Perlombaan || 19🎶

45 19 66
                                    

Guyss kasih Rekom (Req) lagu Duet untuk Faren dan Tisya nyanyi nanti mau dibuat di epilog, dong. Silahkan koment ya siapa tau cocok.

💕

Juli, 2014...

Sedaritadi ruang tengah bernuansa minimalis modern itu ditemani lagu Shake It Off-Taylor Swift. Tisya dengan asyik menggerakkan tangan dan kakinya mencari gerakan-gerakan yang ia ciptakan sendiri.

Rendu yang menjadi penonton setia, hanya terheran melihat sahabatnya. Ketika lagu itu berhenti diputar ia mulai bersuara, "Oi, Sya. Lo mau berubah haluan ke solo dance?"

"Pengennya, sih. Tapi group dance gokil juga. Kalau nari kan gak bisa lagi di sekolah."

"Iya, sih. Kalau udah kelas tiga nari gak dibolehin ya."

"Ho'oh. Lo kapan olimpiade matematika?"

Mengingat, dalam enam bulan sekali akan ada lomba olimpiade. Tisya menjadi teringat bahwa Rendu menjadi salah satu murid yang akan diikut sertakan.

"Belum tahu. Belum ada teman. Dia kan harus berdua. Lo mau ikut, gak?"

"Ha-Ha. Bercanda lo gak lucu. Tiga hal yang paling buat otak gue gak berfungsi. Matematika. Fisika. Kimia. Kalau udah itu gue pengen out aja dari kelas."

Rendu terkekeh. "Satu lagi. Perasaan juga buat lo jadi orang paling BO-DOH. Sya-Sya..." Rendu geleng-geleng. "Untung aja lo cantik. Berbakat. Kalau enggak, lo udah kayak godok gosong."

"Hish. Kurang ajar lu, ya. Awas aja lu minta pertolongan cinta sama gue."

Rendu kontan bangkit berdiri menggandeng tangan Tisya dengan manja. "Jangan gitu, dong."

Tisya tertawa kecil, lalu memanyunkan bibirnya melihat sikap Rendu.

"Makin lama, gue makin suka sama tu anak."

Tisya mengernyit. "Gimana kalau kita double date?"

"Buset." Rendu melepaskan gandengannya. "Gila lo, ya? Gue rasa, Faren aja gak tahu kalau gue dekat dengan adiknya."

"Tenang... tenang. Ada Tisya di sini. Lo duduk manis aja, gue yang ngatur."

Keduanya terdiam sejenak, lalu Tisya teringat akan sesuatu. "Ndu, kenapa lo gak jadi dokter aja?"

Perkataan Tisya membuat Rendu terdiam. Pernah terlintas dibenaknya ingin menjadi dokter anak. Tapi, terabaikan karena tidak ada keseriusan dalam hatinya. Membuka percakapan itu kembali. Rendu berpikir.

"Secara lo kan pintar banget tuh. Apalagi dibidang IPA. Siapa tahu lo lulus. Jadi Dokter beken, deh," lanjut Tisya sembari tertawa.

"Beken? Nama band gue."

"Iya, jarang loh, dokter pandai main semua alat musik. Apalagi kalau lo jadi dokter muda. Beuh, pasti lo jadi dokter hits se-Jaksel."

Tisya berhenti bicara mendengar suara angin keluar dari arah Rendu, membuat Tisya mendengus. "Ih. Buset. Lo kentut, ya?"

Melihat raut Tisya yang kian kesal. Rendu tertawa terbahak. "Maaf-maaf. Keceplosan." Ketawa itu semakin kencang.

"Sialan, lu. Bau lagi. Kentut lo bau makanan gosong yang habis kebakar." Tisya menutup hidungnya.

"Enak, ya, Sya." Rendu tak berhenti tertawa.

Tisya menggeleng takjub.

Perbincangan mereka tentang masa depan pun terlupakan akibat sikap Rendu yang serta merta membuat Tisya gondok.

For My First Love [SUDAH TERBIT]✔Where stories live. Discover now