4. May I Have Your Number?

116K 14.2K 952
                                    

Vera langsung menyenggol Alea keras. Dia melotot ke tangan Alea yang masih tergantung di udara.

"Lo ngapain, Al?" bisik Vera.

Alea yang sadar langsung menurunkan tangan, namun tidak dengan tatapannya. Dia masih menatap tajam Btara sementara lelaki itu hanya tersenyum canggung.

"Kalian udah saling kenal?" tanya lelaki di samping Btara.

"Saya dosen adiknya," jawab Btara sebelum Alea sempat berbicara.

"Bisa saya lanjutkan?" tanya si pembuka rapat yang kalau Alea tidak salah dengar bernama Maya.

Selama beberapa menit Maya menjelaskan sesuatu, Alea tidak bisa tidak melihat ke Btara. Lelaki itu sepertinya juga beberapa kali mencuri pandang.

"Jadi untuk tanggal 2 sampai 6 Ceritajiwa akan datang ke Larisi untuk psikotes. Satu sesi empat puluh orang."

Btara mulai melingkari beberapa hal di kertas yang ia pegang dengan pulpen. Ia membacakan beberapa hal lagi, mamastikan bahwa apa yang tertulis di sana telah sesuai.

"Untuk booking acara training fix-nya tanggal berapa, ya? Kemarin saya sempat mengobrol dengan Pak Surya, tapi katanya yang itu masih belum tentu."

Btara melemparkan pandangan ke Alea. Ditatap mendadak seperti itu, Alea tidak gugup atau salah tingkah sama sekali. Dia dengan santai berbisik ke Vera.

"Kemarin saya udah konfirmasi ke Pak Surya, tapi memang kita belum bisa ngasih tanggal. Antara tanggal 13, 15, sama 23. Kalau pas 13 itu Hari Minggu, 15 sama 23 tanggal merah," jawab Vera.

"Masih belum dikonfirmasi, ya? Kalau boleh tahu kenapa?" Btara mengusapkan ujung pulpen ke dagunya.

"Kita memang menghindari Hari Minggu, soalnya kan ada beberapa teman yang harus ibadah. Sementara tanggal 15 sama 16 kita masih harus nunggu yang lain juga."

"Yang lain?" tanya pria di sebelah Btara pada Alea.

"Acara training kan nggak cuma pegawai baru. Ada beberapa pegawai lama yang ditugasi ikut acara. Sementara acara ini kan menginap sehari, Pak Surya nggak tega ambil jatah tanggal merah banyak-banyak soalnya. Jadi masih nunggu yang lain bersedia tanggal berapa," jelas Alea.

"Kalau gitu nggak bisa ambil yang bukan tanggal merah, ya?"

"Waduh, kalau itu kita juga agak susah. Dari atas mintanya yang satu hari ambil tanggal merah biar nggak ngehabisin banyak jam kerja."

Btara mengangguk paham. Dia lalu membuka planner di iPad.

"Saya, sih, ngasih saran untuk tanggal 23 aja. Mumpung baru ada satu booking-an."

Alea dan Vera saling berpandangan sesaat.

"Nggak bisa ngosongin buat tanggal 15 sama 23, ya? Saya pribadi, sih, prefer tanggal 15. Soalnya kan tanggal 23 masih terlalu lama."

"Kalau tanggal 15 nggak janji, ya. Tanggal itu udah ada booking-an tiga. Terus tanggal 16 juga lumayan penuh. Karena tim kita ikut nginep, saya nggak janji masih ada psikolog yang kosong jadwalnya."

"Tumben belum ada tanggal? Emang ini nggak masuk RAB, ya? Bukannya kantor besar gini biasanya bikin jadwal pertahun?" heran Maya.

"Kebetulan pembukaan cabang agak ngaret, jadi jadwal emang mundur semua. Gitu, sih, kata senior. Kebetulan saya sama Vera belum lama kerja, jadi soal itu belum bisa memastikan."

"Jadi gimana, Pak? Bisa kosongin jadwal untuk dua tanggal tadi, kan? Secepatnya kita bakal konfirmasi mau di tanggal berapa."

Btara mendesis tertahan. Dia memicingkan mata saat mencocokkan kalender dengan jadwal psikolog yang bekerja dengannya. Sebenarnya bisa saja dia mengosongkan di semua tanggal. Dengan catatan dia harus mencari satu psikolog tambahan.

Accidentally SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang