🐈‍⬛9🐈‍⬛

Start from the beginning
                                    

"Pagi, Plagg. Akhirnya kau bangun juga.."

Adrien meletakkan pena di tempatnya demi mengelus kepala Plagg. Dia memang protes tapi tidak berusaha menyingkirkan tangan anak pirang itu. ".. ugh.."

"Tadinya aku sudah menyiapkan keju untukmu tapi karena kau terlambat bangun, aku memakannya sendiri.." goda Adrien, separuh benar.

"Ih hey, yang benar saja..." Ceramah tujuh menit a la Plagg terhenti ketika sepotong keju susu domba muncul di depan mulutnya.

Lonceng berdentang sebanyak tujuh kali. Matahari musim semi sudah mulai terasa hangat saat seorang maid membawakan susu hangat, sebaskom air panas, dan beberapa handuk baru tanpa mengetuk pintu. Dia berjenjit seperti tikus saat menemukan putra mahkota menyapanya dari meja kerja.

"Maafkan hamba, yang mulia!"

"Hei, tenanglah. Aku sudah mandi dan pria yang kutemukan di langit-langit membantuku berpakaian. Tidak masalah."

Gadis itu memberanikan diri mengangkat jidatnya dari lantai, Adrien melanjutkan, "jam berapa sarapan siap? Mungkin aku tidak bisa pergi ke ruang makan karena pekerjaanku, bisa kau bawa bagianku kemari? Itu akan sangat membantu."

"Baik, yang mulia.."

"Oh ya, handuknya bisa kau ganti. Aku menaruhnya di wastafel. Taruh saja yang baru di tempat biasa."

Maid itu menunduk sebentar lalu melaksanakan perintah putra mahkota. Sebelum wanita seumuran Nathalie itu keluar, dia menambahkan, "lain kali mau aku masih tidur atau tidak ketuklah pintu terlebih dahulu kalau mau masuk, ok?"

Senyuman putra mahkota Adrien pagi itu membuat maid itu trauma dan bangun lebih subuh dari pegawai lainnya di istana. Dia tidak bisa tidur lagi setelah bangun.

"Apa mungkin karena aku ini bukan anaknya ratu yang sekarang, meskipun statusku putra mahkota, semuanya terasa tidak ada yang benar." Gumam Adrien ngelantur sambil membaca dan menyetempel lembaran-lembaran laporan itu. Dia menambahkan beberapa catatan dan mengelemnya di beberapa file yang dibutuhkan.

Disaat-saat seperti ini dia merindukan stapler.

["Apa yang kau gumamkan pagi-pagi begini? Bikin suntuk saja!"]

Sebuah suara keluar dari dalam kotak segi delapan di laci. Adrien mengeluarkannya dan sebuah hollogram Felix muncul. Itu adalah alat komunikasi mirip video call di Paris. "Ah, halo adik sepupu.."

["Panggil aku kakak, yang mulia putra mahkota."]

"Kalau kau mau membicarakan perihal debutante, kulempar benda ini keluar. Lihat, pekerjaanku menumpuk karena kau!"

["Baiklah, aku tidak akan membahas Vincent membuat pakaian semaunya lagi padamu. Aku mendapatkan informasi tentang bencana yang terjadi di perbatasan dan menemukan sesuatu, aku tidak tau ini apa tepatnya, sepertinya sebuah relix, namun berbeda dengan yang kuberikan padamu aku tidak bisa menaksir kekuatan benda ini.."]

Adrien menghentikan pekerjaannya, "apa benda yang kau maksud terlihat seperti aksesoris yang bisa dipakai sehari-hari?"

["Ya, eh?! Kenapa kau tau bagaimana wujud benda itu, Adrien?"]

Putra mahkota memijit pelipis, tepat seperti yang dia duga.

"Ok pangeran pertama, kuberi kau misi untuk menangkap makhluk apapun yang kecil, melayang, bisa tembus ruang dan bisa bicara bahasa kita yang datang bersama aksesoris yang kau temukan. Jangan diapa-apakan hanya pastikan makhluk itu tidak menggunakan kekuatannya atau mungkin kita tamat."

Mengingat dia pegang Plagg, kwami kehancuran dan Tikki sang kwami penciptaan dipegang Marinette, bencana paling parah yang mungkin terjadi kemungkinan hanya keajaiban dunia saja.

Under the Same UmbrellaWhere stories live. Discover now