11.Lemah?

76 36 14
                                    

Meremehkan jika mengatakan Aera tak mampu menindas ditengah keramaian.

Bukan sebuah keanehan namun tetap menjadi sesuatu yang tidak pantas dan selalu dihindari oleh semua termasuk perempuan yang kini tengah dicengkram kasar oleh perempuan bermarga;Kang itu.

Mungkin semua orang membuli dengan suatu alasan yang mendasar namun tak banyak orang bertanya tentang alasan Aera yang selalu mengganggu.Bukan tanpa alasan pertanyaan itu muncul jika seseorang yang ia jatuhkan adalah siswa awal tahun pembelajaran empat bulan yang lalu.

Memang banyak perlakuan seperti itu tanpa tahu nama,sebab perlakuan itu sering terjadi karena sebuah kehendak yang terniat dari mereka sendiri.Tidak semua orang akan menghentikan langkah dan menyaksikan namun tetap ada beberapa yang terlalu ingin tahu dan hanya diam sembari menonton.

Muak jika melihat itu semua,sebab mereka selalu memasang tatapan sayu seolah kasihan namun hanya diam dan tetap membisu.

Dan satu lagi–Perempuan itu juga terlalu sering melihat pria yang kini hanya diam dengan mata yang seolah senang namun tentu saja dengan tampang datarnya seolah tidak peduli melihat semua ini.

Meskipun dalam keadaan seperti ini.
Kedua mata cokelat itu tak henti mencemaskan kehadiran seseorang.

Mungkin Aera memilih waktu pagi jadi keramaian tak terlalu terlihat namun tetap saja ini menjadi kecemasan.

Ji-Han takut jika seseorang itu melihat.
Ia takut Heeseung melihatnya dalam keadaan seperti ini dan Ji-Han jijik jika harus dipandang menyedihkan olehnya.

Terhitung Lelaki itulah yang mau mengajaknya berbicara dan membantunya dalam hal tertentu.

Memang berbicara tentang ini semua sebenarnya bukan hal yang tidak diketahui oleh Heeseung namun pria itu berprasangka bahwa Aera tak mau atau lebih tepatnya tidak lagi mengganggu Ji-Han.

Heeseung berfikir Aera pasti lelah dan bosan jadi berhenti dan ia sangka itu datang perlahan.

Sedikit terdengar omong kosong dengan pemikiran Lelaki tinggi itu walau apa yang terlontar adalah sebuah harapan yang sebenarnya tertuju untuknya.

Sebenarnya bukan tentang sebuah ketakutan dan rasa malu–lebih tepatnya ia terlalu malas jika Heeseung lagi lagi menelisik kehidupannya.

Jangan salah paham,tentu bukan maksudnya tidak suka akan kehadiran dan sikap pria itu namun itu semua muncul karena kecemasannya sendiri terhadap suatu kondisi.

Yang sebenarnya adalah;Ji-Han takut kehilangan Heeseung.



"Berapa kali kukatakan ?"

Lagi–dengan kasarnya tangan putih itu menggenggam erat leher perempuan yang telah terasa mati rasa dan sedikit membekas.

Lemah?
Terserah apa yang akan meluncur dari mulut ke mulut orang lain menilai kehidupannya.

Ia tidak mempersalahkan itu jika nyatanya ia sadar akan ketidak adanya ia bertindak atas semua perlakuan dan perkataan Aera yang sejak dulu selalu hadir.

Kini kaki Aera dengan ringan menghentak kasar–menginjak tangan kanan perempuan berambut panjang itu.

Ringisan pun tak keluar dari mulutnya.
Bukan tak merasa sakit naun sudah sangat sering dan hafal dengan segala rasa itu.

"Shhh..Sakit?"

Wanita berambut cokelat itu bertanya sembari memiringkan kepala congkak dan kembali sedikit menekan injakan sepatu pantofel hitamnya.

Tawa Aera memecah segala penjuru koridor sekolah,tawa yang sangat menentang perasaan seseorang.

Sungguh ingin ia bangkit dan pergi namun sekali lagi ia tak ingin semua menjadi panjang dan rumit.

Karena sekeras apapun ia menghindar
Aera tetaplah Aera si wanita keras kepala yang merasa memegang kuasa penuh dan selalu ingin terlihat seantero sekolah dan seluruh siswa.

Kini tangan Aera terjulur lurus kesamping tepat ditempat sosok Sunghoon berada.

Dengan wajah kesal Sunghoon melempar asal buku tebal kearah Aera yang sontak langsung mendapat tatapan tajam oleh si wanita itu.

Tangan Aera tampak menimang nimang pelan buku paket itu,dengan sesekali tersenyum dengan alis yang selalu terangkat.

Bertepatan dengan nada bicara terakhir yang Aera tinggikan , buku tadi dengan kencang ia lemparkan ketubuh Ji-Han yang masih saja duduk dengan tangan kiri menopang tubuh.

Aera mengibaskan rambutnya dan melangkah maju – sedikit menundukkan tubuhnya.

Aera tertawa pelan dan mencengkram kasar pipi wanita dihadapannya.

"Puas ?"

Sekali lagi Ji-Han hanya bisa menghela napasnya pelan.

Salahkan saja dirinya yang lupa mengerjakan tugas Aera karena tertidur hingga larut.

Memang bukan hal yang wajib namun tetap saja ia selalu tidak ingin dan menghindar darinya jika berujung sama dan memuakkan.

Ingin sekali ia bertindak dan ikut membalas perlakuan mereka namun lagi lagi ia terpaksa mengingat keadaan.

Ia tidak ingin melihat ibunya terlibat apalagi sampai harus menitikkan air mata melihat kelakuan ia sebagai siswa di sekolah.

Cukup belajar dan selalu menuruti peraturan untuk membantu ibunya mencapai sebuah harapan.

Ia tidak ingin ibunya kecewa atas sikap yang selama ini telah ia jaga dan ajarkan.
Kedua orang tuanya tak lelah memberinya semua hal menyangkut keras dan kejamnya semua sesuatu yang menyangkut dunia.

Itulah sebabnya Ji-Han tak mau berurusan dengan Aera.

Ayahnya selalu berkata bahwa jangan pernah mencari masalah dan perkara oleh orang kaya.

Orang kaya selalu mempunyai cara dan akal yang berbeda menghadapi segala masalah dan terutama tentang kesenjangan sosial.

Mereka terlalu menganggap derajat terlalu berbeda tingkat dan harta sebagai tahta kekuasaan.

Dan Ji-Han sadar dirinya tak seberada Aera.
Bukan merasa rendah namun mengakui adanya.

Ia selalu mempunya pemikiran tentang keluarga Aera yang termasuk kedalam golongan manusia serba bisa dengan menggerakkan uang.

Mereka menjunjung tinggi harta sebagai kekuasaan utama yang mengubah dan mengatur cara pandang seseorang.

Perempuan itu perlahan bangkit setelah Aera pergi dan seluruh pasang mata yang ada telah meninggalkannya sendirian.

Ia menatap tangannya yang memerah dan lecet,lalu menepuk kecil roknya yang terlihat sedikit berantakan.

Memunguti semua buku dan memasukkanya cepat kedalam tas.

Kaki jenjangnya langsung pergi melangkah dengan terburu mengingat keadaan yang mulai berangsur ramai.

Deringan ponsel sedikit memperlambat pacuan langkahnya menuju kelas.

Setelah membaca dan tahu bahwa yang menelfonnya adalah Heeseung ia dengan segera menerima panggilan.

Belum sempat ia membuka suara namun perkataan Heeseung mengurungkan semuanya.

' Kau dimana ? kakak tidak melihatmu dihalte?."

Seketika ia berhenti melangkah dan sedikit mengembuskan napas lega ketika netranya menangkap jam yang masih banyak memiliki waktu sebelum bel.

Sungguh ia lupa jika Heeseung mengajaknya untuk selalu bersama naik bus , jika berangkat maupun pulang sekolah.

Ia sedikit gusar dan tersenyum dengan hati hati.Sungguh ia tidak enak telah melupakan janji yang ia sanggupi kemarin sore.

Dengan pelan perempuan itu kembali melangkah memasuki kelas yang hanya berisi beberapa orang saja.

" Maaf kak aku lupa,pulang nanti bersama."


_____Sim J

Realizing of love // Park Sunghoon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang