Ravella menunggu Chenle yang sedang membeli tiket. Cewek itu memperhatikan kesekitar yang lumayan rame.
"parah si, napa tiap weekend harga tiket mahal bener anjir" ucap orang yang lewat tepat didepan Ravella.
Iya kah? Kalo Chenle beli dua, berarti dua kali lipat dong? Ah, ntar biar Ravella aja yang traktir makan.
Chenle datang dari arah tempat antri menuju Ravella. Cowok itu jadi pusat perhatian. Dia ga terlalu tinggi, tapi dari caranya berpakaian dan cara dia jalan udah keliatan banget kalo dia emang cowok yang keren.
Mulai dari rambut hitam yang acak acakan dan menutupi dahinya (pasti ntar senin kena razia ni), kacamata hitam yang berkelas, baju kaos dengan beberapa detail yang stylish, dan celana jeans hitam serta sepatu sneaker adidas terbaru.
Ravella menunduk melihat pakaiannya, yah, dia rakyat jelata. Sebenarnya ga sampe dikatain rakyat jelata sih. Ravella punya baju bagus, tapi dia kira Chenle bakal pake baju kaya kemaren (kaos putih polos+celana pendek rumahan). Mana dia tau kalo Chenle bakal pake baju kek model gini.
Chenle sampai tepat didepannya dengan senyum yang keliatan agak beda dari biasanya.
"yaudah, yuk masuk" ajak Ravella. Tapi Chenle malah nahan tangannya dan natap Ravella lumayan serius.
Ravella menatap Chenle. Matanya keliatan serius, tapi sikap cowok itu keliatan banget kalo dia gugup parah.
"Rav, gue mau ngomong bentar, boleh?"
Ravella terdiam, dua detik kemudian menjawab. "iya, siapa yang larang?"
Chenle melepaskan genggaman tangannya dari tangan Ravella lalu menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya dengan pelan.
Ravella masih menunggu Chenle untuk berbicara.
"gua punya dua tiket. Kalo lu terima tiketnya, berarti kita jadian. Kalo lu tolak tiketnya, kita tetep main tapi ga pacaran dan seterusnya kita ga boleh deketan lagi. Jadi.. Lo mau jadi pacar gua?"
Ravella memelotot. Cewek itu menatap tiket itu, lalu Chenle, ke tiket lagi, trus ke Chenle lagi.
Dia di.. Tembak?
Ravella terdiam. Cewek itu tampak berfikir.
Selama ini ia juga mulai jarang memikirkan Jeno. Saat tau Jeno jadian sama Debbie, dia juga biasa aja. Chenle juga ga pernah kasar sama dia. John juga tau kalo dia deket sama Chenle. Trus.. Chenle juga..
"gue janji bakal berusaha buat ga bikin lu nangis, gua bakal 24jam buat lo. Gua juga bakal jaga lo. Gua ga bakal lepasin lo. Gua sayang sama lo Rav"
Ravella menahan senyum dengan mengulum bibir. Ia malu, baik kepada Chenle, juga kepada pengunjung lain yang curi curi dengar.
"kalo gua tolak, habis main kita ga bakal akrab lagi?"
Chenle menghela nafas, kemudian mengangguk lesu "iyah"
Ravella memiringkan badannya kekanan dan kekiri dengan senyum. Lalu dia maju selangkah dan menggandeng salah satu tangan Chenle dengan erat.
"kalo gitu gua tolak tiketnya, tapi gua terima lo bisa ga?"
Chenle diam. Masi loading mencerna maksud Ravella.
"ah tolol lu mah" Ravella melepaskan genggaman tangannya. Chenle terkesiap, cowok itu kembali meraih tangan Ravella dan menggenggam tangan cewek itu dengan erat.
"maksudnya gimana nyet? Ga paham gua"
Ravella tak menjawab, cewek itu hanya merotasikan mata dengan senyuman lebar.
YOU ARE READING
Dear Ravella || Chenle (END)
FanfictionJatuh cinta dalam diam yang berarti bertepuk sebelah tangan juga menanggung resiko akan ditikung orang atau teman, hal itu lah yang dipilih Zhong Chenle dalam menyukai cewek hiperaktif bernama Ravella Xagrey Delton. "gua suk..." "kayanya gue suka d...
