Bab -32-

45K 4.9K 166
                                    

"Rasanya sangat menyenangkan saat melihat musuhmu menjadi pelayanmu."
-Binar Swastika-

Sumpah, pembaca di lapak 'Istri Terakhir' cepat banget kejar target.

Kenapa sih kalian baru vote kalau ada kejar target? Padahal cerita ini butuh dukungan dari kalian. Kalau engga ada kejar target kelihatan banget ketimpangan antara jumlah yang baca dan vote.

Target selanjutnya, 700 VOTE LANGSUNG UPDATE.
....................

Binar yang baru saja membuka mata dan bangun dari tidurnya dibuat bingung dengan dua pelayan perempuan yang sedang memasukkan pakaian dan barang Faisal ke dalam koper. Lalu ia menatap ke sekitar kamarnya untuk mencari keberadaan suaminya, Faisal terlihat berdiri di depan cermin sambil menyisir rambut dan terlihat sudah rapi dengan pakaian kerjanya.

Tak ada yang aneh dari penampilan Faisal karena itu adalah pakaian sehari-hari Faisal. Namun saat ia menghirup aroma wangi yang terasa tak asing di penciumannya, ia pun langsung turun dari ranjang dan naik ke kursi roda yang berada di samping tempat tidur, ia menggerakkan kursi rodanya untuk menghampiri Faisal. Mulai mengendus pakaian Faisal, hal itu membuat Faisal tersenyum cerah.

"Aku wangi kan?"

"Kau pakai apa hingga aroma wangimu sama sepertiku?"

"Aku pakai semua alat mandimu seperti sabun, shampo, pasta gigi, bahkan ke parfum. Aku suka wanginya, mungkin aku akan ganti alat mandi dan pewangi selamanya."

"Kau tidak minta izin memakai barangku? Itu adalah barangku, Faisal. Bahkan aku membelinya pakai uangku, bukan uangmu, kau tak ada hak menggunakannya."

Pagi-pagi Binar sudah dibuat kesal dengan tingkah aneh Faisal, ia memukuli lengan suaminya untuk melampiaskan rasa kesalnya. Sedangkan Faisal berusaha menghindar dari pukulan Binar dan baru teringat dengan kehadiran dua pelayan di kamarnya, ia menoleh ke arah pelayan itu yang ternyata kini menatapnya, terlihat berusaha menahan tawa. Hancur sudah reputasinya sebagai majikan yang tegas dan penuh wibawa di hadapan pelayannya karena tingkah Binar.

"Kalian keluar dulu, saya harus bicara berdua dengan Istri saya."

"Baik, Tuan."

Setelah mengusir kedua pelayan itu untuk mempertahankan sisa harga dirinya, ia pun menatap kesal ke arah Binar, lalu memerahi Binar.

"Kau sengaja memukuliku di hadapan pelayan tadi agar harga diriku hancur? Lagi pula ini hanya soal alat mandi dan pewangi, aku akan ganti ratusan kali lipat harga alat mandi dan pewangimu itu."

Seharusnya Binar yang lanjut marah-marah, bukan Faisal yang malah marah-marah padanya. Bahkan pria itu tak meminta maaf karena tindakan tak sopannya menggunakan barang Binar tanpa izin. Hal itu membuat kekesalan Binar semakin menjadi dan memutuskan mengambil alat mandinya yang berada di kamar mandi. Ia menggerakkan kursi rodanya ke kamar mandi dengan terburu-buru, hal itu membuat Faisal khawatir dan memperingatinya.

"Hati-hati, Binar. Kau sedang hamil, ada penerusku dalam perutmu."

"Aku tidak amnesia sampai lupa kondisiku sendiri!"

Binar berteriak dari kamar mandi lalu kembali dengan alat mandi di pangkuannya, Faisal terlihat bingung saat Binar menyerahkan alat mandi ke tangan Faisal.

"Sekarang ini semua menjadi milikmu, aku tak sudi berbagi barang denganmu, apalagi satu aroma wangi denganmu."

"Kau sangat kekanak-anakan, ini hanya masalah sepele tapi kau buat seakan masalah besar."

Faisal meletakkan alat mandi itu ke atas meja rias, sedangkan Binar tak mempedulikan gerutuan kesal dari Faisal dan memutuskan menelepon Elis.

"Halo, Elis. Datang ke kamarku sekarang."

Setelahnya Binar mematikan sambungan panggilan dan menunggu kedatangan pelayannya. Ia bahkan tak sudi menatap Faisal karena kejadian alat mandi dan parfum. Namun saat mendengar suara tangis membuat ia menoleh ke asal suara dan ternyata Faisal yang menangis.

"Kau jahat, Binar. Aku ini manusia bahkan Suamimu sendiri. Tapi kau bersikap seakan aku ada kuman yang harus dijauhi."

Jangan berpikir jika Binar akan kasihan dengan tangisan Faisal. Ia malah tertawa lepas karena merasa lucu melihat Faisal pertama kali menangis di hadapannya bagaikan anak kecil yang sedih karena tak diberikan permen. Ia bahkan siap mengabadikan kejadian itu dengan kamera ponselnya dan membuat tangisan Faisal semakin menjadi.

"Lihat video ini, kau sangat lemah dalam video ini. Aku punya satu aibmu, berhati-hatilah denganku."

Binar yang tadinya kesal karena tindakan Faisal yang menggunakan alat mandinya tanpa izin, sekarang menjadi tersenyum puas sambil menggoyangkan ponsel di tangannya yang menunjukkan adegan saat Faisal menangis.

Saat ini mungkin menyenangkan melihat Faisal menangis. Namun menit berikutnya, Binar jadi kesal sendiri karena telinganya sakit mendengar suara nyaring Faisal saat menangis.

Seburuk inilah hormon kehamilan yang terjadi pada ibu hamil. Untungnya Faisal yang merasakan hal ini, bukan dirinya, jika ia yang merasakannya pasti Faisal akan semakin menindas. Binar pun terpaksa menurunkan egonya untuk mengakhiri drama ini.

"Baiklah, Faisal. Aku minta maaf, kau boleh menggunakan semua barangku."

"Benarkah?"

"Iya, berhentilah menangis dan ambilkan sarapanku, aku sedang malas turun untuk sarapan."

"Oke, Binar."

Awalnya Binar hanya main-main saat menyuruh Faisal karena ia tahu Faisal tak akan mau jadi pelayannya, terlebih ada peraturan ketat bahwa harus sarapan bersama di ruang makan. Namun nyatanya Faisal mau melakukan hal itu dan melanggar peraturannya sendiri.

Faisal yang tadinya menangis, sekarang terlihat kembali bahagia dan semangat hanya karena Binar mau mengalah. Binar seakan tak berhadapan dengan pria bertubuh atletis yang siap main tangan saat marah. Ia seakan berhadapan dengan anak kecil berwujud pria dewasa. Saat Faisal sudah keluar dari kamar, Elis pun datang dan masuk ke dalam kamar setelah mendapat izin dari Binar untuk masuk.

"Faisal sudah gila sekarang."

"Apa, Nona?"

Baru saja masuk namun Elis sudah mendengar ucapan aneh dari majikannya. Binar pun hanya menggeleng pertanda tak mau membahas hal itu lalu memberikan perintah pada Elis.

"Belikan aku alat mandi dan parfum yang baru. Ingat, harus berbeda merk dan aroma wangi dari yang biasa."

"Tapi kemarin kita baru belanja barang sehari-hari di Toko."

"Belikan saja, aku sedang malas menjelaskan."

"Baik, Nona."

Elis pun pamit permisi pada Binar lalu keluar dari kamar dan pergi untuk membeli apa yang diminta majikannya. Sedangkan Binar hanya menatap sendu ke arah alat mandinya, bibir dan hatinya tidak selaras. Nyatanya ia tetap pada prinsipnya yaitu tak mau berbagi barang dengan Faisal walaupun bibirnya sudah mengatakan ikhlas.

[][][][][][][][][][][][][][][][][][][]

Tangerang, 09 Oktober 2021

Istri TerakhirOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz