03

2.7K 461 19
                                    

Rasa shock yang masih terasa pada dirinya, membuat Armin memilih untuk mundur dan segera memanjat dinding. Dirinya terus merutuki kebodohannya, jika saja dia tidak penakut maka Eren tidak perlu mengorbankan nyawanya.

Karena pikirannya yang kalut, membuat tali maneuver miliknya tidak menancap pada dinding. Dan membuatnya terjatuh. Armin kembali merutuki kebodohan dirinya sendiri, hingga mendengar suara Hannah yang terus berusaha menyelamatkan Frans.

Armin mendekati mereka, dan dia sangat terkejut begitu melihat tubuh Frans yang kini hanya tersisa bagian atasnya saja. Armin berusaha untuk membujuk Hannah agar pergi dari tempat itu dan segera menaiki dinding, namun Hannah tetap berusaha untuk memberikan nafas buatan pada mayat Frans.

Tanah di sekitar mereka bergetar, 2 Titan dengan tinggi 14m datang mendekati mereka bertiga dari arah yang berbeda. Armin segera menarik lengan Hannah untuk membawanya pergi dari tempat itu, namun karena rasa takutnya talinya terus gagal menancap di bangunan.

Keduanya terdiam, tidak dapat bergerak karena rasa takut yang terlalu mendominasi diri mereka. 

"LAWAN MEREKA BODOH!!!"

Armin dan Hannah tersentak begitu mendengar teriakan yang berisi umpatan juga. [Name] melesat dengan cepat dan berhasil memotong tengkuk kedua Titan, sebelum Titan itu menangkap tubuh Armin dan Hannah.

[Name] menatap kedua rekannya dengan tajam, kemudian bola matanya membesar begitu melihat mayat Frans. [Name] mendekati mayat Frans, dan mengecek denyut nadinya. Karena tidak merasakan apapun, [Name] mengambil gas milik Frans.

"Kita pergi dari sini. Dan Hannah, Frans sudah bahagia di sana. Relakan dia, maka kau akan bertahan." Ucap [Name] sambil mengganti gasnya yang kosong dengan milik Frans.

"T-tapi [Name]! Kita tidak bisa meninggalkan Frans di sini sendiri!"

"Kau ingin membawa mayat?! Sudah kukatakan bukan? Pikirkan diri sendiri. Jika kau membawa mayatnya akan kau apakan? Kau akan menikahi mayatnya setelah perang ini berakhir? Atau kau akan memasuki perut Titan berdua?"

"[N-Name], jangan seperti itu..."

"Semua berada di tanganmu Hannah. Pilih mati membawa mayatnya, atau tetap hidup dan mengingatnya. Aku akan keatas, ku tunggu selama lima menit. Lewat dari itu, akan kutinggal kalian."

[Name] menaiki rumah, lalu melihat sekitarnya. Berkat kemampuan matanya, lagi-lagi nyawa [Name] selamat. Jika saja dia terlambat membuka kain di matanya, dan mengubah warna matanya sudah dipastikan sekarang dia sudah berada di surga. Atau mungkin neraka?

Apapun itu [Name] bersyukur. Para Titan yang meledak di depannya membuatnya selamat, meski punggungnya terasa sangat sakit, dan juga kepala bagian belakang sedikit berdarah. Tidak hanya itu, setelah menggunakan kemampuannya mata kirinya berdarah. Kesialan yang bertumpuk.

[Name] melihat ke bawah, sudah lebih dari 5 menit dan kedua orang itu justru terdiam di bawah. Geraman kesal keluar dari mulutnya, [Name] kembali turun sambil menaikkan kain yang menutupi mata kirinya.

"Diam dan ikuti aku." Ucapnya setelah menatap Armin dan Hannah, membuat kedua orang itu menatapnya dengan tatapan kosong dan mengangguk patuh.

"Maaf."

[Name] segera pergi menuju ke tempat teman-temannya, dan diikuti oleh Armin dan Hannah. Sedikit menyesal karena harus mengendalikan pikiran kedua rekannya itu, namun jika [Name] meninggalkan mereka hanya akan membuat penyesalannya semakin menjadi. Mustahil juga menggendong 2 orang sekaligus.

Begitu mendekati teman-temannya, [Name] memutuskan pengaruhnya pada Armin dan Hannah. Namun secara tiba-tiba pandangannya menggelap, dan dia hampir terjatuh jika saja Jean tidak menangkap tubuhnya.

FATE [AOT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang