33. Darania

52.6K 6.6K 149
                                    

Alea melambai pada taksi yang akan mengantar keluarganya ke bandara. Orang tua Alea sebenarnya ingin menemani Alea lebih lama lagi, namun mereka harus segera pulang. Selain karena pekerjaan yang tidak bisa terlalu lama ditinggal, mereka masih harus mempersiapkan pernikahan Bagas yang tidak lama lagi.

Btara pagi ini turut melepas kepergian keluarga Alea. Dia berdiri di sebelah Alea sambil ikut melambai pelan.

"Mobilnya udah nggak kelihatan," ucap Alea yang melihat Btara masih melambai pelan.

"Siapa tahu tiba-tiba mobilnya balik atau ayah kamu punya indra keenam."

"Ngawur, kamu."

Alea menyenggol perut Btara dengan sikunya. Ia lalu masuk ke dalam rumah dengan Btara mengekor di belakangnya. Rumah jadi terasa sepi setelah beberapa hari ini ramai oleh keluarga Alea. Lily juga sudah berangkat kuliah, jadi hanya ada Alea dan Btara saja sekarang.

"Beneran besok mau kerja?"

Btara berdiri di dekat meja makan. Alea yanh tengah mengupas anggur mengangguk.

"Ini nggak berasa sakit, kok. Lagian juga aku nggak ngerasa lemes, pusing, atau gimana-gimana. Tinggal nunggu lukanya sembuh aja, kan?"

"Tapi bakal lebih baik kalau kamu istirahat lagi."

"Aku belum setahun kerja tapi jatah cutiku udah kepakai banyak banget. Aku nggak bisa ambil cuti lagi kalau mau pulang pas Kak Bagas nikah."

"Biasanya ada pilihan buat work from home, kan?"

"Ada, tapi kalau di rumah sama-sama kerja juga, mending berangkat sekalian. Aku juga bosen tahu di rumah mulu."

Alea berjalan mendekati Btara. Ia menyuapi Btara dengan anggur yang telah dikupas dan dibuang bijinya.

"Kamu ke kampus jam berapa?"

"Habis ini. Kelasku masih siang, sih, tapi aku harus nyiapin bahan ajar juga."

Alea maju memeluk tubuh Btara. Ia berjinjit dan mengecup pipi Btara. Kali ini Alea mengecup Btara sedikit lama. Bunyi kecupan sampai terdengar ketika Alea berhenti mengecup Btara.

"Padahal kamu akhir-akhir ini banyak nemenin aku, tapi kenapa aku ngerasa kangen, ya?"

Alea menempelkan kepalanya di dada Btara. Ia mendongak dengan wajah sedikit sedih.

"Mungkin karena ada ayah kamu, terus kamu nggak bisa mesra-mesraan sama aku."

"Emang kalau nggak ada ayahku kita mesra-mesraan."

Btara memutar bola matanya.

"Terus ini apa namanya kalau bukan mesra-mesraan?"

"Pelukan doang."

"Doang? Terus menurut kamu mesra tuh yang kayak gimana?"

Alea mengedikkan bahu. Ia lalu melepas pelukan Btara.

"Kamu nggak kangen, ya, sama aku?"

"Kangen, lah. Kamu kan kemarin sibuk sama keluarga kamu. Bukan maksudnya kamu nggak boleh deket sama mereka? Tapi aku merasa ditelantarkan."

Kini giliran Btara yang memeluk Alea. Ia menyelipkan tangannya ke pinggang Alea dari belakang. Btara menaruh dagunya di pundak Alea.

"Ditelantarkan? Emang aku mama kamu? Emang kamu nggak punya temen nongkrong?"

"Punya, tapi kan beda kalau sama kamu."

"Main PS aja sama Mas Anton, biar nggak ngerasa ditelantarkan lagi."

Accidentally SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang