Chapter 25

349 45 13
                                    


Yaampun bangga banget bisa nulis cerita sampai 25 chapter huhuhu /lebay

Btw, aku suka loh liat komentar komentar kalian, itu salah satu yg bikin aku makin semangat nulis /soalnya aku orgnya gampang bosen kalo gaada yg nyemangatin.

Hehe tp kalo engga mau komen juga gapapa, senyaman kalian aja.

Happy reading, pacar onlennya yuniti<3

***



Fiki merebahkan tubuhnya di kasur. Ia melenguh keras sambil melepas kancing baju atasnya.

"Fik, keringat lo kena di kasur gue, woi."

Tapi pemuda itu tak peduli, ia malah menggulingkan badannya ke seluruh sudut ranjang Zweitson.

"Balik lo sana."

"Son, adik lu lagi sedih tau, masa ga bisa  biarin gue gini bentar aja sih."

Zweitson mendelik, "Dih? Sedih? Sedih apaan cuma gara-gara cewek doang." Pemuda itu segera mengganti pakaiannya. "Lagian, yang lo takutin belum pasti juga."

Fiki yang mendengar jadi bangun dari sikap tidurnya lalu melempar kaos kakinya kepada Zweitson dengan sengaja. "Kasi apa gitu biar gue lebih tenang," ucap Fiki.

"Kurang ajar." Zweitson melepar balik kaos kaki Fiki hingga tepat mengenai wajah pemuda itu. "Bau banget kaos kaki lo," tukasnya.

Fiki malah terkekeh, memasukkan kaos kakinya ke dalam keranjang baju kotor Zweitson lalu duduk di kursi belajar pemuda itu.

"Tapi ga mungkin kan, Son, kalo Krisha sama Fajri Fajri itu ga ada hubungan. Ck, mana deket banget lagi sampai duduk barengan gitu."

"Jadi? Kalo dia sama Krisha ada hubungan, emang kenapa?"

Fiki mengumpat kecil. "Asem banget lo."

"Lagian ya, lo ketemu Krisha aja baru sekali. Bisa-bisanya udah suka begitu."

"Lo ga ngerti love at first sight, sih." Fiki tidak terima.

"Bodo," timpal Zweitson. "Belajar yang bener dulu, baru pacar-pacaran. lo masih bocil aja udah mikir begituan."

"Ah udah lah." Fiki beranjak, berjalan menuju pintu kamar Zweitson. "Ga asik cerita ke elo. Ga ngasi saran apa-apa." Lalu pemuda itu keluar tanpa minta izin terlebih dahulu.

"Berapa kali gue bilang, KALO KELUAR ITU PINTUNYA DITUTUP, FIKI!!!"

Fiki menganggap angin lalu teriakan menggelegar Zweitson yang mengomeli dirinya karena tidak menutup pintu kamar. Bodoamat, katanya. Lagian Zweitson juga bikin kesal terus.

Adiknya curhat, malah dikata-katain.

"Fiki."

Fiki yang berjalan gontai jadi berhenti, menatap Shandy yang sedang duduk di meja makan.

"Bang, bang, bang, gue mau cerita nih.." Fiki bergerak cepat, duduk di hadapan Shandy.

"Cerita apa?"Shandy yang sebelumnya ingin mengatakan sesuatu kepada Fiki jadi mengurungkan niatnya.

"Ah, lu gabakal ngerti deh kayaknya. Secara kan, pemikiran remaja sama orang dewasa beda." Fiki langsung menciut. ia menempelkan dagunya di atas meja makan dengan bibir mencuat.

Shandy yang melihatnya terkekeh, lalu mengacak-acak rambut Fiki gemas.

"Sudah makan?"

Fiki mengangguk kecil, masih dengan posisinya yang terlihat menggemaskan dengan raut cemberut.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 14, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Tak Seiring (Slow update)Where stories live. Discover now