38

1K 201 27
                                    

[Name] melewati masa-masa kehamilannya dengan bahagia. Teman-temannya benar-benar sangat menyayanginya dan menjaganya dengan baik, terutama Levi dan juga Eren.

Dibanding dengan Levi, kini [Name] jauh lebih dekat dengan Eren. Mereka sering bertukar cerita, baik tentang masa lalu, masa kini, maupun masa depan yang akan terjadi.

[Name] masih mengingat jelas bagaimana lucunya wajah panik Hange, Levi, juga Marlo saat [Name] akan melahirkan di tengah-tengah hutan.

Waktu itu, mereka bertiga menemani [Name] untuk kembali mengunjungi rumah nama [Name] yang letaknya jauh dari kota. Namun siapa sangka, saat di tengah perjalanan [Name] justru akan melahirkan anak perempuan. Melahirkan di tengah hutan yang lebat, dengan Hange yang menjadi bidan dadakan.

Mettasha Ackerman, nama bayi perempuan yang dilahirkan [Name] 3 bulan lalu. Percayalah, Levi dengan rela memberikan nama belakangnya pada bayi mungil itu. Hanya pada Mettasha, tidak pada [Name].

[Name] juga mendengar kabar, bahwa mereka telah mencapai pantai. Yang artinya awal dari peperangan besar akan segera mulai. Dia harus segera pergi.

"Kau melamun lagi..." [Name] melihat Historia yang baru saja memasuki kamarnya, perempuan itu memegang sebuah bunga berwarna merah. Bunga Higanbana.

"Apa yang kau lamunkan?" Tanyanya. "Hanya menimbang sesuatu. Apakah aku harus secepatnya menikah. Aku tidak ingin Metta tidak memiliki ayah..." Jawabnya.

"Metta memiliki banyak paman yang bersedia mengganti sosok ayah. Kau tidak perlu khawatir."

[Name] tersenyum, ucapan Historia benar. Eren, Levi, Armin, Jean, Connie, hingga Erwin sangat memanjakan anaknya itu. Mereka benar-benar menyayanginya.

"Ah benar! Kapten Levi memintaku untuk memberikan ini untukmu."

[Name] menerima bunga Higanbana itu dengan sedikit keberatan. "Dia akan kembali ke pantai bersama dengan Pasukan Pengintai, kali ini mereka akan pergi sedikit lebih lama..." Jelasnya.

"Apakah mereka sudah pergi?"

"Belum. Mereka akan pergi sekitar lima belas menit lagi."

"Aku pergi dulu Hisu."

[Name] bergegas menuju ke markas Pasukan Pengintai yang jaraknya agak lumayan jauh dari Istana. Marlo bersama dengannya, sementara Mettasha sendiri sejak awal dibawa oleh Eren ke markas Pasukan Pengintai.

Setibanya di markas, [Name] melihat Mettasha yang tertawa riang di pelukan Mikasa. Anaknya itu tengah bercanda dengan Eren dan juga Armin.

"Kapten!"

"Menjemput Metta?" Tanya Levi langsung pada intinya. "Iya, dan bertanya sesuatu padamu. Mengapa Kapten memberiku bunga ini?" Tanyanya sambil menunjukkan bunga itu.

"Kau lahir di dekat padang bunga itu. Dan bagiku bunga itu cocok denganmu."

Jadi maksud Kapten, aku cocok dengan kematian? Begitu?, "Ah... ini sedikit aneh, kau memberiku bunga."

"Jika tidak suka, buang."

"TIDAK AKAN!"

Levi tersenyum tipis. Dia tidak tahu makna bunga itu, namun warna merahnya selalu mengingatkannya pada [Name]. Wanita yang penuh dengan semangat membara, juga wanita yang selalu berdarah tiap perang.

"Kapten?"

"Mmh?"

"Saat kita bertemu lagi nanti, bisakah Kapten mengatakan jika Kapten merindukanku?" 

Levi menaikkan sebelah alisnya, menatap bingung [Name]. "Tidak mungkin aku merindukanmu." Jawabnya yang membuat [Name] mendesah kecewa.

"Oh ayolah! Lakukan saja! Itu tidak sulit!"

FATE [AOT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang