04 ; Rannascca Rileyvohrt

Start from the beginning
                                    

'PLAK!'

Hoonclaide menampar pengawal yang mendorong wanita hamil itu lalu berjongkok dan membantu wanita yang sedikit takut itu untuk berdiri.

"Anda tidak apa?" tanya Hoonclaide pelan, namun kejadian ini seperti tontonan spesial bagi para warga disana, khususnya para gadis.

Mata wanita hamil itu berair, ia dapat merasakan lembutnya telapak tangan sang Pangeran serta wangi fruity masculine yang menguar dari tubuh Hoonclaide. Genggaman itu berlangsung lama hingga membuat Hoonclaide merasa tak nyaman namun air mukanya masih bisa ia kontrol.

"Sepertinya anda baik-baik saja, lain kali berhati-hatilah." saran Hoonclaide tenang dan mencoba melepaskan tangan yang sedikit kotor itu, wanita hamil itu mengangguk, mulutnya sedikit terbuka nampaknya ingin mengucapkan sesuatu.

'Tolong berkati anak yang ada dikandunganku ini Pangeran." pinta wanita hamil itu pada akhirnya, Hoonclaide tersenyum tipis dan mengangguk, mengatupkan kedua tangannya tanda berdoa dan memejamkan matanya beberapa detik.

Suasana disana semakin heboh, bagaimana tidak, para gadis tak dapat menetralisirkan teriakannya saat melihat tampannya wajah Hoonclaide yang sedang berdoa.

"Selesai, semoga anak anda lahir dengan keselamatan dan menjadi personal yang dapat dibanggakan." ucap Hoonclaide sembari membungkukkan sedikit badannya dan berbalik, melanjutkan perjalanannya yang tertunda.

Mata salah satu perempuan dengan gaun yang indah terus memerhatikan Hoonclaide, bahkan dengan tak merasa bersalah ia mengingkari janjinya yang ingin minum teh bersama salah satu sahabatnya, ah bukan sahabat titlenya sekarang, mantan sahabat.

Ya, perempuan ini sangat kecewa saat tau dirimu lah yang ternyata menjadi tunangan sang Pangeran, padahal ia adalah salah satu kandidat yang akan dicalonkan dengan Hoonclaide, tetapi ia harus gugur lantaran dirimu lah yang ternyata terpilih.

Padahal semua bakat ada didiri perempuan ini, mulai dari bernyanyi, berdansa, berkuda, hingga pemanah pemula, harusnya ia yang terpilih, tapi mengapa dirimu? Yang hanya bisa dan apik jika memperlihatkan tarian ballerinamu. Ia rasa ada kecurangan dalam hal itu, dan ya, ia iri denganmu, ia orang yang berjanji ingin berminum teh bersamamu, Catalyna.

👑👑👑

Matahari sudah berada dititik puncaknya, menandakan hari sudah beranjak siang, tepatnya jam 2, Jay sudah meninggalkanmu satu jam lalu sesaat adegan kau tak berkutik.

Perutmu berbunyi, tadi pagi kau hanya sarapan tak lebih dari separuh, hanya seperempat karna percakapan yang kurang enak yang disebabkan ibumu. Matamu mulai berkaca, kau menangis, ini sepertinya dihutan. Kau tidak bisa berdiri untuk kabur karna kakimu diikat dan pintu dilantai rumah pohon itu pun terkunci.

Untuk menjatuhkan diri dari jendela pun mustahil, jendelanya sangat kecil yang dibentengi beberapa kayu ditengahnya. Kau berharap sahabatmu datang membawa petugas atau ksatria untuk mencarimu.

"Hiks, ayah.." ucapmu lirih, tangisanmu menderas, bagaimana jika kau dibiarkan dan mati membusuk disini?

'Krit'

Bunyi dari pintu kecil itu terdengar, sebuah kepala muncul dari sana dengan wajah yang terkejut, wajahnya sangat manis nan polos seperti kelinci, sesunggukanmu berhenti karna kau rasa lelaki ini orang baik.

"Tolong aku.. Tolong." lirihmu sembari menggesekkan bagian pahamu untuk mendekat kearahnya yang sudah menaiki tangga dan berada didalam.

Lelaki itu mengerut heran, gadis ini diikat? Lelaki ini langsung teringat sesuatu, mungkinkah ini perempuan yang ada sangkut pautnya dengan tanah yang direbut secara tidak adil itu atau?

Hidden Romeo || SUNGHOON & JAY ENHYPENWhere stories live. Discover now