24 || Rencana

607 123 10
                                    

"T-tolongggggg" seorang gadis gemetar ketakutan ketika melihat seorang pria melangkah mendekatinya di jalanan yang sepi.

"Tujuanmu kemari untuk mati bukan?" Tanyanya.

"T-tidak, a-aku t-tidak ingin mati"

"Lalu untuk apa kau datang kemari? Mencari Yoshi? Ah maksudku Jeona?"

Gadis itu terkejut karena pria di depannya mengetahui tujuannya. Siapa pria itu.

"Darimana kau tahu?" Tanyanya. Dengan sekejap mata gadis itu tersentak ketika pria itu kini sudah berada di dekatnya.

"Jika kau tidak ingin mati, urungkan rencanamu menemuinya" bisik pria itu kemudian pergi. Dan sesaat kemudian terdengar suara teriakan yang Ia kenal.

"Aeriii..."

Dengan cepat gadis itu membalikan badannya melihat sang kakak berlari dari kejauhan.

"K-kakak..." Tubuh Aeri bergetar masih ketakutan.

"Kau tidak apa?"

"Kakak aku takut hiks hiks"

"Tenanglah aku di sini. Ayo kita pulang" ajak sang kakak. Aeri akhirnya pasrah meskipun terpaksa. Ancaman pria tadi masih terngiang membuat Aeri merasa takut. Asahi memeluk sang adik dan menenangkannya. Untung saja dia memiliki firasat yang kuat sehingga Ia mengikuti adiknya. Dan benar firasatnya setelah turun dari halte di tempat sepi, Asahi melihat dari kejauhan seseorang mengikuti adiknya.


.
.
.
.

"MAMAA..." Yoshi langsung terbangun dari tidurnya setelah memimpikan sang ibu.  Wanita yang sama seperti di foto yang dijadikan figura di ruang tengah. Yoshi melihat jelas wajah cantik sang ibu di mimpi.

Pintu kamar terbuka menampilkan Lisa di sana yang khawatir.
"Ada apa? Kau bermimpi lagi?" Tanya gadis itu mendekat dan menatap wajah berkeringat Yoshi.

Laki-laki itu mengangguk pelan "Mama" ucapnya membuat Lisa mengerti.

"Kau bertemu mamamu lagi?" Tanya Lisa.

"Apa aku sering memimpikan beliau?" Tanya Yoshi.

"Tentu saja" ucap Lisa kini mengusap keringat di dahi Yoshi. Lalu Yoshi menahan tangan Lisa kemudian menggenggamnya.

"Lisa" panggil Yoshi membuat gadis itu menatap matanya.

"Aku mengingat semuanya" ucap Yoshi membuat Lisa menutup mulutnya dengan tangan satunya.

"K-kau serius?" Yoshi mengangguk.

"Kau calon tunanganku, kita dijodohkan oleh ibu angkat dan papaku kan? Lalu aku pernah berlaku kasar padamu, dan akhirnya aku sendiri yang jatuh ke dalam pelukanmu. Tentang aku membenci papa, bermusuhan dengan Jihoon karena Jisu. Semua masuk ke dalam mimpiku" ucap Yoshi. Air mata Lisa menetes kemudian gadis itu langsung memeluk Yoshi erat.

"Aku merindukanmu" ucap Lisa sambil terisak. Yoshi membalas pelukannya.

"Aku juga merindukanmu" ucap Yoshi.

"Ayo kita beritahu papa" ajak Lisa setelah melepas pelukan mereka.

"Aku malu dengan papa"

"Kenapa? Papa kan tidak marah denganmu. Beliau pasti sangat senang karena kau mengingatnya. Yoshi, jangan membenci papa" ucap Lisa.

"Kalian di sini rupanya, ayo sarapan" ajak Taeyong. Tadinya Lisa hendak membangunkan Yoshi sebenarnya.

"Papa.."

"Yoshi" Taeyong terkejut saat putranya turun dari tempat tidur lalu memeluknya tiba-tiba.

"Maafkan aku" ucap Yoshi. Taeyong tersenyum kecil lalu menepuk punggung putranya dan mengacak rambutnya seperti saat Yoshi masih kecil.

"Ada apa ini?" Tanya Taeyong sementara Lisa hanya melihat keduanya dengan senyum bahagia tanpa berniat mengganggu ayah dan anak itu.

"Maaf telah membenci papa selama ini. Karena aku belum siap kehilangan mama..." Ucap Yoshi. Taeyong melepas pelukannya dan memegang bahu putranya.

"Yoshi kau..."

"Aku sudah ingat pa..." Lirih Yoshi membuat Taeyong tersenyum haru.

"Papa sudah memaafkanmu. Papa sangat menyayangimu. Tapi percayalah, keputusan papa dulu adalah yang terbaik buat mama" ucap Taeyong.

"Iya pa, karena itu aku minta maaf"

"Tidak apa Yoshi, kau sembuh dan ingat semuanya saja papa sudah sangat bahagia" ucap Taeyong.

"Dan tentang Lisa, papa benar. Dia gadis baik dan telah merubah hidupku" ucap Yoshi kini menatap Lisa yang juga menatapnya.

"Kalau begitu bagaimana jika acara pertunangan kalian dipercepat?" Tanya Taeyong.

"Atau kalian ingin langsung menikah saja?" Tanya Taeyong lagi membuat keduanya terkejut.

"Papa-"

"Ide bagus pa" ucap Yoshi memotong ucapan Lisa.

Taeyong tertawa pelan kemudian menepuk pundak putranya.
"Baiklah, papa akan urus semuanya dengan Suho" ucap Taeyong kemudian mengajak keduanya untuk sarapan.


.
.
.

Benar saja Taeyong dan Suho juga Krystal kini tengah bertemu.
"Apa mereka tidak keberatan?" Tanya Suho.

"Tidak. Sepertinya itu yang terbaik untuk mereka. Setelah mereka menikah, biarkan mereka mengurus rumah tangga mereka sendiri. Lebih baik dengan adanya ikatan bukan?" Ucap Taeyong.

"Lisa masih belum dewasa" ucap Suho khawatir. Taeyong tersenyum kecil.

"Lisa bahkan memiliki sifat dan sikap keibuan. Dia anak yang baik" ucap Taeyong.

"Taeyong benar, Lisa bisa bersikap dewasa" ucap Krystal.

"Baiklah jika mereka juga tidak keberatan, aku setuju pernikahan mereka dilangsungkan lebih cepat" ucap Suho.


.
.
.

"Menikah?" Jihoon terkejut kemudian tersenyum.

"Akhirnya kau bahagia dengannya" ucap Jihoon. Saat ini keduanya berada di rooftop kampus. Yoshi juga mulai melanjutkan kuliah kembali di kampusnya.

"Hoon, kau tidak apa?" Tanya Lisa.

"Tidak apa Lisa. Aku sudah bisa merelakanmu" ucap Jihoon.

"Kita masih bisa berteman" ucap Jihoon lagi. Lisa tersenyum kemudian mengangguk.

"Terimakasih Hoon" ucap Lisa.

"Tetaplah bahagia Lisa. Jika Yoshi menyakitimu, maka aku akan menghajarnya" ucap Jihoon membuat Lisa terkekeh.

"Jangan khawatir Hoon. Bagaimana denganmu dan ayah?" Tanya Lisa.

"Aku sudah berbaikan dengan ayah" ucap Jihoon.

"Itu bagus" Jihoon menatap gadis yang tersenyum di sebelahnya. Seandainya Lisa yang menjadi pendampingnya pasti Ia juga bahagia.

.
.
.

Tbc.....

YoshiLisa nih❤️

Jangan Lupa VOTE dan KOMENNNN

Let's Talk About Memories✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang