Jeno mendesah lelah. Membuka mata nya dan menatap Minhee yang berdiri di depan meja kerja nya.

"Sayang..."

"Sebenarnya apasih yang sedang kau fikirkan? Kau lupa jika kau mempunyai istri?!"

"Minhee-ya..."

"Aku tidak suka dengan sikapmu ini, Jeno-ya!!."

"Minhee-"

"Apakah kau mengkhawatirkan keadaan Jaemin?! Kau mulai mencintainya?!."

Habis sudah kesabaran Jeno.

"KANG MINHEE!!!."

Minhee terlonjak dengan nafas terkejut menatap Jeno yang berdiri dan menggebrak meja kerja nya menatap nyalang pada Minhee.

"K-kau membentakku?!."

"Bisa tidak kau diam?! Aku sedang banyak masalah sekarang!!! Jangan menambah masalah dengan asumsi murahanmu!!!." Bentak Jeno.

Minhee menggelengkan kepala nya dengan kedua mata yang menggenang.

"Masalahku bukan hanya satu Minhee, tapi banyak. Tolong mengertilah." Ucap Jeno menurunkan oktaf suara nya.

"Tapi tidak harus dengan membentakku?!!!" Ucap Minhee kesal.

"Tidak ada cara lain untuk mendiamkan ocehanmu!! Sekarang keluar dari ruangan ku, aku ingin sendiri dulu" Ucap Jeno membalikkan tubuh nya.

Minhee menghentakkan kaki nya kesal.

"Jangan harap kau bisa mencintai Jaemin!!! Dia hanya madu ku yang kita manfaatkan rahim nya!!! Ingat tujuan awalmu Jeno!!!."

"Yeah aku mengingatnya! Kau tidak perlu terus menerus mengingatkan itu! Aku bosan mendengarnya!."

"Aku begini agar kau bisa menjaga perasaanmu pada Jaemin!!."

"Minhee, ku bilang keluar!."

Nafas Minhee memburu, baru kali ini Jeno membentak nya bahkan mengusir nya seperti ini. Minhee kesal, ia membenci Jaemin. Sejak Jeno pulang dari rumah sakit, Jeno lebih memilih menghabiskan waktu nya di ruang kerja nya daripada menemani nya di kamar.

Minhee menutup pintu ruang kerja Jeno dengan kasar hingga berbunyi nyaring.

Jeno memejamkan mata nya dan duduk kembali di kursi nya. Memijit pangkal hidung nya yang lumayan pening.

"AYAH TIDAK MENCINTAI BUNDA!!! KAMI MEMBENCI AYAH!!!."

Jeno menutup kedua telinga nya. Lagi dan lagi suara itu muncul entah darimana.

"Siapa kalian sebenarnya!" Pekik Jeno menghalau angin.

Jeno baru saja ingat jika dirinya mempunyai obat tidur yang biasa ia simpan di laci meja kerja nya. Dengan resah, Jeno menggeledah seluruh laci meja nya mencari botol obat.

Ketemu.

Jeno menelan dua tablet obat itu dan meneguk air putih hingga habis. Jeno berdiri dan melangkah lunglai menuju sofa kemudian menidurkan tubuh nya disana.

Regret - Nominحيث تعيش القصص. اكتشف الآن