BAB 4: Buang Drama Cinta.

9 0 0
                                    

Hujan turun, seperti membantu menutupi tangisanku, dengan rintiknya yang jauh lebih deras. Saat ini pukul 3 sore, aku harus kembali ke kota. Sepertinya, cuaca memaksaku untuk memesan taxi online. Sepanjang perjalanan, aku hanya termenung, meratapi hidup yang teramat berat sore ini.

"permisi bu, mau saya hidupkan musiknya?" tanya supir taxi, seolah tahu lamunanku terlalu dalam.

"tidak usah, pak" aku menolaknya, itu hanya akan merusak pikiranku.

"baiklah."

*dreettt dreett (bunyi getaran ponselku)

"halo?" sambutku.

"kau dimana?" ternyata Cemani.

"sedang dalam perjalanan kesana.."

"kukira kau lupa untuk mulai bekerja, hampir saja aku memecatmu." Cemani menggodaku.

"hahaha.. kau cocok untuk beralih ke dunia komedi." Aku sambil mengusap air mataku, Cemani berhasil mengalihkan sedikit kegalauanku.

"apakah aku bisa meminta sesuatu darimu?"

"wah, rupanya kau punya maksud lain."

"bisakah kau mampir ke toko kue? Dan belikan aku tart, pilih saja yang menurutmu paling enak, dan secara visual menggoda."

"itu saja?"

"ya! Jangan lupa lilinnya, akan kutransfer uangnya segera."

"baik bu Cemani, sepertinya akan ada pesta malam ini."

"aku tutup ya, bye and see ya!"

Aku pun sampai ditoko kue yang dimaksud, dengan jeli mengamati beberapa kue yang terpajang pada display. Setelah menghabiskan cukup energi, untuk berpikir mana yang terbaik. Akhirnya pencarian berakhir dengan kue cantik, berwarna pastel dengan hiasan simple tapi menawan. Aku melakukan pembayaran, dan kembali ke taxi yang sengaja kusuruh menunggu. Saatnya menuju kekantor.

Sesampainya, aku dikejutkan dengan tagihan taxi yang luar biasa mahal, untung saja Cemani memberi uang trasportasi setengahnya, jika tidak aku tidak bisa makan besok. Sembari menuju kedalam, aku terheran, siapakah yang sedang berulang tahun, mengapa ini penting untuk Cemani.

"ahh sudahlah." Aku menyerah untuk mencari tahu.

"kau sudah datang!" sambut Dersik.

"hei! Harus kuletakkan dimana kue ini?" jawabku, berbisik.

"ayok keatas." Ajak Dersik.

Tiba didalam ruangan Cemani, Dersik pun bergegas mengambil kue dariku, dan menyalakan lilinnya. Sembari menunggu, aku pun berbincang dengan Cemani, tentang hal rencanaku untuk lembur hari ini. Aku tampak gelisah, beberapa kali mengalihkan pandanganku ke belakang dan samping. Rasa heran tentang siapa yang akan diberi kue itu, masih belum terjawab.

"siap?" tanya Dersik, sambil menatap tajam Cemani.

"baiklah, kita mulai!" jawab Cemani, mengapa aku tegang.

"selamat ulang tahun.. selamat ulang tahun...." mereka menyanyikan lagu, sambil memegang kue menghadapku.

Merasa bingung, aku pun menoleh ke belakang, untuk memastikan siapakah orang yang mereka tuju. Ajaib, tak ada siapapun disana, tunggu, kue ini untukkku?

"aku ulang tahun?" wajahku linglung.

"yashhh! Selamat Nis! Aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu." Dersik serius.

"kau bercanda! Ulang tahunku masih 2 minggu lagi." Butuh waktu lama, untukku berpikir, bahwa ini salah.

"kami tahu Nis." Ungkap Cemani.

EGO CRUSHWhere stories live. Discover now