Bab 17

23K 1K 30
                                    

Keduanya berjalan gontai, mereka harus kembali ke apartemen untuk beristirahat. Namun bukan itu yang membuat mereka berjalan lesu. Sesil terkejut ketika mereka sadar jika orangtua Dilra sudah menunggu mereka di dekat pintu, Dilra memutar kedua matanya malas, ia yakin jika orangtuanya hanya akan memberikannya ceramah-ceramah yang mengharuskannya menyesal telah bekerja sebagai Dj, sesampainya Dilra diam bergeming mereka saling bertatapan kaku.

Plaakkkk!


Sebuah tamparan cukup keras kembali Dilra dapatkan, sang ayah nampak tengah menahan emosi, "Bukan kah sejak awal, ayah bilang jika kerjaanmu ini benar-benar menyusahkan!"

"Sekarang kau mempermalukan kami secara terang-terangan!"

Dilra kembali berisak pelan, hatinya belum seutuhnya sembuh kini luka itu terasa seperti tengah dihujani alkohol, Dilra enggan menjawab dan berniat untuk berlalu begitu saja.

"Mau kemana kau? Dasar anak kurang ajar kenapa kau mencari masalah dengan Lion Lesmana! Mau ditaruh di mana muka ayahmu ini!"

Cukup! Dilra membatin, hatinya begitu rusak kini pria tua bangka dihadapan nya semakin memperburuk keadaan, "Kau tahu kenapa pria bajingan itu berurusan denganku?" Dilra menarik napas dalam.

"Karena dia memperkosaku!"

Plaaakkk!

Sebuah tamparan kembali Dilra dapatkan, kini sang ibunda yang melakukan nya. "Pria berpendidikan seperti Lion tidak mungkin melakukan hal yang merendahkan harga dirinya."

Dilra mengusap pipi merahnya sebari tertawa miris, "Sudah aku duga inilah sifat aslimu kenapa kau selalu memakai topeng menjadi orang paling perduli kepada saya?"

"Jaga sopan santunmu Dilra!" Sang ayah kembali meninggikan suaranya, "Dia ibumu."

Dilra mencela dengan memalingkan wajah, "Entahlah sejak aku kecil rasanya tetap asing bahkan sampai detik ini aku merasa asing dengan wanita dihadapanku ini, apakah ayah menyembunyikan sesuatu?"

"Kau!"

Arleta menahan tangan Romy untuk tak menampar Dilra kembali, "Kau tak boleh menamparnya kembali."

Dilra bertepuk tangan beberapa kali, "Teruslah berakting, aku sudah biasa melihatnya, jika tidak ada kepentingan silahkan kalian pergi!" Dilra membentak dengan menunjuk arah pintu keluar, perdebatan kali ini tak akan pernah mendapatkan hasil yang bagus.

Romy menghela, "Sebaiknya kau meminta maaf kepada Lion, dia harus menahan malu karena kau pergi begitu saja disaat dia ingin melamarmu."

Dilra kembali menoleh tajam, "Apa?"

"Dia sudah memperkosaku, harus aku juga yang minta maaf?" Dilra meremas dahinya prustasi bisa-bisanya ayah kandungnya ini menyuruhnya meminta maaf.

Romy memalingkan muka, "Aku tidak percaya jika pria berpengetahuan luas seperti dia mampu melakukan hal yang tidak terpuji ...," ucapan nya terjeda dan Romy menatap lekat manik milik Dilra, "Bisa saja kau yang menggodanya, bukankah aku sudah memberitahumu jika pekerjaanmu ini memang sering kali di cap murahan?" Romy berniat berlalu, "Cepat minta maaf sebelum wajah ayahmu ini di permalukan."

Dilra mengepalkan kedua tangannya hatinya semakin hancur setelah ia tahu kadar berharganya hanya 10% di hadapan sang ayah, seharusnya ia tak boleh berkata apapun, toh kejujuran nya tak mampu merubah pandangan mereka.

Setelah keduanya berlalu, Dilra kembali luruh diatas lantai dengan kedua tangan ia tangkupkan untuk menutupi wajahnya yang tengah berisak histeris, kali ini hatinya benar-benar nyeri luar biasa. Dilra selalu merasa jika mereka seperti bukan orangtua nya, Dilra selalu merasa jika ia tumbuh hanya seorang diri.

SALAH MASUKWhere stories live. Discover now