PROLOG

293 80 63
                                        

15.15

Gweeny memandangi jam tangannya seolah ada yang dinanti.

"Tumben banget liatin jam terus, emang pulang sekolah mau ngapain?" tanya Davina mengaburkan pandangannya.

"Mau ada perlu, Vin."

"Belajar buat SBMPTN? Bareng-bareng aja belajarnya ihh.."

"Optimis aja bakal keterima SNMPTN. Toh kamu juga masih asik kencan sama Vito kan?"

"Males banget sebenernya, tapi mau gimana lagi kalo ngga di iya in ntar tambah posesif si Vito," gerutu Davina.

"Lagian ngga bosen apa tiap hari ketemu di sekolah trus malemnya masih kencan lagi haha.."

"Daripada jomblo kayak lo Gween," tiba-tiba Reva menyahut.

"Cari pacar sana lah Gween," Sella ikut menambahi.

"Prinsip gue pacar itu ngga usah dicari ntar kalo udah ketemu yang cocok ya pasti jadi," jawab Gweeny mantap.

"Jadi kesimpulannya gini, iya kalo ketemu trus iya kalo cocok. Kalo engga gimana? Mau jomblo sampe kapan?" goda Reva sambil tertawa.

"Sampe kalian yang gantian jomblo hahaa," canda Gweeny.

Masa putih abu-abu yang biasanya diisi dengan indahnya kisah cinta tidak berlaku untuk Gweeny. Naksir orang berujung patah hati. Giliran ada yang naksir, dia nya yang kurang srek. Akhirnya ia sibuk mengejar nilai agar nilai raport nya bagus dan bisa lolos SNMPTN. Walaupun setiap hari Gweeny jadi obat nyamuk langganan ketiga sahabatnya, tapi dia sangat menyayangi Davina, Reva, dan Sella seperti saudaranya sendiri. Hanya kepada mereka dia berbagi suka duka nya. Tapi kali ini ada hal yang belum Gweeny ceritakan ke mereka.


15.55

Gweeny mengikat rambut hitam panjangnya, merapikan kaos yang dikenakannya, mengambil bola basket lalu bergegas untuk pergi.

"Ma, Gweeny pergi dulu.."

"Udah mandi Gween? Cepet banget?"

"Keburu telat Ma hehe."

"Emang mau basket dimana? Sama Reva?"

"Di lapangan biasa. Engga, sama temen SMP hehe."

"Sama siapa sih?"

"Ih mama kepo deh. Yauda aku berangkat ya Ma," pamit Gweeny sambil mencium mamanya.

"Ati-ati jangan pulang kemaleman."

"Okey siapp," sahut Gweeny yang sudah ada di luar rumah.

Sesampainya di lapangan, Gweeny melihat arlojinya sudah menunjukkan pukul 16.05

"Sorry telat 5 menit. Kamu udah lama disini?"

"Tadi habis pulang langsung kesini. Tapi gapapa."

"Oke lanjut mainnya ya.."

Gweeny begitu menikmati permainan basket nya bersama Karel, tapi ada yang berbeda dengan Karel hari ini. Dia tampak tidak bersemangat. Padahal jika bersama Gweeny dia selalu seperti es batu yang mencair.

"Ada masalah ya, Rel?" tanya Gweeny penasaran.

"Sedikit."

"Soal project bareng temen-temenmu?" entah kenapa Gweeny langsung bisa menebak dan ternyata betul tebakannya.

"Iya. Masalah pertemanan juga."

"Matamu terlihat sayu. Semalam kurang tidur ya?"

"Tidak tidur sama sekali."

"Pantes hp mu engga off tapi kamu ngga bales pesanku."

"Sorry."

Gweeny pun terdiam. Dia bingung harus bagaimana. Kali ini sepertinya Karel tidak ingin menceritakan masalahnya pada Gweeny. Memang Karel adalah seseorang yang tidak terlihat seperti es batu ketika sudah bersama Gweeny. Tapi ada kalanya Gweeny merasakan dingin dan ketidakpastiannya. Yang membuat ia bertahan adalah harapan bahwa yang kali ini tidak sekedar mampir tapi juga singgah dan menetap di hatinya. Dan dia ingin menceritakan tentang ini pada ketiga sahabatnya nanti, kalau statusnya sudah pasti.

Unexpected Moon [END]Where stories live. Discover now