27 Pacar Gue

20.4K 3K 631
                                    

Hey guys...!!! Welcome back to my storyyyy...!!!

Hai.. Ayo ikutan PO Saving The Male Lead sebelum ketinggalan ‼️

Cuma sampai tanggal 20 Januari 2024 aja 🔥

*
*
*

Shailene menatap dua orang cowok di depannya heran. Tidak biasanya mereka datang bersama-sama seperti ini. Ya dua orang ini datang bersama menemuinya di jam istirahat pertama, tepatnya Shailene bertemu mereka di depan tangga tempat ia turun, lalu mereka berdua mengikutinya sampai ke bawah pohon ini, masing-masing duduk di kanan dan kirinya.

"Jadi kenapa?" tanya Shailene membuka suaranya.

"Kenapa apanya?" Ryan balas bertanya dengan ekspresi bingung.

"Kenapa kalian bisa datang barengan gini?" jawab Shailene sambil kembali bertanya dengan ekspresi menyelidik.

"Oh, gue ketemu dia di depan tangga tadi, nggak barengan lah," jawab Ryan santai.

Shailene beralih menatap Fabian yang sejak tadi diam. Fabian hanya menatapnya dengan pandangan datar seolah membenarkan perkataan Ryan.

"Hmm, jadi ngapain lo nyariin gue?" tanya Shailene yang sudah kembali menatap Ryan.

"Gue kan editor lo, ya suka-suka gue lah mau ketemu lo," jawab Ryan.

Mendengarnya membuat Fabian langsung menoleh dan menatap Shailene meminta penjelasan. Shailene yang ditatap seperti itu langsung memalingkan mukanya ke arah lain.

"Eh Yan, mulai sekarang lo gak usah jadi editor gue lagi lah," ujar Shailene seenaknya.

"Heh? kenapa gitu?" heran Ryan sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Ya gak perlu aja, lagian editan lo jelek gitu," jawab Shailene acuh.

Ryan langsung melebarkan matanya.

"Jelek lo bilang? siapa yang waktu gue kasih video jadi langsung bales pake emoticon mata yang ada love-love-nya?" kesal Ryan.

Fabian yang sudah memasang wajah datarnya kini mulai mengeluarkan aura suramnya. Hal itu membuat Ryan yang merasakannya pun menoleh pada Fabian.

"Fab, btw lo ngapain sih ketemu Nyonya Bos? bukannya cewek lo tadi lagi sakit ya?" tanya Ryan sangat enteng.

Fabian yang mendengarnya semakin suram saja auranya. Ia menatap tajam Ryan yang bertanya padanya dengan wajah polosnya.

"Gue yang suruh, mau apa lo?" ketus Shailene.

"Yee, kenapa lo yang marah sih, gue kan cuman nanya, lagian cewek dia lagi sakit, lo nggak kasian? Itu kan pembantu lo?" balas Ryan.

Kali ini bukan hanya Fabian yang mengeluarkan aura suram, Shailene juga.

"Siapa sih yang ceweknya Bian? gembel itu bukan ceweknya ngerti gak sih lo?" kesal Shailene.

"Heh gue ngomongin pembantu lo, bukan gembel," balas Ryan bingung.

"Yang gue omongin itu pembantu gue!, gembel itu namanya Vania!, Vania tu calon istri lo di masa depan! ngerti gak sih lo?" Shailene semakin kesal dibuatnya.

"Dih, lo kok doain gue nikah sama pembantu lo sih?" Ryan menjadi kesal mendengar omongan Shailene.

"Gue nggak doain, tapi itu emang kenyataan!" balas Shailene masih kesal.

"Emangnya lo tau darimana?, peramal lo?, lagian masa ganteng-ganteng gini nikahnya sama pembantu lo sih, gak level lah," ujar Ryan sambil memamerkan wajah tampannya.

"Dih gak usah sok kecapekan lo," cibir Shailene.

"Gue nggak sok kecakepan ya, tapi emang cakep," elak Ryan tersenyum menggoda.

Jangan tanya bagaimana kabar Fabian saat ini, cowok itu langsung menarik Shailene mendekat ke arahnya.

Ryan yang melihatnya pun megernyit bingung. Kenapa Fabian harus menarik Shailene mendekat ke arahnya?, memangnya dirinya sejelek itu kah?.

"Tuh gak liat lo cowok gue marah?, berani-beraninya sih lo godain gue," ucap Shailene dengan wajah songongnya.

Ryan semakin mengerutkan keningnya.

"Hah? cowok lo? cowok lo siapa? gue gak marah kok," Ryan bertanya dengan bingung.

Shailene yang tadinya songong mengubah ekspresinya menjadi kesal. Ryan begitu bodoh menurutnya.

"Fabian lah! siapa lagi? lo? iyuh gak level gue sama cowok dungu macem lo!" jawab Shailene kesal.

"Hah Fabian?, hahaha jangan becanda deh lo, lo halu ya gara-gara ngejar-ngejar 2 taun gak di-notice?" ejek Ryan.

Mendengarnya Shailene benar-benar kesal.

"Siapa yang halu?, cowok kayak lo emang pantes sama pembantu gue," sarkas Shailene yang kemudian langsung berpindah tempat duduk.

Gadis itu berpindah duduk di atas pangkuan Fabian dengan berani, duduk menghadap Fabian, menempatkan kedua tangannya di atas bahu Fabian, lalu menoleh pada Ryan dengan senyum sombongnya.

Ryan yang melihatnya hampir menjatuhkan rahangnya.

"Eh lo mau ngapain? ini masih di sekolah woy!!" panik Ryan.

"Lo boleh pergi dari sini, kalo nggak berati lo tanggung sendiri akibatnya," ucap Shailene sambil memainkan rambut Fabian di depannya yang tampak diam saja.

Ryan hanya bingung mendengar ucapan Shailene. Cowok itu hanya diam di tempat degan ekspresi konyolnya.

Shailene yang melihat itu menampilkan senyum liciknya. Gadis itu mendekati wajah Fabian yang sedari tadi hanya diam bagaikan patung.

"Eh eh lo jangan aneh-aneh deh, inget ini di sekolah," Ryan kembali panik melihat aksi Shailene.

Shailene yang seolah tidak memperhatikan Ryan hanya semakin mendekati Fabian. Ia mengelus rambut belakang Fabian, wajahnya semakin dekat dengan wajah Fabian, hingga ujung hidung keduanya bersentuhan.

"Njir, iya gue percaya," ucap Ryan akhirnya.

Namun Shailene masih belum berhenti. Gadis itu semakin mendekati wajah Fabian. Meskipun jantungnya sudah berdisko tapi tujuan utamanya harus tercapai. Misi utamanya adalah mengusir Ryan dari sini.

"Njir gue gak liat!, gue masih polos!, gue pergi aja!" heboh Ryan yang beranjak pergi meninggalkan pohon itu, meninggalkan Shailene dan Fabian yang masih dalam posisi aneh itu.

Shailene melirik kepergian Ryan dengan ekor matanya. Seulas senyum terpatri di bibirnya. Ia bernafas lega. Gadis itu menjauhkan wajahnya dari wajah Fabian dan menatap kepergian Ryan dengan tawa kecil.

"Hahaha mampus lo, jadi kambing congek kan, salahnya jadi orang begoknya gak ketulungan," ejek Shailene dengan senyum kecilnya.

Sementara Fabian yang sedari tadi diam pun mulai bereaksi. Tangannya yang sejak tadi ada di bawah kini bertengger manis di pinggang Shailene, lalu menariknya mendekat. Shailene yang tidak siap hanya pasrah terhuyung ke arah Fabian.

Cup!

Sebuah kecupan kecil mendarat di pipi Shailene.

Sontak membuat kedua mata Shailene membelalak. Pipinya yang putih mulus itu langsung berubah warna menjadi kemerahan.

"Good job," ujar Fabian setengah berbisik.

[Sebagian part dihapus untuk kepentingan penerbitan. Jika ingin membaca versi lengkapnya bisa ikut PO di bulan januari 2024. Kalo udah gak sabar bisa baca lewat eBook di Google Playbook dengan judul yg sama atau bisa klik link yg ada di bio profil. Terimakasih]

Saving The Male Lead (COMPLETED)Where stories live. Discover now