Prolog

201 30 1
                                    

Seluruh mata berpusat pada gadis berjilbab segi empat tersebut. Bukan, bukan pandangan memuja karena buku barunya menyandang gelar best seller. Huh, lagi pula siapa yang akan membahas karya-karyanya setelah beberapa kali ia terkena skandal? Tapi semua orang memandang gadis itu remeh, beberapa ucapan sinis terlontar membuat gadis tersebut bingung. Berita apalagi yang mereka beberkan kali ini? Ah, memikirkan saja sudah membuat ia kesal setengah mati.

"Jadi ini anak mantan napi yang sekarang jualan batagor di perempatan cempaka?" Mendengar cibiran tersebut membuat emosinya tersulut.

"Maksud lo apa brengsek?!" teriaknya menggelegar.

Ansnata, gadis yang selalu bisa menyulut emosi siapa pun itu berjalan mendekat. Sebenarnya Viola sama sekali tidak masalah mau Ansnata berbicara apa pun tentang dirinya, toh setiap beredar kabar kurang baik tentang dirinya, Ansnata selalu membuat berita itu semakin menjadi-jadi, dan Viola sama sekali tidak mempermasalahkan hal tersebut. Tapi dalam konteks ini, Ansnata melibatkan Papanya.

"Denger denger bokap lo dagang batagor di perempatan cempaka," Ansnata terkekeh. Memandang remeh Viola.

"Kaitannya dengan hidup lo apa?"

"Lo tau kenapa gue benci banget sama lo?" desis Ansnata.

Viola tersenyum miring, menatap sinis ke arah Ansnata, "penting banget gue tau? denger, Ans. Suka atau tidaknya lo sama gue," sahut Viola dengan menekan setiap perkata yang ia ucapkan, "itu nggak bakal berpengaruh apapun di hidup gue," lanjutnya.

"Karena lo iblis," teriak Ansnata nyaring. "Kaya bokap lo, bokap lo iblis Viola," hardik Ansnata.

Plak

Viola menatap geram ke arah Ansnata. "Berhenti hina bokap gue brengsek, lo bahkan nggak tau apa pun tentang dia."

Kapal KertasWhere stories live. Discover now