Between Us 17

4K 924 278
                                    


Masih nungguin cerita ini update? Yang nungguin terima kasih banyak! Tantangannya di part kemarin juga terpenuhi. Kan maen mantab jiwa 💜 Kali ini partnya lebih panjang cihuy, ramein yaaa 🌝✨
Pengen tahu dong, voter keberapa nih?

 Kan maen mantab jiwa 💜 Kali ini partnya lebih panjang cihuy, ramein yaaa 🌝✨ Pengen tahu dong, voter keberapa nih?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.







"Ada yang salah."

Kalimat yang meluncur dari bibir Seokjin berhasil membuat Namjoon yang hendak menyeruput kopinya stagnan mendadak. Alis Namjoon naik secara tipis seiring ekspresi Seokjin yang ditekuk muram. "Apa yang salah, Hyung?" tanya Namjoon pada akhirnya, lalu melanjutkan acara minum kopinya sembari menumpuk kaki di atas paha lainnya. "Aku sudah memastikan tidak ada yang salah."

Tatapan Seokjin berkilat acak, bolpoin hitam dengan penutup berwarna emas itu terputar gusar di antara sela-sela jemari. "Marydianne benar-benar membingungkanku, Joon."

Suara 'tak' lembut dasar cangkir dan pisin terdengar saat Namjoon meletakkan cangkir dan melanjutkan. "Informasi yang aku dapat dari panti asuhan sama dengan apa yang aku berikan padamu, Hyung. Marydianne pergi dari panti asuhan sejak berumur tujuh belas tahun lalu tinggal sendiri di Jangchung-dong, berkuliah di Universitas Dongguk dan berhasil mendapatkan beasiswa. Dia tidak memiliki banyak teman, tapi hubungan sosialnya cukup baik meskipun dia bukan mahasiswi yang mencolok."

Seokjin tahu jika seorang Kim Namjoon itu memiliki kapasitas yang tinggi dalam melakukan sesuatu. Kecerdasannya, kecakapannya, dengan sedikit sentuhan perfeksionitas yang dimiliki oleh pribadi berlesung pipit itu, Seokjin jelas jauh dari kata ragu. Tetapi ini jauh dari ekspetasinya. Informasi yang ia teguk selama ini, nyatanya tidak presisi dalam jalur.

"Tidakkah kau melewatkan sesuatu, Joon?" tanya Seokjin lebih jauh, alisnya hampir-hampir menyatu di tengah. Bagaimana interior ruangan Seokjin yang mewah seakan beradu padan dengan parasnya yang tampan. "Marydianne mengaku jika dia bukanlah orang yang kita cari, tetapi saudari kembarnya." Seokjin mendaratkan satu kepalan tangan di atas meja. "Mereka kembar, kembar!" Ia menggebrak meja lagi. "Sialan! Aku tidak menduga jika ada kemungkinan seperti itu."

Iya, pada kenyataannya fakta itu menampar Namjoon dengan kuat. Satu informasi yang tidak ia ketahui. Kemungkinan yang tidak ia sangka muncul kepermukaan. "Aku tidak merasa dibodohi." Namjoon menjeda. "Hanya saja mereka memang cerdik."

Helaan napas frustasi Seokjin terdengar, pribadi itu sampai melempar kepalanya pada sandaran kursi putar seiring rasa pening itu menjerat pikirannya. Sudah bertahun-tahun lamanya Seokjin mencari keberadaan ibu Juliet, ibu dari seorang bocah perempuan yang mau tidak mau ia angkat menjadi putrinya.

"Jika seperti itu kasusnya, kesimpulannya hanya satu." Penuturan Namjoon berhasil membuat Seokjin kembali mengumpulkan fokusnya. "Ada pihak yang ingin menutupi keberadaan saudari kembar Marydianne."

"Lalu apa tujuannya? Kenapa?" Seokjin hampir sampai pada titik emosinya.

Namjoon hening beberapa saat, seakan ia memiliki roda bergerigi di dalam kepala yang tengah menyusun berbagai macam asumsi dengan poin-poin yang ia temukan sejauh ini. "Ada hubungannya dengan masa lalu mereka, mungkin?" jedannya. "Coba kita bangun sebuah kemungkinan. Jika mereka memang kembar, kenapa tidak diadopsi secara bersamaan? Kenapa hanya satu yang ditinggalkan di panti asuhan? Lalu jika benar seperti itu, kenapa tidak ada informasi apapun mengenai keluarga angkat saudari Marydianne?"

Resilience-Between Us ☑️Where stories live. Discover now