Chapter 17

16.2K 1.9K 294
                                    

Duk!.

Jaemin menatap selembaran kertas beramplop warna putih dengan lambang pengadilan negeri Korea Selatan. Jaemin menutup mata nya. Ia tau, Jeno memberikan surat cerai pada nya sekarang. Setelah pertimbangan selama lima minggu lama nya tanpa saling berbicara, Jeno kini sudah melayangkan gugatan cerai pada istri kedua nya.

"Tanda tangani itu, dan segera pergi" Ucap Jeno meninggalkan kamar Jaemin.

Jaemin membuka mata nya saat bunyi pintu tertutup. Tangan kanan nya mengambil amplop diatas meja dan membuka nya.

Jaemin tersenyum kecut, semuda ini kah pernikahan nya? Jadi benar kutukan jika dirinya tidak akan pernah mempunyai pasangan itu benar?.

"Brengsek, karena kebodohan Minhee rencanaku menjadi gagal total" Ucap Jaemin berdesis meremat kertas itu.

Jeno masuk ke dalam kamar Minhee. Minhee menatap suami nya dan merentangkan kedua tangan nya memberi kode untuk Jeno memeluk nya. Tanpa di suruh pun Jeno akan melakukannya.

Perasaan nya sedang kacau. Sangat!.

Jeno tidak mengerti kenapa sekacau ini setelah mengurus surat perceraian dirinya dan Jaemin. Jeno merasa kehilangan.

Pertama, kehilangan anak yang belum sempat ia lihat di dunia. Dan yang kedua, kehilangan sosok yang berharga? Jaemin???.

Jeno mengenyahkan fikiran itu. Ia mencoba fokus pada kesembuhan mental Minhee yang sedikit terganggu karena sempat kehilangan bayi mereka.

"Kau sudah memberikan surat cerai itu pada Jaemin?" Tanya Minhee masuk ke dalam dekapan Jeno sambil terduduk di headboard.

Jeno merespon dengan anggukan.

"Aku sangat membenci nya Jeno. Dia penyebab anak kita meninggal dan rahim ku harus di angkat" Ucap Minhee mulai terisak lagi.

Jeno mengusap surai hitam Minhee. Jika menyangkut mendiang calon bayi mereka, Minhee akan sangat sensitif.

"Aku tidak ingin melihat pembunuh bayi kita ada disini Jeno. Ak-."

Jeno mengecup bibir Minhee lembut. Mencoba memberikan ketenangan pada istri pertama nya.

Beberapa detik kemudian Jeno melepaskan nya dan mengelus pipi Minhee.

"Dia akan segera pergi dari sini. Kau tidak akan pernah lagi melihat nya" Ucap Jeno memeluk Minhee.

Minhee mengangguk membalas pelukan Jeno. Di dalam dekapan Jeno, Minhee tersenyum penuh kemenangan. Akhirnya rencana nya akan kembali ia susun dengan rapih dan tanpa ada gangguan lagi.



Tengah malam ini, seluruh keluarga Jung sudah tidur. Seluruh lampu ruangan pun sudah di padamkan. Hanya saja kamar Jaemin masih terlihat remang-remang oleh lampu tidur yang belum di matikan. Jaemin terusik dalam tidur nya. Buliran air keluar dari pelipis nya. Kedua tangan nya meremat selimut dengan lumayan kencang.

"Bunda!!."

Jaemin menyeritkan dahi nya. Kenapa dirinya tiba-tiba ada di sebuah hamparan bunga lily putih dengan sebuah danau yang tenang di depan nya.

"Bunda!!."

Jaemin menolehkan kepala nya dan mendapati seorang anak kecil yang berlari kearah nya dengan memakai setelan serba putih.

Tubuh nya tersentak saat anak kecil itu memeluk kedua paha nya.

"K-kau siapa?" Tanya Jaemin.

"Bunda!" Panggil nya dengan nada ceria.

"Jiyoon kemari!!!" Panggil anak itu.

Jaemin menatap seorang anak perempuan bersembunyi di balik pohon mengintip malu-malu pada Jaemin.

Regret - NominWhere stories live. Discover now