Merias

18 5 1
                                    

~*~

Hari yang ditunggu-tunggu Yejin telah tiba. Sore itu, ia dan teman-teman sekelasnya dikumpulkan di sekolah untuk diberangkatkan menuju Hotel Del Luna. Kontes akan diadakan dua hari lagi. Mereka berangkat sore ini karena hotel tersebut telah dibooking untuk acara. Jadi tidak ada siapa pun yang diperkenankan menginap di sana, kecuali para kontestan dan pengurus dan staf HB Entertainment.

"Ma, Yejin udah di dalam bus nih. Doain ya mah"

"Iya sayang, mama pasti doain yang terbaik buat kamu. Kamu jaga diri baik-baik yah di sana." Balas Seri dari arah seberang telepon sana.

"Iya mah. Titip salam sama adek juga bibi ya.

"Iya, hati-hati di jalan sayang."

"Iya mah, love you."

"Love you too."

***
Setiba di sana mereka begitu terpukau dengan desain eksterior hotel. Benar-benar megah, menjulang tinggi di tengah-tengah kota. Keseluruhan bangunan didesain seperti bangunan klasik Eropa. Begitu melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam hotel, mereka semakin dibuat terpukau. Hotel impian yang benar-benar terasa seperti di negeri dongeng.

Begitu sampai di dalam hotel, mereka tak henti-hentinya terpakau hingga beberapa dari mereka tidak sadar jika mulutnya sudah terbuka lebar. Ornamen-ornamen yang menggantung di langit-langit hotel, termasuk desain interior di dalamnya benar-benar menunjukkan kelas sesungguhnya dari hotel bintang sepuluh. Dinding-dinding besar dengan warna cat yang tak bisa dideskripsikan dengan kata-kata, serta ditimpali dengan lukisan seharga puluhan juta, membuat hotel ini terasa sangat sulit untuk digapai.

Mereka adalah anak-anak orang kaya, tapi hotel ini benar-benar seperti dikhususkan untuk orang-orang level tinggi. Bukan sekedar kaya, melainkan kelas konglomerat yang kekayaannya tidak akan habis sampai lima puluh turunan sekali pun. Jangankan menginap, mendapat kesempatan menginjakkan kaki di hotel ini saja terasa seperti mendapat kesempatan untuk hidup kembali setelah menawar dengan Raja Kematian.

HB Entertainment adalah perusahaan agensi terbesar di Korea. Mereka selalu sukses mendebutkan para idol, aktor, hingga model. Bahkan, perusahaan ini tidak hanya bergerak dibidang entertainment, tetapi juga fashion, food, hingga bisnis properti. Tidak heran jika sekolah khusus hiburan selalu mengincar agensi ini.

Mereka selalu yakin akan sukes besar jika berhasil menjadi trainee di agensi ini. Meski begitu, hal yang sangat sulit untuk bisa debut di sini, kesempatannya hanya 0, (koma) sekian persen. Penyeleksiannya begitu ketat untuk bisa lolos audisi. Bahkan, para staf dan pegawai pun harus melalui beberapa tes atau mengikuti konstes seperti yang dilakukan oleh Yejin dan teman-temannya.

"Silakan antar mereka ke kamar masing-masing." Perintah seorang pengurus Hotel, lebih tepatnya kepala hotel yang diberi wewenang untuk mengurus semua kinerja para pegawai.

Ia adalah Min Yoora, anak dari pemilik hotel itu sendiri. Ditemani oleh asisten pribadinya Moon Gang Tae, mereka mengelola dan mengurus hotel beberapa tahun terakhir ini dengan baik.

"Baik bu."

"Mari saya antar..." ajak beberapa pegawai yang mengarahkan mereka untuk naik menuju lantai ke lima belas hotel.

Semuanya berjalan beriringan menuju lift, mengikuti petugas hotel yang menuntun mereka. Beberapa bell boy juga ikut di belakang membawa semua barang-barang bawaan para tamu.

Di aula lantai lima belas, mereka dikumpulkan sejenak untuk menerima beberapa pengarahan langsung dari Min Yoora. Lantai lima belas memiliki aula paling luas dibanding lantai yang lain, karena itu bukan tanpa alasan pihak HB memilih area ini sebagai tempat untuk mengadakan lomba. Kemudian, lantai lainnya akan diisi oleh para staf dan juri yang langsung didatangkan dari HB.

"Selamat sore menjelang petang, semuanya," sapa Min Yoora ramah.

"Sore" balas mereka serentak.

"Sesuai dengan permintaan dari pihak HB, kalian akan menempati kamar 045 hingga kamar 052. Karenanya satu kamar akan ditempati oleh masing-masing oleh dua orang."

Mereka sibuk menimba-nimba untuk menemukan teman yang cocok dan sefrekuensi. Karena bukan lelucon jika harus satu kamar dengan orang yang tidak kamu sukai, tentu satu malam saja akan terasa bagai neraka.
Satu persatu mulai menemukan pasangannya masing-masing, hingga yang tersisa hanya lima anak.

"Duh, gue satu kamar sama siapa ya?" gumam Woojin, namun masih bisa didengar oleh beberapa anak di sekitarnya.

"Lo sama Yejin aja." Ledek teman-teman yang sudah mendapatkan pasangan satu kamar mereka.

"Dih, ogah. Kalo gue dibunuh pas lagi tidur gimana?" jawabnya bergidik ngeri, memegangi kedua bahunya sendiri.

"Husshh" sergah Rona.

Woojin seketika bungkam ketika melihat Min Yoora terus memperhatikan ke arahnya.

"Rin, lo sama gue aja ya?" tawar Rona pada sahabatnya. Ya, dia masih tetap menganggap Yejin sahabatnya, tentu saja. Meski Yejin sepertinya sudah tidak sependapat lagi dengan itu.

"Saya sendiri saja" ucap Yejin pada Min Yoora, tanpa memandang ke arah Rona barang sedetik pun.

Akhirnya sisa empat orang lainnya memutuskan untuk bersama, dengan Rona yang terpaksa harus bergabung bersama Woojin. Ia sendiri kesal padanya karena sudah menghina sahabatnya Yejin.

"Baik, karena sudah diputuskan, silakan masing-masing perwakilan untuk mengambar cardroom kalian." Min Yoora mengarahkan.

Yejin mendapat kamar paling ujung. Ia melengang menyusuri koridor panjang melewati setiap kamar teman-temannya yang seolah terpajang rapi saling berhadapan satu sama lain. Langkahnya gontai dengan pikirannya yang melayang ntah ke mana. Memikirkan banyak hal membuatnya semakin lelah dengan hidupnya.

Awalnya Yejin begitu senang dengan jatuhnya tempo, hari di mana ia akan menunjukkan kemampuannya yang sudah ia kembangkan terus menerus. Setiba di kamar, ia langsung merebahkan tubuhnya malas.

'Hahhh' desahnya, sebelum akhirnya ia terlelap tanpa memperbaiki posisi tidurnya.

~*~

"Anak-anak silakan menuju ke aula utama" perintah Bu Hara, guru yang memang sudah ditugaskan untuk mendampingi mereka hingga usainya kegiatan.

"Iya bu"

Pagi hari, seusai sarapan mereka diminta untuk segera berkumpul untuk di aula karena ada hal yang aka disampaikan oleh pihak HB.

"Tes-tes" seseorang bertubuh tinggi dan cukup tampan berada di atas podium.
"Selamat pagi semuanya... Bagaimana kabarnya?" sapanya ramah.
"Baik" jawab para siswa antusias.

"Kata pepatah tak kenal maka tak sayang ya? Baik, perkenalkan saya Park Bogum salah satu direktur dari HB Entertainment. Saya akan membimbing dan mengarahkan kalian selama dua hari ke depan."

"Mungkin kalian bertanya kenapa kalian dikumpulkan di sini, saya akan memperkenalkan beberapa kru dan orang-orang yang akan menjadi pelatih kalian selama satu hari ini untuk persiapan besok."

Park Bogum kemudian memperkenalkan satu persatu orang-orang yang tadi ia sebutkan. Mereka akan menjadi tutor sekaligus pendamping tetap yang akan mengajari mereka lebih dalam dan lengkap mengenai teknik-teknik makeup.

Di samping itu, Park Bogum meminta sekretarisnya untuk membacakan jadwal dan roundown kegiatan selama dua hari ke depan. Mulai besok pagi mereka akan disibukkan dengan kegiatan perlombaan juga diselingi dengan beberapa talkshow dari mereka yang sudah handal dalam bidang ini.
"Untuk hari ini kalian akan berlatih merias dengan para tutor yang sudah ditentukan tadi, silakan pagi ini kalian bisa beristirahat atau keliling menikmati area hotel. Kalian akan diberikan kebebasan penuh untuk menikmati semua fasilitas yang ada."

"Terima kasih Direktur Park Bogum" salah satu siswa mewakili.

Selesai acara pembukaan dan ramah-tamah, mereka pun bubar meninggalkan ruangan. Yejin selalu saja menyendiri, tidak bergaul dengan siapapun. Memang begitulah takdirnya saat ini. Meski Rona sudah beberapa kali mendekatinya, ia tetap tak menghiraukan. Bukannya sombong atau menjadi pendendam, tapi luka di hatinya belum mengering hingga detik ini.

--------------------------***------------------------------

BINASA (REVISI)Where stories live. Discover now