Chapter 15

241 40 20
                                    

Siang ini terik, suhu yang tinggi membuat panas menyengat bahkan dibawah pohon besar sekalipun

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Siang ini terik, suhu yang tinggi membuat panas menyengat bahkan dibawah pohon besar sekalipun.

Pintu minimarket itu berdecit, menampakkan seorang pemuda berseragam SMA dengan peluh memenuhi kerah hingga bahu bajunya.

"Hai, Rik!" Ia menyapa Ricky yang sedang sibuk melayani pelanggan.

Ricky menoleh, langsung membalas sapaan Fenly. "Hai, Fen. Baru pulang?"

Fenly mengangguk. "Gue tukeran dulu ya bentar," lanjutnya lalu berjalan menuju toilet di minimarket itu.

Tak menghabiskan waktu lama, Fenly keluar dari toilet dengan memakai baju khusus kariawan minimarket itu lalu menghampiri Ricky.

"Banyak pelanggan ya, Rik?" Fenly menyimpan tasnya lalu duduk di meja kasir samping Ricky.

Ricky mengangguk. "Iya nih. Mana yang lain belum pada dateng lagi," kesalnya.

"Udah lah, biarin. Yang gajinya dipotong juga bukan elu kok." Fenly kini mengelap meja kasir yang berdebu. "Kotor banget nih padahal gue cuma bolos sehari."

"Oh iya," Ricky menepuk pundaknya. "Kenapa lo ga datang kemarin? Udah izin ke bos, belum?"

"Biasalah." Fenly mengelap keringatnya, "sakit."

Ricky menutup mulutnya lalu beberapa saat kemudian tertawa pecah. "Ahahahaha lo bisa sakit juga?? Hahahah yang bener lo Fen?"

Fenly berdecak kesal, memukul pundak Ricky pelan.

Pintu berdecit, seorang pemuda berseragam SMA memasuki area minimarket.

Fenly menatapnya, ia juga. Keduanya bertatapan beberapa detik hingga pemuda itu mendengus kesal. "Apa lo?"

Fenly memutuskan kontak matanya, mencibir tanpa suara.

"Selamat datang, mau beli apa?"

Ricky yang merasakan aura mencekam di antara keduanya mencoba membuat topik sendiri. Ia paham, kedua pemuda ini pasti sudah saling kenal. Lambang sekolah Fenly dan pemuda itu juga sama.

"Saya bukan mau beli, Bang." Pemuda itu mendekat ke arah kasir.

Fenly menajamkan pendengarannya. Walau Fenly itu kini pura-pura membolak-balikkan katalog sebuah produk karena malas melayani pemuda itu tapi ia jadi penasaran apa maksud kedatangannya selain membeli di minimarket itu.

"Saya mau melamar kerja di sini, Bang."

"Hah?!"


***




Krisha menunggu di bangku panjang depan sekolah dengan malas. Supir kakeknya belum juga menjemputnya hingga sore begini.

Sambil sesekali memperhatikan ponselnya, Krisha menggerutu cemas. Dia tak suka keadaan begini. Apalagi tinggal ia sendirian di sini, sepertinya.

Tak Seiring (Slow update)Onde histórias criam vida. Descubra agora