PROLOG

43 16 23
                                    

Hai Sobi baca ❛ ᴗ ❛

✿ Sebelumnya mau ngingetin untuk vote cerita ini setelah kalian baca.

✿ Makasih buat apresiasinya, karena udah baca karyaku yang serba kekurangan ini ◜‿◝

• Note : "Maaf jika ada kesamaan nama, tokoh, karakter, alur atau peristiwa dalam cerita ini. Karena pastinya itu bukan sebuah unsur kesengajaan!"

Happy reading ◠‿◕

✧ Enjoy guys✧

Sabila yang kurang punya selera untuk bersenang-senang dengan teman sebayanya. Entah apa yang menjadikannya menjadi remaja pendiam yang kurang peduli dengan lingkungan sekitarnya, bahkan mungkin saat Sabila melihat rumah tetangganya terbakar tepat di depan matanya pun dia tidak peduli.

Dia tinggal dengan kakak perempuannya yang kerjaannya pulang malam, tiap harinya gonta-ganti pacar dan hobinya hanya bolos kuliah.

Orang tuanya tinggal di Kalimantan dan mereka sudah melepas Sabila dan Kakaknya ke Jakarta untuk meneruskan pendidikan mereka. Bahkan seluruh keluarganya adalah orang Kalimantan.

Jika kalian menanyakan kenapa orang tuanya harus mengirim Sabila dan Kakaknya jauh-jauh ke Jakarta, tentu saja itu karena mereka ingin anak-anaknya bisa mandiri di kota yang tidak kecil.

Besar harapan kedua orang tua mereka untuk melatih mental Sabila dan Kakaknya saat hidup di Ibu kota tersebut. Bahkan karena Ayahnya tau hidup di kota tidaklah mudah, dari situlah tujuan agar anak mereka tidak terlalu bergantung pada orang dewasa.

Jika dibenak kalian terbesit bagaimana dengan biaya hidup dan biaya pendidikan mereka, semua masalah tetap ditanggung oleh orang tuanya dengan sangat adil. Meski begitu, remaja tetaplah remaja, mereka akan terus kurang dengan gaya hidup yang tak ada habis-habisnya.

Kakak Sabila yang bernama Safira itu terus saja menggiling habis uang tiap harinya, namun tetap anak tersebut tidak berani meminta jatah lebih kepada Ayahnya, karena ketegasan Ayahnya lah yang membuat ia takut.

Safira bekerja serabutan kesana kemari untuk menambah penghasilan untuk membiayai gaya hidupnya selayaknya remaja lain.

Meski Safira se liar itu dengan hidupnya, ia tetap ingat kalau mempunyai Adik dan seringkali menurunkan ego-nya dan banyak mengalah.

Hal tersebut dibuktikan dengan seringnya Safira memberikan Sabila uang jajan lebih dengan uang pribadinya, tapi ketulusan tersebut tidak pernah berhasil membuat hati Sabila meleleh.

Sabila memang terkenal dengan ketidakpeduliannya dengan siapapun, bahkan Safira dan Sabila jarang bicara, tidak pernah bercanda atau mungkin sekedar hangout bareng seperti Adek Kakak pada umumnya.

Jika umumnya para anak-anak memiliki teman atau bahkan sahabat dekat, Sabila tidak butuh hal tersebut, dia merasa lebih suka kesepian dengan redupnya ruang kamar.

Safira adalah kebalikan dari Sabila, ia lebih aktif dan masih memiliki jiwa sosial kepada orang-orang disekitarnya, terlebih dengan teman yang suka mentraktir Safira saat makan.

17 manis Sabila

✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿

Sarapan pagi bukan hal yang biasa bagi Sabila, bangun tidurnya langsung memakai seragam tanpa mandi begitu saja langsung berangkat ke sekolah nya.

Sabila memang tipikal anak yang kurang peduli dengan hal apapun, tapi dengan kebiasaannya yang malas mandi itulah yang membuat teman-teman nya tidak ingin dekat dengan Sabila.

 SABILAWhere stories live. Discover now