Bab 16

24.6K 1K 26
                                    

Sesil segera berlari dengan tergesa ketika ia melihat Dilra keluar dari salah satu bilik kamar hotel, jantungnya nyaris saja lompat dari tempatnya setelah ia tahu jika kehilangan bos nya itu ada hubungan nya dengan Lion, si pria bajingan garis keras!

Sesil meraih kedua pundak Prao setelah tubuh wanita itu luruh di atas lantai, Sesil menangkup kedua pipinya dan mengusap secara perlahan buliran bening yang jatuh membasahi pipi Dilra, "Dia melecehkanmu kembali?"

Kenyataan pahit yang kembali menyambar kehidupannya memang tak bisa ia selalu sembunyikan, dengan berat Dilra mengangguk sebari kembali berisak. Sesil memeluk erat tubuh rapuhnya dan berusaha untuk menenangkannya, Sesil mengepalkan satu tangannya. "Apa pria bajingan itu berada di dalam?"

Dilra diam, menambah masalah bukan hal yang baik kini.

Sesil kembali menoleh ke arah Dilra, melihat gelagat aneh dari lawan bicaranya meyakinkan Sesil jika pria itu berada di dalam, "Aku akan masuk."

Benar dugaannya, Sesil tak akan pernah mau bekerja sama dengannya. Dilra menoleh cepat ke arah samping Sesil sudah lenyap dari pandangannya dan Dilra harus kembali masuk ke dalam kamar itu dengan sangat berat hati.

"Bajingan kau Lion!" Sesil meraih segelas air diatas nakas dan menyiramkan nya secara perlahan diatas puncak kepala Lion yang tengah asik duduk bersantai di atas sofa, "Kau sakit jiwa hah?" Sesil kembali berucap.

Merasa jika hanya menyiram air saja belum cukup, Sesil melihat sebotol wine penuh berada di posisi tak jauh darinya, dan langkah selanjutnya Sesil kembali menuangkan minuman itu di atas puncak kepala Lion dengan sangat perlahan sebari tersenyum devil, "Wanita murahan yang kau anggap itu siapa? Dilra atau adikmu?"

Mendengar itu Lion membelalakkan kedua manik miliknya, pria itu masih terdiam tanpa menjawab.

"Bisa saja yang murahan di sini adikmu itu!" Sesil melempar botol kosong itu sampai pecah berkeping-keping, perlakuannya kini tak seberapa dengan perbuatan bejadnya.

"Sebaiknya kau pergi ke dokter ahli, obati gangguan kejiwaanmu itu, saya ingatkan kembali Tuan Lion, jika gadis dihadapanmu ini." Sesil menarik paksa tubuh Dilra untuk berhadapan dengan Lion, "Bukan wanita murahan yang selalu kau pikirkan!"

"Kau sulit membedakan mana perawan dan bukan." Sesil melangkahkan kedua kakinya sebari bersidekap, "Seharusnya kau tahu sendiri jawabannya!"

Plak!

Dengan penuh tenaga Sesil menampar wajah tampan Lion tanpa ragu, pria itu benar-benar pantas mendapatkan apa yang layak dengan perbuatannya, Sesil meraih telapak tangan Dilra dan mengajaknya untuk menjauhi iblis berwujud manusia satu ini, Sesil merasa jika peebuatannya kini belum pantas, bahkan Lion lebih pantas mendapatkan perlakuan yang jauh lebih hina.

Dilra mencekal pergelangan tangan Sesil, "Seharusnya kau tak melakukan hal tadi."

Dengan wajah sebal, Sesil menoleh sebari terkekeh. "Tak melakukan?"

"Bahkan perlakuanku tadi masih terlalu sopan baginya, apanya yang tak seharusnya melakukan!" Sesil menggelengkan kepala, ia merasa jika sebentar lagi kepalanya akan merasakan migren hebat karena Dilra terlalu amat polos.

"Seharusnya kau melaporkan pria bajingan itu ke kantor polisi."

Dilra mencekal kembali pergelangan tangannya dengan wajah penuh permohonan, ia tunjukkan untuk menghentikan aksi Sesil untuk melaporkan kejadiannya, Dilra sudah cukup lelah dengan perdebatan-debatannya hari ini.

"Paling benci kalau raut wajahmu sudah seperti ini." Sesil menghela, melihat wajah memelas Dilra ia tak bisa menghiraukannya begitu saja, "Oke, oke aku diam di tempat takkan kemana-mana."

Dilra segera larut dalam pelukan Sesil, sahabat sekaligus rekan kerjanya ini selalu dapat ia andalkan, karena hanya wanita itu yang Dilra miliki selebihnya hanya bayangan semu.

***

Lion melempar semua benda yang berada di dekatnya, Ya pria itu masih berada di dalam kamar di mana ia kembali menjadi seorang pria dewasa paling brengsek, ucapan Sesil masih begitu menggema dalam otak sadarnya.

Kau sulit membedakan mana perawan dan bukan

Lion tak suka dengan kenyatanya, ia tak mau menerima kenyataannya, ia tak suka dengan ucapan wanita tadi, Lion mengepalkan kedua tangannya dengan cepat ia justru meninju cermin dihadapannya yang berhasil menimbulkan kegaduhan di sana, cermin itu pecah bersamaan dengan kenyataan yang perlahan menyayat hatinya, Lion tak suka dengan kebenaran yang ia terima.

Jika Prao masih perawan, dan ia menjadi pria brengsek karena sudah memperkosanya.

Lion kembali meninju cermin itu dengan penuh tenaga sampai darah segar tertinggal diserpihan cermin yang masih menempel di tempatnya, Lion berteriak prustasi atas apa yang terjadi Lion tak suka dengan kenyataannya kali ini.

"Kau baik-baik saja bos?" Gavin dengan segera meraih tangan kanan Lion, "Tanganmu berdarah."

Gavin semakin kalang kabut melihat rembesan darah cukup banyak bahkan sampai mengotori lantai, "Apa kau baik-baik saja?"

Lion menarik kembali tangannya setelah tahu jika Gavin berniat untuk mengobati lukanya, "Aku benci dengan kebenarannya."

Gavin menautkan kedua halisnya, "Kebenaran apa bos?"

Lion menghela lalu tubuh kekarnya luruh di atas lantai, "Seharusnya aku sadar jika gadis itu memang masih perawan, noda darah di atas seprai waktu itu seharusnya menjadi salah satu bukti."

Gavin masih berusaha mencerna ucapan bosnya yang Gavin yakini tengah dipengaruhi minuman beralkohol, "Oke, sebaiknya kita duduk."

Lion menepis kedua tangan Gavin yang berniat meraihnya, perasaannya sangat kacau dan Lion merasa begitu sangat bodoh, "Gavin kau harus menyelidiki semua latar belakang wanita itu."

"Siapa? Memangnya kau berada di dalam kamar ini dengan seorang wanita?" Gavin akhirnya paham, dengan segera ia beranjak bangun dan mengecek seprai, mencoba mencari noda darah yang bosnya ceritakan tadi, "Di sini tidak ada noda darah, bos apa kau kembali memperkosa seorang wanita lagi?"

"Wanita yang sama," jawabnya dengan sesekali cengengesan, "Aku memperkosa wanita itu lagi disini Gavin." Sebari terkekeh Lion beranjak bangun, pria itu duduk di tepi ranjang dan menepuk-nepuk ranjang.

Gavin terkejut, "Prao maksudmu?"

Lion segera mengangguk.

"Kau bodoh hah? Bukankah aku sudah memberi tahumu. Sewa detektif paling mahal sekalian untuk mencari tahu siapa selingkuhan adik iparmu." Gavin menggelengkan kepala, "Apa kau tiba-tiba menjadi pria miskin untuk masalah ini?"

"Jaga ucapanmu Gavin aku masih mampu mendengar dengan baik."

"Lalu untuk apa kau memperkosa wanita itu lagi?" Gavin mendorong tubuh Lion sampai pria itu akhirnya terlentang di atas ranjang.

"Wanita diluar sana banyak Lion, kau bahkan mampu membayar paling mahal hanya untuk sekali berkencan." Gavin meraih kerah kemeja Lion, "Bukan merusak wanita!"

Lion hanya mampu terkekeh sebari memejamkan mata, "Karena dia sudah membuatku candu akan tubuhnya."

"Tubuhnya tak bisa pergi dari otakku yang mesum ini."

"Aku sangat suka dengan semua yang ada dalam tubuhnya."

"Dia benar-benar membuatku kecanduan."

Gavin segera beranjak bangun sebari berkacak pinggang, ia memijat pelipisnya. "Bos, rupanya kamu sedang jatuh cinta?"

SALAH MASUKWhere stories live. Discover now