12.Kaleng biru

68 30 10
                                    

Bunyi sepatu menggema setiap pacuan langkah seseorang yang tampak terburu buru dan resah.Terus melangkah menyisir setiap udara yang semakin terasa dan dengusan lelah ketika menatap banyaknya anak tangga yang tak terhitung.

Terus melangkah menaiki setiap anak tangga dengan langkah berganti perlahan dan terlihat tangan kanannya menenteng kresek putih kecil yang berayun seiring tubuhnya yang terus mengikuti langkah kaki.

Kini tubuhnya berdiri tepat di depan pintu besi besar yang bertuliskan area terlarang dan merasa sedikit berat jika dibuka karena termakan usia.

Perlahan tangannya terjulur memegang kerasnya besi hitam itu dan mendorong dengan perlahan–berusaha tak menimbulkan suara deritan pintu.

Sedikit melangkah ragu saat dengan jelas ia melihat tubuh seorang pria yang sedang memunggunginya menatap kearah gedung gedung pemenuh kota lainnya.

Ia hanya ingin memberi apa yang sejak tadi ia bawa dari kantin dan pergi tanpa masalah.Sebenarnya dengan sangat terpaksa ia mau ke kantin , namun jika saja ia menolak maka ia akan menerima apa yang terjadi sebagai balasan penolakannya.

Pria itu memutar tubuhnya dan menghadap sepenuhnya pada wanita yang kini tengah diam menunduk.

Angin berhembus kencang menerbangkan helaian rambutnya yang tegak membelakangi arah hembusan angin pagi ini.Perempuan itu langsung bergerak maju dan tanpa sepatah kata ia langsung menyodorkan plastik kearah si pria yang bahkan belum sempat berbicara.

Melihat tangan yang tak kunjung menerima lantas wanita itu meletakkannya diatas tembok pembatas atap sekolahnya.

" Tunggu."

Ji-Han mengurungkan langkahnya saat mendengar suruhan kecil itu.Dapat ia tangkap gerak pria itu sedang membuka sebungkus roti lembut dan langsung menggigit dengan lahap.

Perempuan itu terhentak kaget saat dengan kasarnya Sunghoon menarik tangannya dan memaksanya untuk duduk disisi pria yang kini tengah duduk sembari menguyah.

Perempuan itu memilih diam dan membuang pandangan kearah lain menghindar dari tatapan mata Sunghoon.

Entah apa sebenarnya yang Sunghoon inginkan;memaksa untuk membawakan roti dan sekotak susu ke atas dan sekarang menyuruhnya duduk diam dengan ia yang tampak makan dengan sangat lamban.

Sejujurnya ia malas jika ternyata keberadaan Aera juga ada disini.
Terhitung telah tiga hari yang lalu Aera mengganggunya, meski telah tiga hari namun tetap saja luka itu masih membekas di beberapa bagian.

Gerakan gelisah keluar ketika harus tetap duduk disamping pria tinggi itu.
Ia canggung untuk bergerak karena terpikir Sunghoon hanyalah orang asing yang terlanjur senang mengganggunya.

Mengganggu dalam artian benci dan jijik.
Entah apa sebenarnya hubungan Sunghoon dan Aera.
Mereka selalu tampak berdua meski sedang menyiksanya.

Terkadang muncul pertanyaan yang datang secara manusiawi di hatinya namun lagi lagi ia mengingatkan bahwa mereka hanyalah mereka yang membencinya.

Dan yang menjadi pertanyaannya saat ini adalah ' dimana Aera?'.

" Aera tidak ada," Entahlah terkadang Sunghoon begitu terlihat menyeramkan namun tak sedikit ia sangat menyebalkan dengan tingkah dan perkataannya yang begitu tak masuk akal.

Kembali ingin beranjak pergi namun genggaman tangan kasar menahannya untuk tetap duduk.

Sedikit menahan sakit saat Sunghoon denfan sangat kencang menahan pergelangan tangan kirinya yang kecil–tak sebanding dengan telapak tangan besar dan juga kuku kuku panjangnya.

" Jangan keras kepala."

Perempuan itu menghela napas pelan melirik roti yang tak habis habis.
Ia ingat bahwa ia membeli tiga bungkus roti sesuai perintahnya namun satu saja sangat lama jika harus menunggunya memakan semua itu.

Bunyi kaleng jatuh dan sedikit menggelinding memecahkan lamunan Ji-Han karena bunyinya yang sangat menggema membentur lantai.

Sunghoon menendang kaki Ji-Han kasar dan menyuruhnya untuk mengambil kaleng yang memang sejak awal tadi ia pegang.

Perempuan itu bangkit dan berjongkok pelan mengambil kaleng tersebut dan langsung membulatkan kedua matanya saat melihat kaleng bir yang ia pegang.

Bagaimana dengan santainya Sunghoon membawa minuman beralkohol ke area sekolah di penjagaan yang ketat seperti ini.

Belum sempat lamunannya terjawab dan selesai tiba tiba saja pundak kanannya dibalik kasar membuatnya harus terduduk dengan kasar kekerasnya lantai yang sedikit berdebu itu.

Sunghoon–pelaku yang membuatnya terjatuh itu kini tepat dihadapannya dan ikut merobohkan dirinya dengan satu lutut yang bertumpu pada lantai yang sama.

Ia menatap tajam dan dengan gerakan cepat merebut kaleng yang Ji-Han pegang sejak tadi,Perempuan itu terdiam dan sedikit terkejut belum sempat mencerna keadaan.

Sunghoon dengan kasar langsung membuka kaleng dan meneguknya dengan santai dihadapan Ji-Han yang kini tampak ingin bangkit dan pergi dari hadapan Sunghoon yang masih setia dengan posisi awal.

"Kenapa ?" Sunghoon sedikit tersenyum saat melihat gelagat Ji-Han yang sedikit susah berusaha berdiri–karena jarak Sunghoon yang terhitung dekat dihadapannya.

Melihat gerak Ji-Han yang hampir saja berhasil bangkit , Sunghoon menarik helai rambut ikal itu dengan kasar dan mapu membuat perempuan itu kembali terduduk dengan wajah yang mendongak menatap Sunghoon.

" Alkoholnya sedikit jadi tidak membuat mabuk...  

Sunghoon memutuskan perkataanya dan membisikkannya ketelinga Ji-Han.

–Tapi..gila." Setelah mengatakan itu Sunghoon tertawa kencang dan melepaskan tarikan tangannya pada surai Ji-Han yang kini tampak sedikit berantakan.

Sunghoon kembali meminum minuman itu dengan sekali tegukan dan menelannya kasar,terlihat dari gerakan lehernya yang tergesa.

" Kenapa?,mau?"

Gelengan kuat langsung diberikan oleh perempuan itu ketika pertanyaan gila Sunghoon yang begitu enteng keluar dari birai tipisnya.

Ji-Han tidak mau mencari perkara,oleh karena itu niat awalnya hanya ingin memberi apa yang Sunghoon minta dan malah terjebak dalam pemikiran gila ini.

Sunghoon mendekat dengan senyum remehnya dan dengan sekali gerakan ia meraih dagu wanita yang kin semakin menggeleng ribut agar Sunghoon menjauh.

Namun bukan Sunghoon jika ia rela pergi tanpa membuat masalah.
Pria itu malah semakin mendekat dan mendekatkan kaleng kearah mulut Ji-Han yang kini sedang ia paksa terbuka.

" Shh..Diam sialan." Sunghoon masih tetap memaksa dan dengan semakin kasar ia memaksa agar Ji-Han menerima minumannya ketika wanita itu menolak dengan segala upaya–bahkan kedua tangan berusaha menghalangi dan melempar kaleng yang sedikit menumpahkan isinya.

Merasa kesal Sunghoon meletakkan kaleng biru itu dengan kasar  dan meraih kedua tangan Ji-Han melalui belakang pundak wanita tersebut agar ia pegang dan menahannya menggunakan satu tangan.

Dengan mudah Sunghoon mencekal dan mengunci pergerakan tangan perempuan itu dan kembali memaksa air tersebut untuk masuk kedalam mulut si wanita.

" Buka bodoh." Dengan kasar Sunghoon menghentak kaleng itu hingga bibir itu terpaksa terbuka dan menerima cairan yang terasa sedikit pahit itu.

Sunghoon tersenyum senang dan mengempaskan kaleng itu kasar kemudian  bangkit meninggalkan Ji-Han yang tampak kembali memuntahkan bir itu.

_____Sim J

Realizing of love // Park Sunghoon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang