03 ; Jay Mactavish

Start from the beginning
                                    

Jay mengangkat kepalanya dan tersenyum lebar berharap agar neneknya tidak memikirkan sesuatu hal sedih tentangnya, lelaki itu mengangguk. "Tentu saja nek, terimakasih."

👑👑👑

Seorang pelayan sedang masuk ke dalam kamar seorang gadis yang bernuansa rose pink, wangi mawar dari lilin aroma terapi menyeruak dikamar itu.

"Nona Muda, saatnya jam untuk bangun pagi." ucap pelayan itu sembari menepuk kecil lenganmu, tubuhmu menggeliat dan satu matamu menyipit. Pelayanmu dihadiahi dengan senyuman indah dan anggukanmu.

Kau terduduk dengan terus mengangguk, kau rentangkan tanganmu yang bebas. Pelayan tersebut membungkukkan tubuhnya dengan selembar gaun berbahan satin berupa dress dengan potongan flowy pada bagian didaerah lutut.

"Ah terimakasih bibi, aku langsung ingat jika aku ada acara minum teh dengan sahabatku, Catalyna." ucapmu sembari menepuk keningmu kecil dikarenakan kamu yang hampir melupakan janjian yang kalian buat sekitar lima hari lalu.

"Iya Nona,  air hangat dan campuran bunganya sudah saya siapkan."

Kau mengikuti langkah pelayanmu itu, ya memang ini sudah menjadi hal yang sangat biasa. Senyuman terus menghiasi bibir ranum merahmu, kau ingin bercerita banyak dengan sahabatmu itu. Apalagi jika bukan tentang sang Pangeran.

Sekitar 20 menit acara membersihkan diri yang dilakukan oleh pelayanmu itu, kau sudah menyayangi pelayanmu itu layaknya bibimu sendiri, saat kau berumur 3 tahun, sang bibi inilah yang setia merawatmu, bahkan terkadang mengalahkan rawatan dari sang ibu yang melahirkanmu.

Kancing baju itu hampir selesai terkancing, kau melihati wajah segarmu di pantulan cermin, senyuman menampar lembut cermin itu. Sang pelayan tersenyum tipis melihatmu yang ceria seperti biasanya.

Ya begitulah sosokmu, gadis yang baru mekar, selalu ceria dan memiliki aura yang sangat positif ditambah komposisi manja nan menggemaskan dari dirimu, membuat dirimu sangat diidam-idamkan siapapun yang mengenalmu.

"Bibi, menurutmu, bando yang mana yang harus aku pakai?" tanyamu sembari melihat susunan aksesoris yang tertata rapi di bagian lemari kayu tepat disamping cermin itu.

"Acara minum teh kan Nona? Saya punya saran menarik untuk rambut Nona." perkataan itu membuatmu mengangguk mantap, rambut halus lurus berwarna coklat milikmu mulai di sisiri oleh sang bibi.

10 menit sudah bibimu itu berkutat dengan rambutmu, lalu kau mengarahkan kepalamu ke samping, melihat karya dari bibimu, senyumanmu nampak untuk yang kesekian kali dikarenakan kepangan indah dengan jepitan bunga kecil di beberapa sisinya.

"Ah ini sangat cantik bibi, terimakasih!" pekikmu senang sampai kau berdiri dan memeluk bibi kesayanganmu itu. Sang pelayan mengangguk lalu ikut tersenyum bersamamu.

Pintumu berdecit, tanda seseorang membukanya, layangan pandang itu terasa tidak suka akan pemandangan sekarang. "Lama sekali nenek satu ini menyuruhmu untuk sarapan. Cepatlah Ascca, ini sarapan yang sangat dinantikan karna kakakmu ada disana."

Ya itu ibumu, berbeda denganmu, kakak ataupun ayahmu yang tidak pandang bulu akan status disekitar kalian. Ibumu sangat memperhatikan hal itu karna dia memang selalu berada dikalangan atas.

Wajahmu menjadi murung melihat bibimu itu menundukkan pandangannya, sedih, pasti itu yang beliau rasakan. Kau mengelus lembut pundak bibimu itu.

Hidden Romeo || SUNGHOON & JAY ENHYPENWhere stories live. Discover now