Bab 14

24.5K 935 8
                                    

Dilra Prao

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dilra Prao

Dilra mulai memasuki ruang acara dengan segera wanita itu melakukan penyambutan sebelum ia memulai aksinya bermain musik, berulang kali Dilra melambaikan tangan dan memberikan penghormatan yang sangat sopan, Dilra lantas tersenyum sembari kembali memperkenalkan diri setelah merasa cukup kini saatnya musik bergema dalam ruangan dan suara tepuk tangan semakin membanjiri pendengaran Dilra, kali ini perasaan yang cukup lama kembali ia rasakan perasaan bahagia sederhana yang sulit ia dapatkan setelah hanya ada malapetaka dalam hidupnya.

Tak terasa beberapa tetes buliran bening itu membasahi pelupuk matanya namun Dilra dengan sigap menutupi keterharuannya dengan terus bermain musik namun hal yang berhasil membuat Dilra terkejut setelah lampu latar menyoroti dirinya dan suasana ruangan berubah menjadi begitu hening, Dilra segera menghentikan permainannya.

Derap langkah terdengar perlahan namun pasti membuat Dilra merasa sinyal waspada dalam dirinya menyala, derap langkah itu berhenti tepat di samping Dilra, namun karena minim cahaya ia tak mampu melihat raut wajahnya dengan jelas, Dilra hanya mampu menebak dari postur tubuhnya memang pria.

Apa Riko? Dilra membatin sejenak setelah pandangannya tak mampu ia alihkan ke objek lain setelah satu lampu latar berpindah dan menyoroti tubuh pria dihadapannya Dilra membulatkan kedua manik miliknya.

Lion.

Pria itu berdiri gagah sebari membawa sebuket bunga, dengan gagah Lion kembali mengambil langkah dan mengikis jarak keduanya, pria itu mengambil satu mikrofon dan mulai angkat bicara.

"Selamat malam semuanya, perkenalkan saya Lion Lesmana dari Lion's corp." Pria itu berdiri tegak menghadap para tamu undangan dengan lampu latar yang masih menyoroti dirinya.

"Maaf harus berbohong dan mengganggu acara malam ini, namun acara sesungguhnya adalah bahwa saya akan melamar kekasih saya, Dj Prao."

Dilra terperangah sempurna, kedua manik miliknya bukan hanya membulat sempurna namun nampak ingin melompat dari tempatnya karena ucapan Lion berhasil membuat jantungnya seperti berhenti berdetak, Dilra masih terpaku dan tubuhnya kaku.

Lion menyampingkan posisi tubuhnya, "Ya, malam ini acara khusus saya untuk melamar kekasih saya Dilra Prao."

Lampu ruangan kembali menyala sempurna menampilkan mimik wajah Dilra yang nampak sangat terkejut, Lion terkekeh dan segera menghampiri Prao. Berdiri tegak dihadapannya dan Lion memberikan sebuket bunga tanpa basa-basi, "Kau sangat cantik sayang."

Tanpa permisi Lion mengecup hangat pipi kiri Prao yang dengan cepat mendapatkan sebuah  sambutan Prao ingin segera menampar Lion, namun urung karena Lion sudah mencekal pergelangan tangannya terlebih dulu. "Kau mau mempermalukan kedua orang tuamu? Lihat arah jarum jam 12."

Dilra mencoba mencari keberadaan kedua orangtuanya dan Dilra yakini jika Lion tengah berbohong karena Dilra tahu jika kedua orangtua nya tak akan mau melihatnya bermain musik, namun Dilra kembali merasa kecewa karena ucapan Lion kali ini benar, mereka tengah menyaksikan.

"Bukankah siapa pun pria nya bisa mencium mu dengan bebas?" Lion kembali berbisik dan menarik kasar pinggang Prao, "Setelah ini aku akan menghapus semua jejak cumbuan pria lain dari tubuh murahanmu!"

"Jaga ucapan anda!"

Dilra tak mendapatkan jawabannya, Lion dengan sepihak kembali mengalihkan pembicaraan dan meninggalkan Prao begitu saja berdiri seorang diri Lion dengan sigap kembali berucap, "Bukankah seorang pria itu harus bertanggung jawab jika sudah meniduri seorang wanita?"

Lion kembali menoleh ke arah Prao, "Saya melakukannya."

Semua tamu undangan terkejut bukan main, bahkan Gavin berulang kali mengucek kedua matanya, Gavin berharap jika Lion tak salah ambil keputusan dengan menyeret nama baiknya sendiri.

"Awal pertemuan kami memang kurang baik dan saya sebagai seorang pria dewasa akan bertanggung jawab atas perbuatan saya terhadap Dj Prao pada malam itu di New York." Lion membungkukkan tubuhnya dan kembali meraih satu tangan Prao dan Lion menarik tubuh ramping Prao untuk berdampingan dengannya, jarak keduanya begitu dekat bahkan Lion mampu merasakan dada milik Prao naik turun menahan emosi.

Lion tersenyum menakutkan ketika ia memanggil seorang pelayan untuk membawakan barang special miliknya, dan kotak bludru berwarna hitam sudah tiba dihadapan mereka, Dilra berniat untuk melepaskan diri. "Hentikan permainan konyolmu!"

Lion menaikkan satu halisnya, wanita dihadapannya semakin membuat Lion bersemangat mengganggunya, "Kau wanita yang pintar," ucapnya dengan tenang.

Dilra terus mendorong tubuh Lion, ia muak dengan kelakuan pria itu yang terus menerus merusak hari-harinya. "Siapa yang sudi menjadi pasanganmu!" Gertaknya, Dilra mencari celah untuk kabur.

Melihat itu Lion kembali memberikan sebuah kecupan ringan di bibir ranum Prao, dan pria itu tak ingin jika moments kali ini tersudahi begitu saja. "Ikuti apa yang saya mau atau kau pilih saya terus mengganggu hidupmu?"

"Ikuti kau bilang?" Dilra menekankan pertanyaannya sebari menyunggingkan senyuman, "Kedua hal itu tak ada untungnya bagiku, lagi pula masih banyak gadis diluar sana apa kau buta?"

"Aku tak berminat melihatmu!"

Mendengar ucapan itu Lion merasa tengah terpancing, satu tangannya tanpa sadar terkepal kuat baru Prao seorang wanita yang berani menolaknya dengan tanpa basa-basi, "Jadi?" Ucapannya tergantung namun Lion justru melangkah, "Kau lebih memilih aku menghancurkan hidupmu?"

Dilra tak suka dengan mimik wajah Lion kali ini, pria itu memang layaknya seorang iblis, namun Dilra tak sudi jika ia menjadi kekasih si bajingan Lion hal itu pun tak memberikannya sebuah keuntungan, sebelum terlambat ketika ada celah Dilra dengan segera membalikkan tubuhnya untuk menjauhi Lion, untuk urusan asmara Dilra tak mau main-main dan pria itu bukanlah Lion.

Dilra melangkah perlahan menjauhi tubuh Lion yang masih bergeming di tempat, Dengan perasaan berkecamuk aneh Dilra selalu meyakini diri jika Lion bukan pilihan terbaik, ia harus menolak lamaran itu dan menjauh dari kehidupan Lion sejauh mungkin karena pria itu hanya akan membawanya sebuah musibah bukan kebahagiaan.

Setelah Dilra berhasil keluar, Lion yang sadar tengah menjadi bahan gunjingan ikut serta mengekori kepergian Dilra, Lion merasa seharusnya wanita itu yang malu bukan dirinya yang justru tengah dipermalukan, Lion melangkah cepat untuk kembali memberikan perhitungan yang mutlak kepadanya, Lion semakin bersemangat untuk membuat kehidupan begitu hancur, "Kau berani menolakku?" Ucap Lion dan berhasil membuat Prao menghentikan kembali langkahnya.

Prao bergeming ia tak mampu menoleh barang sejenak ia tak mau kembali melihat raut iblis di dalam wajah Lion.

Lion melangkah pelan, "Kau berani menolakku?" Ia mengulangi pertanyaannya, jemari tangannya mulai menarik dasi dan kemeja miliknya ia menarik pergelangan tangan Prao sampai wajah wanita itu berpaling ke arahnya.

"Aku sedang bertanya, kau berani menolakku?"

Manik gelap itu melekat sempurna di netra milik Prao, ia tak mau berbasa-basi kini. Kesabarannya sudah sangat habis, Lion menggendong tubuh Prao dipundak kokoh miliknya dan masuk ke dalam sebuah bilik kamar.


SALAH MASUKWhere stories live. Discover now