[ TAMAT - tahap revisi ]
❝Hamada Asahi, ia adalah pria yang bercita-cita menjadi seorang komposer musik tapi ahli juga dalam hal melukis. Asahi, pria itulah yang mendorong semangatku untuk bangkit.❞
⚠Trigger warning! Menggambarkan kekerasan di beb...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"ENGGAK! DIA MASIH ADA!"
Ruangan itu dipenuhi oleh teriakan serta tangis memilukan dari Haruto. Ia menepuk pelan pipi Asahi, berharap kakaknya kembali membuka matanya, namun nihil. Asahi masih tampak terpejam dengan raut wajah yang damai.
Haruto kembali meraung, dan memeluk tubuh ringkih Asahi. Ia terlihat menangis sejadi-jadinya.
"Jahat.." lirihnya pelan sembari terisak, masih belum melepaskan pelukannya kepada sang kakak.
Hingga hampir sepuluh menit berlalu, tiba-tiba atensinya beralih ketika salah satu dokter menepuk bahunya.
"Maaf karena kita terlambat menolong. Racun itu sudah menyebar dengan cepat ke seluruh saraf di tubuhnya."
Haruto hanya diam tak berkutik. Disaat seperti ini ia ingin menyalahkan pihak rumah sakit yang teledor karena kurang pengawasan, namun ia harus bagaimana lagi? Takdir tidak dapat diubah.
Tuhan sangat menyayangi Asahi, maka dari itu Ia membawanya agar Asahi bisa terbebas dari lukanya. Asahi sudah berhasil melewati semuanya, dan kini giliran Haruto yang bertahan.
Namun, apakah bisa ia bertahan terlepas dari semua ini? Persentase semangat hidupnya kecil. Ia tidak tahu harus melakukan apa. Ia tidak memiliki tujuan hidup.
Tetapi, Haruto tidak ingin mengecewakan Asahi diluar sana. Ia ingin melihat Asahi yang bangga padanya. Haruto ingin membuktikan padanya bahwa Asahi tidak gagal menjadi seorang kakak, meskipun dalam jangka waktu yang sebentar.
Sudah hampir limabelas menit berlalu, dan Haruto masih betah disini. Ia benar-benar tidak rela melepas kakaknya.
Para dokter dan yang lain juga tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka membiarkan Haruto menyalurkan rasa rindu dan sakitnya. Haruto melepaskan semua perasaannya.
