BAB 3: Seperti di Cabik-Cabik.

11 0 0
                                    

Kepenatan dirumah, dan masalah yang belum kunjung usai soal Resto, membuatku menetap sementara dirumah Dersik. Sepertinya akan sampai seminggu disini, demi ketentraman jiwa. Walaupun, aku tetap harus mondar-mandir untuk ke Resto, setiap harinya.

"Nis?" sapa Dersik, yang terkejut melihatku didepan rumahnya.

"hei, bolehkah aku menginap disini untuk sepekan?" jawabku, penuh harapan.

"itu permohonan atau hanya pemberitahuan? Kau sudah membawa penuh tasmu kesini.." ungkap Dersik.

"hehehe.." aku hanya terkekeh kecil.

"masuklah, sebelum kuusir kau.." Dersik menyambut kedatanganku dengan sarkas, ohya ia memang ahlinya sarkas.

"bukankah, hari ini Soga pulang?" ingatan yang mengusikku.

"ya akhirnya, menunggu seminggu, sungguh berat.."

"aku kesini di waktu yang kurang tepat, sepertinya.."

"sudahlah, nggak usah kau pikirkan.."

"tapi aku merasa..." belum selesai, Dersik langsung memutus omonganku.

"lalu, kau ingin menggembel diluar? Aku tahu kau kesini untuk kabur" Dersik seperti cenayang, tapi tebakannya akurat.

"kau bilang saja, jika butuh privasi, aku akan keluar sebentar"

"sejak kapan kau sekaku ini Niskala.. toh jika kau tetap dirumah, tak seperti kita akan trisom kan?"

"hahahahaha" pernyataan nyablak Dersik, memaksa kita untuk tertawa terbahak-bahak. Hm sepertinya aliran humorku menjadi sarkas.

Dersik, mengantarku kekamar tamu, sambil meletakkan semua barangku, aku pun berbaring dikasur. Ahh begini nikmatnya kedamaian. Mataku terpejam, namun pikiranku tetap berantakan. Mengapa disaat seperti ini, aku tetap memikirkan Ijas? Sungguh ironi, masalah hidupku saja belum sepenuhnya selesai. Saat sedang asyik melayang-layang dialam pikiranku, aku dikejutkan oleh getaran ponsel yang ada didekatku. Bergegas, aku menoleh ke arah layar, Ijas mengirim pesan? Ini kejutan.

"apa nanti kita bisa bertemu?" ungkap ijas didalam pesan.

"iya" jawabku singkat, dibalik hati berdebar dan senang tak terkira.

Pesan dari Ijas membuktikan, bahwa ia hanya menunggu waktu yang tepat. Barangkali, ia merasa puas sudah membalasku, dengan cara menghilang. Tak perlu berlama-lama aku pun lekas mandi dan bersiap-siap menemuinya.

"kau mau kemana?" Dersik penasaran, melihat dandanku rapih dan menawan, tak seperti biasa.

"aku ada urusan diluar, hanya sebentar"

"ada yang aneh dari sikapmu.." terkaan Dersik, yang selalu tepat.

"aku merasa biasa saja.." aku pun langsung beranjak menuju pintu keluar.

"tunggu!" Dersik menghentikan langkahku, dan menghampiriku.

"apa lagi kali ini Dersik?" imbuhku, merasa kesal.

"mana motormu? Kau tak membawanya?"

"tidak hari ini, aku akan naik ojek online"

"semoga berhasil!" tanggapan Dersik, seolah tahu pasti bahwa ini soal Ijas.

Butuh sekitar 10 menit, hingga ojekku datang. Konyolnya, aku dan Ijas akan bertemu di cafe dekat rumahnya. Perjalananku akan memakan waktu satu jam. Bukan salah Ijas, aku memang tak memberi tahunya, tentang keberadaanku. Benar saja, aku telah sampai duluan ditempat yang Ijas maksud. Tak merasa bosan, cafe yang dipilihnya membuat nyaman. Pemandangan yang disuguhkan didepannya, berupa bukit dan pepohonan, segar sekali untuk otakku yang tak karuan.

EGO CRUSHWhere stories live. Discover now