nya sendiri, mengikhlaskan kepergian Raga, orang yang telah memberinya alasan untuk menghargai lebih banyak orang, bersyukur atas apa yang dia punya, karena tidak semua orang beruntung, beberapa dari mereka bahkan tidak punya pilihan untuk sekedar memilih apa yang mereka mau, karena semesta seakan memberi hal yang mau tak mau, suka tak suka harus mereka terima

Ell mengambil napas dalam dalam menghembus napas nya perlahan, bahkan ia belum sempat sekedar berterima kasih kepada Raga, atas semua yang Raga lakukan untuknya

"bang" kata Ell tanpa mengalihkan pandangannya dari langit "seneng ya lu disana, Allah udah ngabulin permintaan lu, thanks and sorry buat semua yang belum sempat gua bilang"

Ell kembali masuk setelah menutup pintu balkon kamar nya, menuruni anak tangga menyusul Trisha ke halaman belakang yang asik dengan beberapa tanaman

"bun abang izin mau keluar" kata Ell kemudian mencium puncak tangan Trisha

"loh kan bunda bilang makan dulu"

"nanti aja bun, penting ini" Kata Ell segera menghilang dari penglihatan Trisha

"ya Allah ini anakk"

Semoga Trisha tidak pernah habis kesabaran nya menghadapi Ell

...

Aku melihat sekitar, cuaca cerah sore ini dari pada berkeliling untuk sekedar mencuci mata aku lebih memilih pergi ke toko buku favoritku, membeli beberapa novel yang sudah kuincar beberapa bulan lalu

Setelahnya aku mengunjungi toko bunga, sekedar membeli bunga untuk kunjungan specialku hari ini

"mang, disini aja, Thea mau ziarah dulu" kataku agar mang Iwan tidak kelewatan

"oke neng, mau ditemenin gak?"

"gausah mang, ditunggu aja" yang dibalas acungan jempol oleh mang Iwan

Aku mengutip dedaunan kering disekitar makam, karena aku sedang berada disekitar sini. Kukunjungi sosok yang selalu ku banggakan, ia yang penuh kasih sayang, namun Allah jauh lebih sayang sehingga memanggilnya lebih dulu

[✓] Teruntuk, Ell BaresWhere stories live. Discover now