43.Kekacauan

24 5 0
                                    

" KAK JI-HAN."

Teriakannya membuat wanita yang hendak melemparkan kursi itu terhenti dan langsung menggeleng dengan ribut sebelum dua orang berpakaian putih dengan Bibi Byun yang ikut menenangkan datang meski disertai dengan isakan.

Jungwon terpaku dengan apa yang ia lihat.
Ia terlalu terburu buru meninggalkan mobil dan mengabaikan Heeseung yang berteriak kala dirinya langsung turun saat mobil belum berhenti sempurna.

Kakinya semakin ia pacu cepat kala mendengar teriakan yang dirinya yakin bukan suara Ji-Han karena dia sangat kenal dengan suara tersebut.Segera ia menaiki tangga dan tanpa ragu langsung menuju kamar tempat biasanya ia menghabiskan waktu jika bersama perempuan itu.

Teriakannya ternyata tak membuat Ji-Han bergerak bahkan sekedar menoleh, perempuan itu tampak terduduk dengan kondisi yang tampak kacau dan kedua netra cokelat itu sama sekali tak memiliki pandangan namun dengan air mata yang terus mengalir.

Ia segera mendekat mengabaikan teriakan wanita yang juga ia sebut dengan mama.
Wanita itu tampak semakin mengamuk dengan kata kata yang sama sekali tidak dimengerti oleh Jungwon namun semua teriakan itu seolah menyalahkan Ji-Han dan dirinya sendiri.

Tanpa bicara Jungwon langsung mendekat dan memeluk Ji-Han meski perempuan itu hanya diam tanpa adanya pancaran apapun, rambut itu berantakan dan yang membuatnya turut sedih adalah kedua tangan yang terdapat beberapa luka dan dahi paling kanan juga mengeluarkan darah namun Jungwon biarkan itu mengotori mantel putih susunya.

Matanya menangkap ponsel yang mati dan tampak hampir hancur,pantas saja ia tak dapat menghubunginya meski mencoba beberapa kali.

Ia melepaskan pelukannya saat air mata itu tak kunjung berhenti dari mata yang juga  menatap wanita yang tengah terpaksa disuntik bius agar tenang,Jungwon tahu jika itu menyakitkan.

Jungwon membalikkan tubuhnya yang masih memegang tangan itu meski ragu,ia menatap Heeseung yang berdiri diambang pintu,lelaki itu tampak terdiam dengan tatapan yang menatap kearah dimana dirinya dan Ji-Han berada.

Heeseung begitu tidak menyangka jika ternyata kehidupan wanita itu begitu miris.
Ia terpaku melihat ruangan yng biasanya rapi dan nyaman menjadi kacau dengan buku yang biasanya tersusun menjadi berantakan memenuhi lantai dengan pecahan kaca dimana mana,kasur putih itu tampak berantakan dengan bantal dan selimut yang terpisah kemana mana,kursi yang tergeletak dan yang membuat lebih tak menyangka adalah perempuan yang tengah terduduk dengan penampilan yang jauh lebih kacau dari dimana saat kejadian itu.

Wajah itu hanya diam dengan mata yang terus menangis.

Heeseung mendekat dan berlutut dihadapan Ji-Han yang tampaknya memang tak menyadari kehadiran keduanya karena mata itu tetap memandang dimana kini ibunya telah pergi dibawa oleh perawat dan tampak Bibi Byun yang menangis diambang pintu antara cemas pada Ji-Han namun ia harus menemani sang adik yang sangat membutuhkan dirinya.

Bibi Byun melangkah mundur saat dilihatnya Heeseung yang perlahan mendekap dan ia melihat Jungwon yang tersenyum kepadanya seolah mengatakan jika semua akan baik baik saja dan ia benar benar pergi dengan berlari saat Jungwon mengusap bahu Ji-Han.

Heeseung maupun Jungwon bingung harus berkata apa jadi mereka hanya diam sembari mencoba memahami apa yang tengah terjadi,kedua kelam Heeseung menatap kebawah saat tangisan yang hening tadi berubah menjadi isakan yang begitu tak tertahan dan kacau dengan racauan yang sama sekali tak dapat dimengerti keduanya.

Jungwon merasa terlambat sehingga Ji-Han mendapat luka juga tangis itu tak pernah ia lihat bahkan dengar sebelumnya.Bukan ia tidak menydari jika sebenarnya perempuan itu banyak menyimpan kisah dan pilu.
Cukup mengerti jika selama ini wanita itu selalu sendiri dirumah meski masih belum mencerna semuanya saat mendengar teriakan yang mengatakan pembunuh dan mati.

Realizing of love // Park Sunghoon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang