24. Mendiamkan

51.9K 7.1K 217
                                    

"Terus?"

Alea melirik Btara tajam.

"Terus? Ini Vera ngajak kamu makan siang bareng, lho."

"Ya kan dia yang ngajak. Sini aku bales kalau aku nggak bisa."

Alea menjauhkan tangan saat Btara ingin mengambil ponselnya. Btara tentu saja kebingungan melihat sikap Alea.

"Nggak mau dibales? Itu udah kamu read, lho."

Alea memutar ponsel Btara di tangannya.

"Sejak kapan kalian pindah dari DM?"

"Emm... Nggak inget juga. Pokoknya waktu itu ada laporan yang mau aku kirim ke Vera, jadi kita move ke..."

"Nggak bisa lewat email?"

"Waktu itu kata Vera emailnya lagi error. Pesan masuk nggak muncul gitu."

"Masa iya Vera nggak punya back up email? Lagian Vera juga harusnya bisa pakai email dari kantor, kan?"

Btara menggeleng pelan.

"Kalau itu aku nggak tahu. Aku cuma nggak mau ribet jadi ya udah aku ngikut aja."

"Nggak, gini, deh."

Alea sedikit memutar tubuhnya ke arah Btara, menandakan dia mulai serius.

"Vera kok bisa ngajak makan siang bareng? Maksudnya masa iya tiba-tiba ngajak? Padahal sebelumya belum pernah sama sekali, kan?"

Btara berdehem pelan. Dia mengelus tengkuknya.

"Secara teknis pernah dua kali, sih, makan siang sama Vera."

"Dua kali?"

"Iya, yang aku ingat dua. Pertama waktu kita di perpustakaan, terus yang kedua kita sempat lunch di mall gitu. Soalnya Vera lihat storyku lagi di sana dan ternyata Vera di sana juga. Ya udah kita lunch bareng. Setelah itu dia emang beberapa kali ngajak lagi, tapi nggak pernah aku iyain."

"Vera nggak pernah cerita soal itu."

Alis Btara naik bersamaan dengan pundaknya.

"I don't know, kamu tanya Vera, dong. Udahlah, cuma lunch doang."

"Oh, iya, bener. Cuma lunch doang, kan?"

Alea menggeser ponsel Btara ke arah laki-laki itu. Btara membatalkan niat untuk mengambil ponselnya saat menyadari wajah Alea yang tidak menyenangkan.

"Aku serius, Sayang. Itu juga sebelum aku pacaran sama kamu. Beneran cuma makan siang. Aku rasa nggak perlu juga kan aku ngomong sama kamu."

"Iya, emang nggak perlu. Makan siang bareng lagi juga nggak apa-apa. Tuh Vera udah ngajak."

Btara kini bahkan tidak berselera lagi terhadap makanannya. Dia menghela nafas pelan.

"Kamu maunya apa? Ini kan udah mau aku tolak."

"Sekarang ditolak besok-besok tinggal ngajak lagi, kan?"

"Aku bilang aja kalau aku udah pacaran sama kamu."

Tangan Alea bergerak cepat meraih ponsel Btara sebelum pria itu mengambilnya.

"Jangan, dong. Dia ngajak kamu gini berarti masih ngarep. Vera pasti kecewa dan marah banget kalau tahu kamu pacaran, apalagi sama aku."

"Kamu nggak jelas. Jadi maunya gimana?"

"Nggak tahu."

"Kok nggak tahu? Kalau kamu nggak suka Vera chat atau ngarep ke aku, caranya ya bilang ke dia kalau aku udah jadi pacar kamu. Tapi kalau kamu ngerasa perasaan Vera emang sepenting itu buat kamu, ya kamu jangan cemburuan nggak jelas gini."

Accidentally SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang