26

1.3K 229 5
                                    

"Itu adalah pos dengan pengamanan paling lemah."

"Baiklah, dari sini serahkan pada kami. Kembalilah ke pasukan kalian agar tidak terlihat mencurigakan."

"Baik."

"Marlo, Hitch. Kami terbantu."

"Baik!"

"Ayo pergi! Mulai sekarang kita yang menyerang!"

Jean, Connie, Sasha, serta [Name] pergi menuju kereta yang telah mereka siapkan. Dengan 2 kuda, yang salah satunya merupakan Jiro.

Jean memegang kendali kuda, Sasha dengan panahnya, dan Connie dengan pedangnya.

Jujur saja, [Name] bingung dengan ketiga sahabatnya itu. Kenapa mereka harus berteriak ketika menyerang para Polisi itu? Untuk menambah kesan dramatis? Atau untuk menakuti para Polisi tersebut?

Dibanding memikirkan itu, [Name] lebih memilih untuk kembali fokus dengan tujuannya. Yakni membuat mereka semua tertidur.

Begitu kereta menghancurkan pagar kayu yang mereka buat, [Name] turun dari kereta dan menendang wajah Polisi yang berada di dekatnya. Tangannya menarik tubuh Polisi yang pingsan karena tendangannya, dan membanting Polisi itu pada tubuh Polisi lainnya.

Setelah semua pingsan, [Name] memberikan sinyal pada Levi dan yang lainnya untuk segera keluar.

"Mereka pingsan?" Tanya Armin yang dijawab anggukan [Name].

"Beruntungnya, mereka tadi sempat menatap mataku. Ketika mereka bangun kelak, mereka akan berpikir jika bandit gunung yang menyerang mereka."

"Kerja bagus [Name]! Kau membantu kami!"

"Tugasku. Ayo Armin, Mikasa."

Mikasa, Armin, dan [Name] segera menyusul kereta kuda yang sudah berjalan agak jauh. Sementara Levi masih mengurus Polisi tersebut, terutama pada pemimpin mereka.

Kedatangan Levi membuat pemimpin itu gemetar ketakutan, dan memilih pasrah tubuhnya diseret oleh Levi menaiki dataran yang lebih tinggi.

Mereka berjaga di sekitar dengan senapan yang mereka dapat, maupun dengan pedang dan juga panah. Ketika Levi datang, Jean menodongkan senapan padanya.

"Ini aku." Ucap Levi sambil menyeret pemimpin Polisi itu.

"Kapten, orang itu..." Armin menatap orang yang diseret Levi. "Dia anggota Kepolisian Pusat. Aku punya beberapa pertanyaan untuknya. Ayo bergerak."


"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Malam telah tiba, dan Levi masih saja terus memukul dan menendang Polisi Militer yang telah dia tangkap. Semua menatap Polisi itu dengan tatapan miris, kecuali Mikasa yang selalu datar, dan [Name] yang memejamkan matanya di atas dahan pohon.

[Name] tersenyum di atas sana, sebab Harpyja memberi tahu padanya jika Hange dan Moblit berhasil membuka kedok Polisi Militer pada publik dengan bantuan Flegel. Penduduk mulai meragukan Polisi Militer, dan kini kepribadian Flegel telah berkembang pesat.

FATE [AOT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang