23. Sushi

57.2K 7K 108
                                    

Selama seminggu lebih, Lily tidak akan berada di rumah. Gadis itu akan pergi bersama timnya untuk maju di PKM tingkat selanjutnya. Alea telah mengetahui hal ini jauh-jauh hari sebelum Lily memberi kabar. Dari siapa lagi kalau bukan Btara.

Btara sengaja tidak ikut menemani mahasiswanya berkompetisi karena telah memiliki rencana lain. Dia dengan cermat menyusun jadwal untuknya dan Alea. Kebetulan, dalam seminggu itu ada tanggal merah di Hari Rabu dan Hari Kamis. Alea tinggal meminta cuti di Hari Jumat hingga dia memiliki libur lima hari penuh.

Seperti janji Btara, lelaki itu akan membawa Alea ke Jepang. Ini bukan pertama kalinya Alea pergi ke Jepang. Tapi ini pertama kalinya dia ke Jepang untuk full berlibur, bersama pacar pula. Sejauh ini Alea ke Jepang kalau tidak untuk student exchange event ya urusan pekerjaan. Orang tuanya lebih suka berlibur ke negara Eropa daripada Asia.

Selasa malam, Btara dan Alea telah berangkat ke Jepang. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam di pesawat hingga akhirnya sampai di Bandara Itami. Mereka langsung menuju hotel dan tidur tanpa membuka koper. Btara dan Alea bahkan terlampau lelah untuk mengobrol banyak sebelum tidur.

"Alea, sayang."

Alea mengernyit saat merasakan sebuah usapan di dahinya. Usapan dan panggilan itu terus berlanjut hingga kesadaran Alea perlahan datang. Alea mengerang pelan sebelum membuka matanya. Tampak Btara yang berjongkok di sebelah tempat tidurnya tersenyum.

"Masih ngantuk, ya?"

Btara berdiri dan berjalan ke arah koper. Alea berusaha duduk. Dia menguap dan meregangkan tubuh. Lelah karena perjalanan ditambah jet lag membuat Alea merasa sangat mengantuk. Padahal di pesawat dia juga berkali-kali tidur.

"Kamu udah bangun dari tadi?" tanya Alea.

Btara yang sedang memindahkan koper mereka mengangguk pelan.

"Lumayan, tapi nggak juga. Tadi aku manggil petugas buat nganterin teh yang ada di brosur kemarin. Habis kamu mandi kita minum teh dulu, ya."

"Kamu udah mandi?"

"Belum."

"Terus dari tadi kamu ngapain selain manggil petugas hotel?"

Btara terdiam. Dia menoleh ke Alea dan mengedikkan bahu. Tidak mungkin kan Btara jujur jika dia sedari tadi hanya diam sambil mengamati Alea yang sedang tidur.

Alea menyibak selimutnya. Dia sedikit lega saat tidak melihat noda merah di sana. Akan sangat repot dan memalukan jika dia bocor di saat seperti ini. Belum lagi Alea harus membayar kompensasi ke hotel jika sampai mengotori kasur dengan noda darah.

Melihat ke arah Btara sejenak, Alea akhirnya bangun. Dia memutuskan untuk duduk di lantai, di sebelah Btara yang sedang membongkar koper. Semalam mereka terlalu lelah hingga koper hanya diletakkan sembarangan.

"Masih ngantuk?"

Alea menggeleng. Dia merapat ke arah Btara. Tangannya masuk ke bawah ketiak Btara untuk memeluk pria itu. Alea menghela nafas di pelukan Btara.

"Mau minum teh sekarang?"

"Nggak, ah. Kan tadi katanya habis mandi."

"Oke kalau kamu maunya gitu. Tapi badanku susah gerak kalau kamu meluk-meluk."

Btara menggoyangkan tubuhnya agar pelukan Alea terlepas. Berhasil. Alea melepaskan pelukannya meski dengan wajah cemberut.

"Kamu nggak nyiapin baju ganti?"

"Bentar, ah. Gordennya kok nggak dibuka?"

Alea meraih remote kecil di meja dekat tubuhnya. Ia menekan tombol untuk membuka gorden. Meski hanya diberi penjelasan singkat semalam, Alea masih mengingatnya.

Accidentally SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang