"Kau akan baik-baik saja, oke." Sesil berucap sebari memeluk erat tubuh Dilra, "Kau tak perlu memperdulikan ucapan mereka."

***

Gavin meremas tengkuknya, ia berhasil mencari tahu latar belakang Dilra sesuai dengan dugaannya jika wanita itu bukan wanita murahan seperti apa yang Lion utarakan, bosnya ini memang suka sembrono dalam mengambil keputusan. "Sudah aku bilangkan dia itu sembrono!"

Dengan segera ia beranjak bangun setelah mengumpul semua bukti yang Gavin dapatkan dari hasilnya menjadi seorang detektip dadakan, "Lion, Lion setelah melihat bukti ini bagaimana ekspresinya nanti."

Suasana hati Lion sedang tidak baik, di dalam kamar yang benar-benar berantakan menyisakan sang empunya kamar yang berpenampilan sama, jangan lupa ada beberapa minuman beralkohol yang menemaninya. "Kau ini bodoh? Kenapa minum begitu banyak?"

Gavin merebut botol minuman beralkohol itu dan menaruhnya, pria itu mendekati Lion dan duduk di sampingnya. "Kau masih waraskan? Aku sudah mengumpulkan beberapa bukti."

"Sudah aku bilang seharusnya kau menyelidiki dulu bukan asal perkosa anak orang." Gavin merasa gemas bukan main, pertama kali dalam kehidupannya Lion melakukan kesalahan yang sangat patal.

Lion menatap kaku kearah Gavin, "Apa buktinya?"

Gavin menaruh amplop coklat itu diatas telapak tangan Lion, "Ini dan kau lihat sendiri."

Lion mengamati amplop itu sejenak sebelum jemari tangannya memilih untuk mulai membuka, di dalam ada beberapa lembar kertas dan foto.

"Ini adalah bukti foto dari hasil CCTV di mana Dirga selalu berada, lihat wanita itu berrambut pendek dan memiliki tato, anak TK pun tahu perbedaannya."

Lion berniat memberikan sebuah bogeman, "Kau!"

"Kesimpulannya adalah Dirga selingkuh dengan pegawai clubnya sendiri."

"Urusanku sudah selesai kan? Dan selamat untukmu karena sudah salah masuk!" Gavin mengangkat kedua tangannya lalu melambaikan tangan sebari terkekeh, ia benar-benar menunggu bosnya yang satu ini menebus kesalahan patalnya.

"Sialan kau Dirga!" Lion meremas selembar foto dan membuangnya sembarang tempat, jika selingkuhan Dirga rupanya bukan Prao, Lion merasa ingin menenggelamkan tubuhnya dan menghilang bak di telan bumi.

Lion menghela berat dan meremas dahinya, "kepalaku sakit, kepalaku sakit hah!"

Lion beranjak bangun lalu meninju dinding, bayangan-bayang Prao berulang kali menyangkal tuduhannya membuat Lion semakin prustasi, bisa-bisa ia salah dalam mengambil tindakan, dan membuatnya harus bertanggung jawab.

Lion kembali duduk sebari menyenderkan punggungnya, di sana bayangan itu kembali mengintai otak sadarnya kenapa ia harus bertindak sembarangan.

Gadis itu berrambut panjang dan berprofesi sebagai disjockey

Sesaat ucapan Rebbeca masuk ke dalam memori ingatannya, Lion merasa tengah menjadi manusia paling bodoh karena hanya mengantongi sebuah perkataan dari adiknya sebelum ia tahu jika wanita berrambut panjang itu tentu banyak di dunia ini, "Ah, Sial!"

Merasa semakin prustasi, berdiam diri bukan hal yang baik. Ia harus keluar dan mencari angin segar kemungkinan berjalan-jalan disekitar mansionnya akan cukup menyegarkan otaknya yang tengah penat dan memikirkan cara untuk meminta maaf dengan segera.

Lion beranjak bangun sebari meraih ponsel dan kunci mobil, ia harus keluar dari zona bersalahnya sebelum ia benar-benar gila, namun dilangkah ketiga tiba-tiba ponselnya berdering, Lion tersenyum dan segera mengangkat panggilan, "Iya?"

Kapan kau pulang? Aku sangat merindukanmu, aku rindunmenghabiskan malam panjang denganmu

"Aku juga begitu merindukanmu, terutama permainan panasmu," jawab Lion dengan suara khas seksinya.

Cepat kembali

Lion tertawa kecil dan selintas raut wajah Dilra kembali muncul dalam benaknya, "Aku ingin kembali bertanya, ciri-ciri wanita selingkuhan Dirga seperti apa?

Bukankah aku sudah memberitahu mu?

Tbc.

SALAH MASUKOnde histórias criam vida. Descubra agora