02 || Lies

937 180 17
                                    

Lisa terbangun dari tidurnya pukul 6 pagi karena hari ini Ia akan berangkat ke kampus pagi-pagi. Lisa menempuh pendidikan tinggi dengan beasiswanya sendiri.

Sejak sang ayah pergi meninggalkannya berdua dengan sang ibu, Lisa tidak ingin membebani ibunya lagi.

Setelah menggunakan pakaian rapi, Lisa keluar dari kamar dan ternyata maid baru akan ke kamarnya.

"Nona Lisa, sarapan sudah siap"

"Terimakasih bibi" ucap Lisa tersenyum.

"Lisa, ayo kemari sarapan dulu" ucap Taeyong. Lisa mengangguk pelan dan duduk di sebelah kanan Taeyong.

"Bagaimana tidurmu? Yoshi tidak mengganggumu kan nak?" Tanya Taeyong. Lisa hanya mengangguk. Taeyong paham jika anak ini masih canggung.

"Tidak apa biasakan saja di sini nak. Papa lusa akan ke luar negeri mengurus perusahaan. Kau tidak apa kan di rumah? Ada Yoshi dan maid tenang saja" ucap Taeyong.

"Tidak apa-"

"Panggil saja papa, karena kau akan menjadi menantuku nanti"

"Baik, pa" ucap Lisa.

Tak lama pemuda yang membuat Lisa ketakutan kemarin muncul dan duduk di hadapannya.

"Yoshi, antarkan Lisa ke kampus" ucap Taeyong.

"Ada sopir" jawab Yoshi. Lisa hanya menunduk.

"Yoshi, dia calon tunanganmu" ucap sang ayah.

"Lalu? Aku ada acara lain" tolak Yoshi.

"Tidak apa pa, aku bisa menggunakan bus" ucap Lisa.

"Tidak, tidak. Yoshi harus mengantarmu dan belajar bertanggung jawab"

Brakkkk

Taeyong dan Lisa terkejut ketika Yoshi menggebrak meja dan menatap tajam pada sang ayah.

"Sudah ku bilang, jangan mengajariku apa itu tanggung jawab!"

Yoshi langsung pergi begitu saja. Selera makannya hilang sudah karena perkataan sang ayah.

"Pa, biar Lisa yang bicara dengan kakak" ucap Lisa.

"Tidak Lisa, Yoshi sedang emosi" ucap Taeyong.

"Tidak apa pa" Lisa segera bangkit dan menyusul Yoshi ke kamarnya.

.
.
.

Lisa berdiri di depan kamar Yoshi dengan perasaan campur aduk. Antara takut dan berani. Ia masih ingat bagaimaana Yoshi menarik kasar rambutnya kemarin.

Lisa memejamkan mata dan hendak berbalik. Namun tubuhnya menegang seketika mendengar gagang pintu terbuka.

"Apa yang kau lakukan?"

Deep, datar, dingin. Langsung membuat Lisa merinding. Perlahan Ia mendongak menatap Yoshi.

"Kak-"

"Jangan ikut campur urusanku jika kau ingin selamat" ucap Yoshi dan melangkah pergi namun Lisa dengan cepat menggenggam tangan pemuda itu.

"Maaf kalau aku lancang, tapi kakak seharusnya mendengarkan papa" ucap Lisa membuat Yoshi semakin kesal.

Tanpa basa basi, Ia langsung menarik gadis itu ke dalam kamarnya dan membantingnya ke atas ranjang.

Lisa yang ketakutan pun berusaha mundur hingga punggungnya menyentuh sandaran ranjang besar itu. Yoshi menatapnya seakan-akan menerkamnya saat ini juga.

"Kau, akan tau akibatnya jika berani ikut campur urusanku gadis sialan" ucap Yoshi kemudian pergi dari sana.

Lisa menghela nafas lega ketika Yoshi tidak melakukan hal apapun padanya. Tapi Lisa percaya Yoshi bisa berubah. Yoshi pasti memiliki masa lalu buruk yang membuatnya menjadi seperti ini.

Lisa turun dari ranjang itu dan merapikan pakaiannya. Dia harus segera berangkat ke kampus hari ini.

Lisa diantar oleh sopir Taeyong menuju kampusnya. Sampai di kampus, banyak yang berbisik karena melihat gadis yang biasa-biasa saja itu kini berubah drastis mulai dari pakaian hingga diantar menggunakan mobil.

"Lihat dia. Apa dia menjual dirinya?"

"Hei, bisa saja dia selama ini berpura-pura miskin?"

"Dia kan pembawa sial"

"Lihat wajahnya masih terlihat bodoh"

"Kenapa dia tidak mati saja"

Itulah kalimat-kalimat menyakitkan yang setiap hari Lisa dengar. Lisa memang tidak mengalami pembullyan secara fisik. Tapi dia mengalami pembullyan mental.

Selama ini Lisa hanya memendam karena Ia juga tidak peduli dengan hal itu. Lisa hanya ingin menikmati hidupnya. Lisa hanya ingin menyelesaikan pendidikannya.

"Lisa!" Lisa membalikkan badannya mendapati laki-laki yang selama ini menjadi sahabatnya itu berlari kecil ke arahnya.

"Hoon" Laki-laki itu, Jihoon. Park Jihoon. Sahabat Lisa sejak memulai kuliahnya. Jihoon yang dikenal dingin, tempramen, cuek itu hanya akan tersenyum jika bersama Lisa. Dan hal itu juga membuat beberapa fans Jihoon merasa tidak suka lalu ingin menyingkirkan Lisa. Jihoon tahu itu dan dia tidak akan membiarkannya.

Jihoon mengacak pelan rambut Lisa membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal.

"Jangan merusak poniku bodoh" ucap Lisa. Jihoon hanya terkekeh.

"Maaf, ayo ke kelas"

"Tumben sekali datang pagi?"

"Hanya ingin, sudahlah ayo" Jihoon menarik gadis itu menuju kelas mereka.

Di kelas, sudah ada Renjun, Haechan, Junkyu dan Hyunjin.
"Wow woww lihat siapa yang datang" ucap Haechan.

"Tumben sekali tuan muda Park datang bersama tuan putrinya" tambah Hyunjin.

Jihoon hanya memberi tatapan sinis pada keempat sahabatnya itu.

"Kau jadi turun kan malam ini Ji?" Tanya Hyunjin. Jihoon menoleh dan mengangguk.

Sementara Lisa mengerutkan keningnya bingung.
"Kemana?" Tanya Lisa membuat mereka menoleh. Jihoon tersenyum kemudian menggeleng.

"Tidak ada, dia hanya bertanya tentang game" ucap Jihoon. Bohong. Dia berbohong karena tidak ingin Lisa marah lagi jika tahu dirinya masih suka balapan.

.
.
.

"Sudah siap?" Yoshi bertanya dengan seseorang di telefon.

"Baiklah aku berangkat sekarang" ucapnya kemudian mematikan telefonnya.

"Kakak" Yoshi berdecak kemudian menoleh pada gadis yang berdiri di ujung tangga.

"Apa?"

"Kakak akan kemana?" Tanya Lisa.

"Memang apa urusanmu? Kau tidak perlu tahu" jawab Yoshi ketus.

"Tapi-"

"Berisik. Minggir" sentak Yoshi.

"Aku ikut" ucap Lisa membuat Yoshi menghentikan langkahnya dan...

Brukk

"Awsshhh" Lisa meringis ketika dahinya membentur punggung Yoshi. Seketika Yoshi berbalik dan menatap tajam ke arahnya.

"Kau ingin aku beri hukuman lebih?" Bisik Yoshi dengan senyum smirknya membuat Lisa merinding dan langsung menggeleng.

Tukk

Yoshi mengetuk dahi Lisa dengan dua jarinya.
"Jangan macam-macam" ucap Yoshi kemudian pergi dari hadapan Lisa yang masih terdiam mematung.

Ia kemudian perlahan menyentuh dahinya.
"Tampan" gumam Lisa kemudian langsung menggelengkan kepalanya.
"Apa yang aku katakan aissshhh"

.
.
.
.


"JIHOONNNN!!!"




Tbc.....

Jangan Lupa Vote dan Komennya

Let's Talk About Memories✓Where stories live. Discover now