Chapter 16

226 36 8
                                    


"Yang bener, Kak? Kok bisa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yang bener, Kak? Kok bisa?"

Fenly mengedikkan bahunya, bersandar di bangku panjang depan rumah Krisha.

"Mana Kakak tahu."

"Kok bisa ya..." Krisha mengerutkan keningnya. "Eh tapi Aji memang belakangan ini pucat, Kak. Kata dokter dia jarang makan. Jangan-jangan ada hubungannya lagi."

Fenly mendengus. Sebenarnya sangat malas mendengar nama itu disebut-sebut.

"Ya terus Kakak harus apa?"

Krisha berdecak kesal, gadis itu memasang resleting jaketnya. "Kalian ada masalah apa sih? Berantam mulu deh perasaan."

Memang. Tiap Fenly dan Fajri bertemu, keduanya pasti beradu mulut, entah memperebutkan apa.

"Dia tuh bawa aura negatif, tau, nggak?! Tiap Kakak dekat sama si siapa tuh namanya, Fajrin-"

"Fajri, Kak. Ih"

"Hm, serah. Pokoknya tiap dia datang, mood kakak langsung hilang," tutur Fenly sambil sesekali mencomot cemilan milik Krisha.

"Kenapa sih? Aku gak pernah liat kalian akur loh. Bahkan dari awal ketemu."

Fenly tak menjawab. Ia juga tak tahu pasti, mungkin karena sifat Fajri yang sudah membuatnya kesal sejak pertama kali bertemu atau hal lainnya.

"Titip Aji ya, Kak. Sekarang tuh kalian teman sekerja, harus kompak!"

Fenly mendelik, menarik telinga Krisha pelan. "Titip titip matamu, emang dia siapa? Anak kamu?" Pemuda itu mengacak rambut Krisha lalu menarik kupluk gadis itu hingga menutupu seluruh wajahnya.

"Kak! Jangan gitu lah."

Fenly terkekeh. "Khawatir banget sama si Fajrin."

"Fajri.... namanya Fajri! Kenapa sih nama semudah itu aja ga bisa dihapal?"

"Males," santai Fenly.

"Ck, udah lah, kakak pulang. Udah jam 9 nih, besok sekolah loh."

Fenly mengangguk, sebelum pulang ia berpamitan dulu pada kakek dan nenek Krisha.

"Bye, Kak."

Fenly membalas lambaiannya seraya berjalan menjauhi rumah Krisha.

"Kak! Ga mau dianterin aja?"

"Gausah, jalan kaki lima belas menit sampai, kok. Dah..." Fenly tersenyum ketika gadis itu melambaikan tangan.

***

Fajri beranjak malas dari kasurnya ketika ketukan pintu yang keras memekakkan telinganya.

"Siapa sih malam-malam gini gedor-gedor pintu?" Segera pemuda itu membukakan pintu.

Tak Seiring (Slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang