25

1.4K 237 1
                                    

"Eh? Kau tidak akan ikut kami?" 

"Benar! Aku harus melihat keadaan klienku, dan juga Komandan." Jawabnya atas pertanyaan yang dilontarkan oleh Armin. "Kau yakin? Bagaimana jika identitasmu ketahuan?" 

[Name] memeluk erat Armin yang khawatir padanya, "Seandainya saja kau adikku. Kapten Levi sudah memberi izin padaku. Tidak akan lama, tenang saja."

"Kita harus bergegas!"

Dengan ragu Armin meninggalkan [Name] dengan Jiro, dan pergi bersama dengan yang lainnya. Mereka menuju ke utara bagian dinding Rose, sementara [Name] kembali ke pusat kota untuk bertemu dengan Erwin.

Masih teringat dengan jelas di benaknya, bagaimana Levi sepertinya sudah sangat lelah menghentikannya. Tapi begitu mendengar [Name] menyebutkan nama Erwin, Levi memberi izin untuknya pergi.

Keloyalan Levi pada Erwin tak perlu diragukan, apapun yang menyangkut nyawa seorang Erwin, Levi akan segera bertindak. Melakukan segalanya, agar sahabatnya itu dapat terus hidup di dunia yang kejam ini.

[Name] mengingatnya, ketika bayangan masa depan muncul di penglihatannya. Saat Levi dibuat bimbang dengan dua pilihan, menyelamatkan Armin yang tubuhnya hangus karena terbakar, dan Erwin yang sekarat.

Tiba di pusat kota saat matahari telah menunjukkan sinarnya, [Name] melihat banyaknya warga yang berkumpul, mengelilingi Erwin dan juga mayat Dimo Reeves. Mereka sibuk menggunjing Erwin, yang merupakan penyebab kematian dari pedagang tersebut.

Menggelikan. Mereka sangat mudah sekali termakan oleh rumor-rumor yang bahkan kebenarannya patut dipertanyakan.

"Menjauhlah dari suamiku, dasar iblis!"

Erwin berlutut dengan satu kaki, menatap serius pada istri Dimo Reeves. "Pertempuran di Distrik Trost, Tuan Reeves menghambat evakuasi dengan mementingkan barang dagangannya." Ucapnya dengan serius.

"Lalu mengapa?! Kau anggap dia pantas mati?!"

"Tapi, situasi Trost yang krisis sejak dulu, dia buat masih bertahan hingga sekarang. Dia menginjakkan kakinya disana, dan menggunakan segala cara. Dia mencoba memulihkan Trost dan membuatnya lebih sejahtera." 

Erwin diam sejenak, tangannya terulur untuk menyentuh dada Dimo. "Tapi, oleh tangan seseorang, impiannya itu harus hancur. Aku bersumpah, akan membalaskan dendamnya!" Ucapnya dengan nada serius.

[Name] memutuskan untuk mendekati Erwin dan mayat Dimo. Dia akan membawa mayat itu pergi dari tempat ini, jika tidak mayat itu pasti akan segera dimakamkan.

Erwin menatap [Name] dengan datar, dia sudah menyangka perempuan itu akan segera menghampirinya. Namun Erwin yakin, kehadiran perempuan itu pastinya akan membawa kabar baik baginya.

[Name] mencondongkan badannya, berbisik pada Erwin mengenai Dimo Reeves yang sebenarnya belum mati. Sekaligus meminta izin padanya untuk membawa tubuh itu, agar tidak dimakamkan. Erwin hanya diam, dan diamnya dianggap [Name] sebagai jawaban iya.

"Berhenti! Apa yang kau lakukan?!" Seluruh Polisi Militer menodongkan senapan pada [Name] yang mengangkat tubuh Dimo.

"Kumohon...!! Jangan ambil suamiku!!!"

[Name] menendang pelan tangan-tangan yang menyentuh kakinya, "Selamat tinggal." Ucapnya kemudian menghadap belasan senapan yang terarah padanya.

Dengan satu tendangan, seluruh senapan itu berhasil dijatuhkan olehnya. Dan dengan segera [Name] kabur menggunakan peralatan manuever miliknya. Meninggalkan mereka semua dengan rasa takut dan bingung.

Sejujurnya, [Name] merasa sangat bersalah pada Erwin. Entah apa yang akan Polisi Militer lakukan padanya mengenai masalah ini. Kasus yang melibatkan kematian Dimo, dan juga hadirnya orang bertudung yang mengambil mayat Dimo.

FATE [AOT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang