Mimpi Buruk

10 3 0
                                    

"Apa yang menjadi mimpi burukmu, terkadang menentukan masa depanmu.
Karena itulah, berhenti terjebak di dalamnya."
•••

~*~
[Yejin POV]

Blub blubb...

Suara air yang terus keluar dari mulutku. Perlahan mataku tertutup rapat, karena tubuhku tak sanggup lagi untuk berusaha keluar dari air yang saat ini berada di sekeliling ku. Semuanya gelap, dengan pikiran ku yang semakin kosong.

Apa ini akhir dari hidup ku?

Ternyata, penilaian ku pada Irene salah, sangat salah. Kesalahan terbesar ku adalah menerima undangan darinya. Aku merasa benar-benar bodoh sekarang karena mempercayai perkataan ular yang ingin mengobati lukaku dengan cara menggigitku. Alhasil, luka ku tak pernah sembuh, justru luka barulah yang ku dapat. Tidak, bukan hanya sekedar luka, melainkan racun yang akan mengantarkanku pada kematian.

Aku masih bisa merasakan tubuh ku yang semakin lama tenggelam menuju ke dasar. Namun, sebelum akhirnya tubuhku mencapai dasar kolam, aku merasakan seseorang menarikku dengan paksa ke dalam pelukannya.
Aku hanya melihat wajahnya sekilas, tapi tak bisa mengenali wajahnya. Kepalaku sangat pusing hingga memaksa ku untuk kembali terlelap dalam balutan hangat tubuh yang saat ini menggendong ku.

Aku tak sepenuhnya hilang kesadaran, samar-samar aku masih dapat mendengar suara bising di sekitarku.

Apa mereka membicarakanku? Batin ku.

“Jimin!!!”

Suara itu terdengar cukup keras di pendengaran ku. Aku tak mengerti padahal lelaki buaya yang dipanggil namanya itu bahkan tidak memperlihatkan batang hidungnya sedikit pun. Ku pikir, dia melupakan hari ulang tahun kekasihnya.

Aku merasakan tubuhku telah dibaringkan entah di mana aku tidak tahu. Aku mencoba membuka mataku pelan saat mendengar suara mesin mobil sudah dijalankan.

“Mmmhh” rintih ku sambil memegangi kepalaku yang masih terasa pusing.

“Aku di mana?” bertanya pada sosok yang saat ini tengah sibuk menyetir mobilnya.
Aku masih belum mengenali sosoknya, yang jelas aku tahu dia adalah seorang pria.

Dia memakai kemeja yang sudah basah kuyup. Aku melihat jaz hitam kini sudah menempel di tubuh ku. dia menutup setengah wajahnya dengan masker. Untuk apa? Padahal yang kedinginan sudah pasti tubuhnya, bukan wajahnya.

“K-kau menyelamatkan ku?”
Ia membuka maskernya sangat dramatis sebelum akhirnya sedikit menoleh dan menatapku dengan senyum lebarnya.

“J-Jimin?”

“Mmm” balasnya singkat.

“Lo yang nyelamatin gue?” aku bertanya dengan nada yang cukup kaget.

Ya begitulah, bukannya berterima kasih justru yang ku lakukan saat ini seperti orang yang tidak berperasaan.
Dia hanya diam, tak menghiraukan pertanyaan ku. Harusnya aku tidak perlu bertanya lagi, dengan kemejanya yang sudah basah kuyup sudah membuktikan jika sosok yang menolong ku adalah dia.

Aku yakin teriakan nama Jimin yang ku dengar tadi adalah suara Irene. Ia pasti sedang berapi-api sekarang mengetahui kekasihnya menolong orang yang sangat dia benci di depan mata kepalanya sendiri.

“L-lo mau bawa gue mana? Ini bukan jalan menuju rumah gue.” Tanya ku yang menyadari Jimin membawaku pergi ke arah yang berlawanan dengan tujuan ke daerah ku.

“Gue mau bawa lo ke rumah gue.”
“What? Lo gila ya?” balas ku mulai marah.

“Rumah gue masih di daerah sini, 15 menit lagi sampe. Lo bisa ngeringin badan lo dan ganti baju di rumah gue!”

BINASA (REVISI)Where stories live. Discover now