Chapter 15

17.3K 1.9K 546
                                    


Jeno memastikan Minhee terlelap dengan baik setelah itu dirinya pelan-pelan melepaskan tangan Minhee dari perut nya kemudian mengganti tubuh nya dengan bantal supaya Minhee tidak terbangun. Jeno menghela nafas nya pelan saat Minhee tidak terusik dari tidur nya. Menatap pintu yang terkunci, Jeno melangkah menuju pintu dan membuka nya pelan-pelan.

Keluar dari kamar, semua ruangan sudah gelap karena ini sudah masuk tengah malam. Jeno berjalan mengendap-ngendap menuju kamar Jaemin. Melihat keadaan sekitar kemudian menurunkan klop pintu.

Terkunci.

Jeno menghela nafas nya. Jaemin mengunci kamar nya membuat Jeno tidak leluasa untuk keluar masuk kamar istri kedua nya.

Jeno melangkah menuju nakas dimana kunci cadangan di simpan. Jeno menemukannya dan tersenyum puas kemudian kembali ke kamar Jaemin.

Membuka pelan kunci kamar Jaemin dan menyembulkan kepala nya ke dalam kamar Jaemin. Jeno melihat Jaemin sudah tertidur dengan memunggunginya.

Bibir Jeno secara tiba-tiba tersenyum. Ciptaan Tuhan yang sangat indah melihat kemolekan tubuh serta wajah indah Na Jaemin membuat Jeno sulit memalingkan pandangan nya.

Jeno menutup kembali pintu kamar Jaemin dan melangkah memutar ranjang untuk melihat jelas wajah Jaemin. Perlahan Jeno naik keatas tempat tidur dan masuk ke dalam selimut yang sama dengan Jaemin.

Jeno menumpu kepala nya dengan satu tangan, memiringkan tubuh nya menghadap Jaemin.

"Kenapa akhir-akhir ini aku selalu ingin terus dekat denganmu, Jaemin-ah" Lirih Jeno menyentuh pipi gembil Jaemin.

Jeno terkekeh melihat pipi Jaemin.

"Seperti squishy" Kekeh nya pelan takut membangunkan Jaemin.

Pandangan Jeno kini mengarah pada perut Jaemin yang terbalut selimut. Tangan nya masuk ke dalam selimut dan mengusap perut Jaemin pelan tanpa membangunkan Jaemin.

"Aku harap salah satu dari mereka ada yang berhasil membuahi rahim mu."

Jeno masuk ke dalam selimut dan menempatkan wajah nya di depan perut Jaemin.

"Hey nak, berjuanglah. Ayah menunggumu" Ucap Jeno mengecup perut Jaemin.

Jaemin menggeliat kecil, Jeno segera keluar dari selimut dan terkejut saat Jaemin tiba-tiba memeluk nya dan menyimpan kepala nya di dada bidang Jeno.

Jeno tersenyum, mengusap punggung Jaemin dan menepuk nya pelan supaya tidur Jaemin tak terganggu.

Jeno termenung. Sudah tiga minggu ini dirinya selalu ingin berdekatan dengan Jaemin, padahal Minhee sedang mengandung dan membutuhkan dirinya.

Jeno kini menatap Jaemin.

"Kau tau jika sebulan yang lalu Minhee di nyatakan hamil tiga minggu. Tapi kenapa kau memilih untuk bertahan, Jaemin-ah. Kau bisa saja menceraikan ku dan memilih mencari kebahagiaanmu di luar sana. Tapi kenapa justru kau memilih bertahan?" Ucap Jeno pelan mengelus pipi Jaemin.

"Awal pernikahan kita memang di niatkan untuk kau memberikanku dan Minhee keturunan. Tapi justru Minhee kini sedang mengandung anak ku, sedangkan kau belum juga mengandung."

Jeno kini memeluk tubuh Jaemin membuat Jaemin menghangat dan semakin masuk ke dalam dekapan Jeno.

"Demi Tuhan Jaemin, jika aku berani jujur pada semua orang mengapa aku tidak melepaskanmu. Mungkin, aku sudah jatuh ke dalam pesona mu Jung Jaemin."

"Tapi aku tidak berani mengatakan pada semua orang. Entahlah, aku tidak ingin melukai perasaan Minhee. Aku mencintai Minhee, tapi aku tidak bisa melepaskanmu."

Regret - NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang