Revan papahnya ada pekerjaan di luar kota sehingga bundanya harus mengikuti suaminya beserta anak bungsunya. Karena papahnya itu memang tidak bisa jauh-jauh dari bundanya.

Ananta sedang menata makanan di meja makan namun tidak lama ada seseorang yang memeluknya dari belakang.

Dia membiarkan nya karena dia sudah tahu siapa pelaku yang sembarangan memeluknya.

Ezriel memangku dagunya di pundak Ananta, "Kamu wangi"

Ananta memutar bola matanya, "Iyalah aku kan udah mandi"

Ezriel terus saja menghirup rakus aroma wangi yang menyeruak dari tubuh Ananta aroma yang sudah menjadi candu nya.

Ananta seketika merinding ketika merasa hembusan nafas dari Ezriel yang menggelitik lehernya.

"Sana duduk, kita sarapan dulu"

Sebelum pergi Ezriel mengecup belakang leher Ananta sekilas.

"Nggak papa kan sarapannya cuman roti panggang sama susu hangat"

Ezriel mengangguk dirinya tidak masalah diberi makanan apapun itu asalkan bisa dimakan saja.

"Nggak papa kok, ini juga lebih baik daripada dikasih batu sama pasir"

Mereka berdua makan dengan sesekali diiringi dengan obrolan pendek yang tidak bermutu.

"Bunda, Papah sama Kelvin kapan pulang?"

"Kata Bunda si sekitar 3 hari lagi"

Satu jam berlalu kini Ananta dan Ezriel berada di ruang tamu sembari menonton acara televisi yang menayangkan sebuah drama Korea.

Ananta sendiri gadis itu rebahan di sofa dengan alas bantal paha Ezriel. Gadis itu fokus sekali menatap tayangan di hadapannya bahkan dia tidak merasa terganggu dengan Ezriel yang selalu memainkan rambutnya dan sesekali mengelus pipinya.

Ananta menatap Ezriel dari bawah, "Kamu nggak bosen?"

Ezriel menatap kearah Ananta dan menggelengkan kepalanya pertanda dia dia memang tidak bosen.

Ananta bangkit dan menghadap Ezriel, "Jalan-jalan aja yuk gimana?"

Ezriel menyelipkan anak rambut kebelakang telinga gadis itu, "Emang nontonnya udah?"

"Drakor nya bikin naik darah" Ananta menjawab dengan cemberut.

"Yaudah sana ganti baju"

Ananta segera beranjak namun Ezriel malah menarik pergelangan tangan Ananta sehingga dia jatuh di pangkuan Ezriel.

Ezriel segera melingkar tangannya di perut Ananta.

Ananta menoleh dengan wajah cemberut, "Barusan nyuruh ganti kok malah ditahan si"

"Cium dulu"

Ananta menatap tajam Ezriel namun tidak di pungkiri dia segera mengecup bibir Ezriel dengan cepat.

"Udah ih lepasin"

Bukannya melepaskan Ezriel malah mempererat pelukannya.

"El lepas nanti keburu siang." Ujar Ananta dengan sebal bahkan gadis itu menahan untuk tidak menjedotkan kepala Ezriel ke tembok.

"Cium lagi"

Ananta memejamkan matanya sebentar guna untuk tidak benar-benar menjedotkan kepala Ezriel ke tembok.
Tapi itu tidak mungkin Ananta lakukan, karena kalau dia lakukan wajah tampan pacarnya akan hilang.

Ezriel menahan senyum melihat gadisnya yang sedang memedam amarahnya.

Cup

Cup

Figuran Novel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang