You and Secret || 12🎶

80 34 67
                                    


Tampaknya kenangan masa lalu belum bisa ia lupakan. Sambil mengendarai motor pikirannya mengingat kembali kejadian dimana saat Keisya memutuskan hubungan mereka secara sepihak. Faren yang tengah berbahagia memenangkan juara satu lomba basket antar SMA di Bandung, datang menemui Keisya di K cafe. Tempat itu adalah saksi mereka kencan untuk pertama kali sekaligus menjadi tempat perpisahan hubungan mereka.

Dengan senyum ceria, Faren menyapa Keisya yang tengah duduk di kursi paling pojok. Menunjukkan mendali emas bulat. Namun, wajah kekasihnya tak begitu ikut serta dalam kebahagiaannya. Faren mengernyitkan kening melihat raut itu tampak masam dan kian murung.

"Hai ... kamu kenapa? Aku menang lho." Faren berucap sambil tersenyum semringah.

Keisya memainkan kuku jempolnya, lalu menegakkan kepala yang tadinya menunduk. "Maaf, ya. Aku tadi gak bisa datang."

"It's okey. Yang penting sekarang kamu udah ada di depan aku."

Setelah setengah jam ia duduk sambil berpikir. Kini, tekadnya sudah bulat. Mendengar bahwa perceraian antar orang tuanya akan terjadi, Keisya tak sanggup untuk menjalani hubungan romansa lagi. Hatinya begitu hancur, Keisya pikir mamanya tidak serius dengan ajakan perceraian tersebut, tapi nyatanya menyakitkan. Keisya sudah mengambil keputusan.

"Faren ...," gumam Keisya.

"Iya, Kei?" Faren tersenyum lebar, lalu matanya melihat meja putih yang hampa. "Kamu belum pesan minuman? Aku pesan dulu ya." Faren berdiri tegak.

"Nggak usah," jawab Keisya dengan cepat. "Aku cuma mau bilang sesuatu sama kamu."

Melihat air muka Keisya tampak serius, Faren kembali duduk seraya menghela napas sebelum menjawab, "kenapa?"

"Aku mau kita putus. Aku harap kita tetap bakal jadi teman. Maafin aku. Aku gak bisa lagi melanjutkan hubungan ini."

"Kenapa, Kei? Kamu bercanda, kan? Ini gak lucu, atau kamu sengaja karena aku menang, lagi happy gini."
Keisya menggeleng pelan. "Aku serius, Ren. Maaf. Aku pergi dulu." Keisya mengeloyor pergi masuk ke dalam mobil. Keisya menangis meraung, ucapan mamanya tadi pagi, yang serta merta menyuruh Keisya untuk tidak pacaran dengan siapapun membuat hatinya tak rela melepaskan Faren. Kemudian, bola matanya mengarah ke kafe sambil berucap, goodbye Faren.

Faren yang masih duduk terdiam mematung, tidak percaya dengan apa yang dikatakan Keisya membuat hati Faren begitu sakit. Dadanya naik turun, ingin ia menganggap ucapan itu hanya candaan semata, namun Faren tahu itu bukan bercanda. Keisya tidak pernah main-main dengan ucapannya. Faren tidak ingin mengejar atau pun menelepon Keisya karena ia tahu bahwa Keisya punya alasan tersendiri yang tak ingin dijelaskan, tapi dalam hati Faren yang paling dalam ia sungguh penasaran, tanpa ada alasan yang jelas Keisya tiba-tiba minta putus dengannya.
Semenjak hari itu, Faren menjadi orang yang dingin kepada cewek. Tak ada lagi niat untuk menjalin hubungan pacaran. Dan hari itu juga dia memutuskan untuk tidak lagi bermain basket.

Faren menggeleng merasa bingung dengan sikap Keisya yang selalu bertindak sesuka hatinya. Datang, lalu pergi. Susah payah Faren mencoba untuk bangkit dan tak terjerat dalam masa lalu, tapi melihat Keisya datang lagi seperti tadi membuat hatinya tak karuan. Kemudian, motor itu melaju kencang menuju jalan ke rumah Vandi.

***

Sesampainya di rumah. Fino melempar tas ke sofa panjang dan Keisya menyusul di belakangnya. Apa yang terjadi di gerbang sekolah membuat kakak-adik itu tak jadi pergi makan bersama. Raut wajah mereka sama-sama tampak masam.

"Dia orangnya, kan?" ucap Keisya membuka pembicaraan.

"Maksudnya?"

"Tisya. Orang yang Abang suka." Keisya menatap Fino lurus-lurus.

For My First Love [SUDAH TERBIT]✔Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu