Amplop dari Faren || 27🎶

68 20 135
                                    

Hiyaaa. Kena prank.
Ini akuu kasih bab sebelum akhir ya.
Selamat membaca.
I love you guys.
Selamat menggalau
Selamat bersenang tim .... 🤔🤔

Desember, 2018...

Entah berapa puluh orang lalu lalang di depannya. Menyapa, lalu memaksakan senyumannya terbit. Sejak dua tahun terakhir, ia tak lagi mendapatkan pesan, panggilan, ataupun kabar dari kekasihnya. Tisya duduk merenung sendirian dikursi panjang, tempat yang selalu menemaninya ketika suasana hati sedang sendu.

Masa-masa kuliah akhir tahun terasa seperti kupu-kupu. Pergi, lalu pulang. Tak ada yang begitu isitimewa untuknya. Selesai sudah mata kuliah manajemen. Berhubung, jadwal kuliah Rendu tak sama, hari ini Tisya memutuskan untuk pulang kuliah sendirian.

Tisya berjalan sembari menunduk, tak memperhatikan siapa saja yang lewat. Setengah perjalanan, langkahnya terhenti mendapatkan seorang pria tiba-tiba berhenti di depannya. Ia mendongakkan kepala.

"Fino...."

Takdir mempertemukan mereka kembali. Semenjak satu kuliah, tak terhitung berapa kali mereka bertemu. Fino yang mempunyai teman di Fakultas Ekonomi membuat mereka sering bertemu, sesekali berpas-pasan seperti sekarang.

"Kamu mau pulang?" Fino tersenyum manis.

"Iya."

"Pulang sama aku mau?"

Tisya memalingkan pandangannya ke sembarang arah sembari menghela napas.

Fino mengerti bahwa, Tisya tidak lagi mempunyai perasaan yang lebih kepadanya, tapi di sisi lain ia masih berharap keajaiban itu datang padanya. Hingga sekarang hati itu masih untuk Tisya. Walau Fino juga tahu, Tisya sedang sedih-sedihnya karena memikirkan Faren yang entah bagaimana kabarnya.

"Kalau kamu gak mau, jangan dipaksa, Sya."

Mendengar itu, Tisya menjadi tak enak hati. "Iya, boleh deh. Sekalian hemat ongkos." Tisya tertawa kecil.

"Okey, Cantik." Fino bersemangat.

Kata Cantik, membuat Tisya teringat kepada Faren yang selalu memanggilnya dengan sebutan itu. Tisya memiringkan bibir, sambil menundukkan pandangannya. Selama ini, Tisya selalu bertanya-tanya. Kenapa Faren tidak bisa dihubungi? Kenapa dia tidak pernah memberi kabar? Apa dia baik-baik saja? Setiap pesan yang ia kirim tak pernah dibalas ataupun dilihat.

Kendaraan bermotor, kini telah berganti menjadi mobil. Masuk ke dalam mobil Sedan Lexus berwarna putih yang begitu bersih dan harum itu. Tisya menoleh ke arah Fino. Namun, belum sempat ia berkata-kata, Fino sudah langsung membuka pembicaraan.

"Kita langsung pulang? Atau kamu mau jalan ke mana kek gitu? Aku temani."

Tisya mengulum senyum. Hatinya sungguh merasa tidak enak selalu mendapat perlakuan baik dari Fino, yang sesungguhnya Tisya juga tahu kalau Fino masih mengharapkan dirinya.

"Kamu mau pergi ke suatu tempat? Aku ngikut aja, deh."

"Oh, ada restoran baru buka. Tempatnya bagus banget. Mau gak ke sana?"

"Hah? Gak usah. Gimana kalau kita makan es krim aja?"

"Yaudah, boleh."

Mobil itu membawa mereka ke tempat es krim langganan semasa mereka masih pacaran.

Sesampainya di tempat itu, Fino memesan dua es krim vanilla kesukaan Tisya.

"Loh, kamu vanilla juga?"

"Iya, kepengen."

Sambil menyantap es krim, lamat-lamat Tisya mengamati sikap Fino. Pria itu, tampak ingin mengatakan sesuatu, namun tertahan diujung lidah. Sebelum Fino berucap, Tisya mulai mengangkat suara.

For My First Love [SUDAH TERBIT]✔Where stories live. Discover now