BAB 10: Hari Presentasi.

0 0 0
                                    

Keesokan harinya.

Pagi hari dirumah Dersik, ia terlihat masih sibuk mengeringkan rambut panjangnya yang terurai. Sedangkan aku, berkutat didapur untuk membuat sarapan nasi goreng. Kami terlihat produktif, mengingat sebenarnya hari ini, hari libur. Rencanaku hari ini tidak banyak, hanya keluar, kemanapun. Imbas dari Soga yang mendapatkan 1 pekan cuti. Aku memang pernah mengalami pacaran dan aku tahu pasti apa saja yang dilakukan. Tetap saja, menyaksikan apalagi mendengar mereka di atap yang sama, bagiku itu menjijikan.

"kau sudah bangun?" sapa Dersik pada Soga yang baru saja keluar dari kamarnya.

"aku mencium aroma sedap dari dapur."

"iya, Niskala sedang membuat nasi goreng."

"Niskala bisa masak?" sindir Soga tanpa berpikir.

"maksudmu?" jawabku.

"aku tak pernah mengatakan tidak bisa, kadang aku hanya tidak mau atau belum bisa." Imbuhku.

"kau serius sekali pagi ini Nis, aku hanya bercanda."

"baiklah aku akan percaya kau bercanda, hampir saja kau tidak dapat jatah nasi goreng."

"kalian ini ribut sekali, ayok kita makan." Dersik menghampiri kami ke dapur.

Kesunyian hanya berlangsung sebentar. Bagi kami, disatukan didalam satu ruangan mustahil untuk tidak membicarakan apa-apa. Ada saja topik yang bisa dijadikan lelucon atau bahan diskusi. Soga berusia lebih tua dari kami (aku dan Dersik), tak jarang aku banyak bertanya tentang banyak hal. Aku sudah menganggapnya seperti guru besar, selain pintar ia juga punya pengetahuan luas. Jika diamati, aku memiliki kesamaan dengan Soga, yakni sama-sama pemikir. Sebagai sosok pemikir, objek yang tak terpikirkan oleh siapapun bisa kami jadikan bahan pertanyaan. Seperti, mengapa banyak orang tertarik dengan nasi goreng, padahal itu hanya sebuah nasi yang diberi bumbu. Ya, memang bahasan yang tidak penting, namun kami sangat menikmati proses berpikir dan bersama mencari jawaban yang sesuai.

Obrolan panjang kami berakhir, aku langsung saja keluar membawa laptopku. Sepertinya aku akan ke perpus kota, menghabiskan waktu untuk menulis dan membaca. Mereka sempat merasa tidak enak padaku, karena kehadiran Soga, aku harus selalu menyingkir. Namun aku meyakinkan mereka, bahwa aku baik-baik saja. Aku menyampaikannya karena aku tahu Soga hanya sebentar, jika itu berlangsung selamanya, mungkin aku akan diusir, sebelum aku keluar.

Penjaga perpustakaan kota meminta tanda pengenalku, sebagai jaminan masuk kesana. Didalam tampak sepi, tidak sesuai dengan luasnya ruangan yang tersedia, serta jumlah rak buku yang banyak. Hal tersebut bisa jadi bagus untukku, kebisingan hanya akan mengganggu fokusku saja. Sebenarnya artikel yang akan aku presentasikan telah selesai beberapa waktu lalu. Namun, aku masih harus menulis, karena nantinya aku akan menerbitkan tulisan setiap hari, tanpa henti.

Menulis menjadi kegiatan yang menyenangkan untukku, selain menambah pengetahuan, pola pikir kita juga berkembang. Banyaknya tulisan yang kita baca, bisa mempengaruhi sudut padang yang kita miliki, lebih beragam. Membaca dan menulis membawa kita masuk ke dunia yang terasa berbeda. Untuk saat ini, aku masih berfokus pada menulis artikel. Walaupun, aku keinginan untuk menulis jenis tulisan lainnya, seperti puisi dan novel.

Kali ini aku berputar di sekitar rak buku bertema tentang "traveling", menyusuri perlahan baris demi baris di rak yang menghadap jelas di depanku. Judul demi judul aku baca, berharap menemukan sesuatu yang aku butuhkan. Jemariku menyentuh lembut setiap buku yang berhasil aku lihat, namun belum juga bertemu dengan yang kumau. Mata serta pikiranku sudah teralih sepenuhnya kesana, aku benar-benar serius untuk mencarinya.

Tiba-tiba, konsentrasiku buyar saat teleponku bergetar didalam saku. Terus terang, ada penyesalan untuk meletakkannya disini, harusnya aku tinggalkan saja didalam tas.

EGO CRUSHWhere stories live. Discover now