Pesta

12 4 0
                                    

~*~

Tak...

Yejin menatap heran kertas yang terlihat seperti sebuah undangan untuk mendatangi sebuah pesta yang diletakkan paksa di hadapannya. Desainnya sangat mewah dan berkelas. Ia juga menatap bingung dengan sosok yang sudah meletakkan kertas itu di atas mejanya.

“Lo harus datang!” perintah Irene sambil mengisyaratkan agar Yejin segera mengambil pemberiannya.
Yejin mengambil kertas yang berukuran sedang dan sedikit tebal itu “Apa ini?” tanyanya penasaran.

“Bentar lagi gue ulang tahun. Gue kan udah mau lulus, jadi anggap aja ini sebagai tanda permintaan maaf gue.”
Dengan raut wajah tak percaya, Yejin hanya diam membisu berusaha mencermati kata demi kata dari penuturan Irene.

What? Minta maaf? Gue ga salah denger kan? Batinnya.
“T-tapi?”

“Udah ga ada tapi-tapian. Pokoknya lo harus datang, gue punya sesuatu buat lo.” Bantah Irene, tidak mau menerima penolakan.

Irene sangat benci jika ada yang berani menolak kemauannya. Hal ini karena ia terbiasa dimanja dan segala kemauannya selalu dituruti sejak ia kecil oleh Park Seo Jun. Alhasil, ia tidak bisa menerima penolakan, bahkan Seo Jun pun menjadi kewalahan karena membesarkan Irene dengan cara seperti itu.

Mau bagaiaman lagi? Hanya Irene satu-satunya harta paling berharga yang ia miliki. Seo Jun harus mengusahakan yang terbaik demi kebahagiaan anak semata wayangnya. Karena itu, Irena tumbuh menjadi gadis yang keras kepala dan karena kurangnya kasih sayang seorang ibu, membentuknya menjadi anak dengan karakter yang mudah menghangkimi dan menyakiti orang lain.

Berbeda halnya jika berhadapan dengan Jimin, ia selalu luluh tidak peduli seburuk apa pun sikap lelaki itu yang kadang sering menyakitinya. Bahkan, meski Jimin berkali-kali menolak kemauannya, ia hanya bisa mendengus kesal tanpa bisa membuat perhitungan pada lelaki itu. Mungkin itu yang orang-orang katakan cinta mati atau cinta buta.

‘Kalau sudah cinta, tai kucing saja jadi rasa coklat.’

Irene berlalu begitu saja meninggalkan Yejin dalam balutan kebingungan. Ia bergantian menatap surat undangan dan tubuh Irene yang sudah berjalan menjauh.

“Kenapa sih harus ngundang gue? Apa dia udah bener-bener berubah?” tanyanya pada diri sendiri.

“Haahh” desahnya frustasi.

Ia bingung apa ia harus datang atau tidak. Bagaimana kalau itu semua hanya umpan agar ia masuk ke kandang macan? Tapi jika Irene benar-benar megundangnya karena ia tulus meminta maaf, Yejin hanya akan merasa menjadi orang yang jahat.

Ngiingg....

Bunyi mikrofon yang baru saja dihidupkan terdengar melengking, menandakan seseorang akan berbicara untuk menyampaikan sesuatu setelah ini.

Tes Tes...

“Selamat pagi menjelang siang, murid-murid Apgujeong High School kebanggaan bapak.”

“Mengingat kalian telah menyelesaikan tugas akhir kalian, yakni ulangan semester dengan baik maka bapak akan menyampaikan informasi penting untuk semuanya.”

Terdengar bisik-bisik beberapa siswa yang mulai penasaran dengan informasi yang disampaikan oleh guru mereka.

“Mulai besok hingga dua minggu ke depan kalian akan belajar di rumah.”

BINASA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang