Della || Part 8

198 62 10
                                    

Della saat ini sedang berjalan dengan cepat memasuki kantor

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Della saat ini sedang berjalan dengan cepat memasuki kantor. Hari ini dia telat karena tadi bangun kesiangan. Hal ini dikarenakan, semalam Della tidur dirumah sakit bukan dirumahnya.

Della keluar dari lift dengan segera, dia melangkahkan kakinya dengan lebar menuju ruangan bosnya yang sekarang sudah menjadi ruangannya juga.

Cklek..

Della membuka pintu, hal pertama yang dia lihat adalah Darren yang tengah duduk di kursi kebesarannya seraya mengutak ngatik laptopnya.

Della melihat jam tangannya, dia memejamkan matanya erat.

"Kamu telat", ucap Darren tanpa melihat Della.

"Maaf Pak", jawab Della sambil masuk kedalam.

Darren mendongak, menatap Della yang kini sudah berdiri di sampingnya.

"Kenapa?", tanya Darren menatap Della.

Della mengernyit, "Kenapa?", jawabnya malah balik bertanya.

Darren berdecak, "Maksud saya kenapa kamu telat", ulang Darren memperjelas pertanyaannya.

"Maaf Pak, semalam saya tidur dirumah sakit", jawab Della dengan jujur.

Darren mengangguk angguk. "Kenapa gak tidur dirumah?".

"M-mm, karena saya harus menemani teman saya Pak", jawab Della.

"Bukannya dia sudah ada yang menemani?", tanya Darren yang mengetahui semuanya.

Della mengangguk, sudah dia duga jika semalam bosnya datang.

"Ini Pak saya mau mengembalikan jas Bapak, maaf belum saya cuci", Della mengeluarkan jasnya dari dalam tas.

Jadi, saat bangun pagi tadi Della dibingungkan dengan keberadaan jas yang sudah menutupi setengah tubuhnya. Namun saat dia menghirup aroma minyak wanginya dia langsung dapat menebak jika jas itu pasti milik bosnya.

"Gak perlu dibalikin", ucap Darren mendorong jas tersebut pada Della.

Della mengernyit tidak mengerti, "Maksud Bapak? Saya gak ada penyakit kulit kok Pak, Bapak bisa pake lagi jasnya", ucap Della.

"Bukan begitu, siapa tahu nanti kamu kangen sama saya, jadi kamu tinggal liat saja jas itu, iya kan?", jawab Darren menaik turunkan alisnya.

"Ha?", Della menganga ditempatnya. "Siapa juga yang bakal kangen sama Bapak", songong Della.

"Ya kamu lah siapa lagi", balas Darren tidak kalah songong.

Della mencebikkan bibirnya. "Jadi orang itu jangan terlalu kepedean Pak".

"Siapa yang kepedean", timbal Darren.

"Bapak lah siapa lagi", sahut Della meniru nada Darren tadi.

"Saya?", Darren menunjuk dirinya sendiri.

Della mengangguk cepat.

"Kenapa sama saya?", tanya Darren dengan menyebalkannya.

Della menarik nafasnya, tangannya terkepal dan giginya berdecit, sungguh bosnya ini menguji kesabaran.

"Bapak gak waras", cerca Della hendak pergi namun dengan cepat Darren menarik lengannya membuatnya tertarik kebelakang dan berakhir jatuh dipangkuan Darren.

Darren menatap Della begitupun sebaliknya. Posisi mereka saat ini adalah Darren yang duduk dikursi kebesarannya dan Della yang duduk menyamping dipangkuan Darren.

"Permisi Pak"

Darren dan Della tersadar. Mereka kompak melihat ke arah pintu dan mendapati Leana disana.

Leana yang melihat bos dan sekretarisnya dengan posisi yang bisa dibilang intim merasa jadi tidak enak sendiri.

"Maaf Pak saya menganggu", Leana hendak balik lagi tapi Darren menghentikannya.

"Gak papa, sini! Gak usah balik lagi!", ucap Darren.

Leana membalikkan tubuhnya dan berjalan dengan ragu ke arah Darren.

Della menatap Darren sekilas, dia hendak beranjak namun Darren memegang pinggangnya dengan erat, seolah tidak akan membiarkan dirinya pergi.

"Diam", bisik Darren ditelinga Della membuat Della bergidik ngeri.

Bukannya menyampaikan maksudnya, Leana malah menatap Darren dan Della bergantian.

"Dia sedang ingin bermanja manja sama saya", celetuk Darren melirik Della dengan senyumannya sedangkan Della melotot ke arahnya.

Leana hanya mengangguk seraya tersenyum kikuk.

"Ada apa?", tanya Darren tanpa melepaskan rangkulannya pada Della.

"Ini Pak, saya butuh tandatangan Bapak", Leana menyerahkan berkas yang tadi dibawanya.

Della membaca berkas tersebut lalu menandatanganinya.

"Makasih Pak, saya permisi", Leana keluar dari ruangan.

"Lepasin tangan Bapak", desis Della tajam.

Darren terkekeh mendengarnya. Dia melepaskan rangkulan tangannya.

Dengan cepat Della bangkit hendak beranjak tapi lagi lagi Darren menarik tangannya, kali ini bukan terjatuh dipangkuan Darren, tapi Della berbalik dengan tubuh menyondong kedepan membuat wajahnya begitu dekat dengan wajah Darren. Satu tangannya menempel pada meja dan satunya lagi memegang bahu Darren sebagai bentuk penahanan tubuh.

Darren mengangkat kedua alisnya ke atas dengan senyum menggodanya.

"Ck, mau Bapak apa sih?!", kesal Della tanpa merubah posisi.

"Mau saya kamu ambil dan bawa pulang jas saya", ucap Darren menyodorkan jas nya.

"Gak mau", tolak Della.

"Kenapa?", tanya Darren.

"Karna saya gak butuh", balas Della.

"Suatu hari nanti kamu akan butuh", timbal Darren.

"Gak akan", sahut Della.

"Terima gak?", tanya Darren dengan songong.

"Enggak!", tolak Della.

"Terima!", paksa Darren.

"Enggak mau!", kukuh Della.

"Terima atau saya ci*m?!", ancam Darren.

Della menelan salivanya susah payah, dia menatap wajah Darren yang hanya berjarak beberapa senti dengan wajahnya.

Dengan perlahan Della mengambil jas yang tertera di atas meja lalu menarik diri menjauh. Della lebih memilih jalan aman.

"Bisanya cuma ngancam", gerutu Della menghentakkan kakinya menuju meja kerjanya.

• • • • • • •

Kalau ada typo tandain ya :v

Spam next dong heheh☺🙂

Bye saranghae💜

Della {On Going}Where stories live. Discover now