DR||03

66 31 7
                                    

Chenle menghela nafas. Perasaan cowok itu campur aduk setelah membaca chat dari Donghyuck aka Haechan.

Haechan babi
Gini ya bro. Ravella tuh suka ama Jeno ya baru baru aja sih sebenarnya, tapi tu cewek kek ngerasa dia udah suka banget.

Haechan babi
Gua jadi kasian si ama lu. Yang sabar ye ngab.

Chenle
Bantu gua pdkt lah anjer. Ntar gua traktir dah, lu kan kismin.

Haechan babi
Kalo traktirannya ps5 gua sih oke oke aja lah ya

Chenle
Iya ps5

Haechan babi
OKE SAYANGKOO

Sedetik kemudian Chenle mematikan hpnya dan memasukkannya kedalam saku. Bibirnya melengkung ke atas dan isi kepalanya mulai menyusun skenario romantis nan alay untuk kedepannya.

Membayangkan Ravella yang sikapnya seperti itu dan perlahan menjadi manja padanya tentu sangat mendebarkan. Chenle juga jadi teringat dengan kemarin dimana cewek itu mengecup dahinya.

Chenle mengusap dahinya di tempat yang Ravella cium. Kini bibirnya mengembang sempurna hingga rentetan gigi rapinya terlihat. Cowok itu memejamkan mata dengan gemas.

"lah, kok lu yang disini?"

Chenle sontak membalik badan dengan kaget. Disana berdiri Ravella yang tampak bingung. Memandangnya, lalu ke hp. Memandangnya lagi, lalu ke hp.

"katanya Donghyuck, Jeno nunggu gua disini. Kok malah elu? Yakali Jeno berubah jadi monyet kea elu"

Chenle tersenyum manis dan memejamkan mata serta alis yang menukik. Ia melupakan fakta kalau cewek ini juga lumayan menyebalkan.

"gua yang nyariin elu, bukan Jeno. Dia salah info kali" ternyata boleh juga yah bantuan dari Haechan ini. Otw ps5 deh.

Cewek itu mengangguk lalu hendak pergi. Chenle dengan cepat berlari mengejar dan menahan cewek itu agar tak pergi.

"temenin gua disini mau ga?" tawarnya. Ravella memperhatikan kesekeliling atap sekolah yang tak terlalu panas karena cuaca yang mendung.

"gak ah, ntar kehujanan. Gua ke kelas aja"

Ravella hendak berbalik, tapi Chenle masih menahannya. "temenin gua bentar, gua butuh lo"

Ravella terdiam. Cewek itu menatap mata Chenle yang tampak... Sayu? Jangan jangan lagi sange?

"wow.. Okay. Calm down dude. Ga bakal macem macem kan?" Chenle hanya menjawab dengan gelengan.

Chenle membawa Ravella dengan menggenggam tangan cewek itu ke sebuah tempat duduk yang lumayan teduh karena rindangnya pohon yang tak terlalu besar. Pohon itu ditanam di atas sekolah agar tak merusak jalan yang di bawah. Di atas, pohon itu hidup dengan baik karena terkena langsung oleh hujan dan tertimpa cahaya matahari tanpa halangan.

Jangan lupakan sekolah mereka juga menanam beberapa buah yang cocok dengan cuaca yang ekstrem.

"duduk sini" Chenle menepuk lahan kosong yang teduh tepat di sisinya. Ravella pun duduk di sisi cowok itu dengan ragu.

"emang lo mau ap... Gasp!"

Ravella menahan pekikan saat Chenle tiba tiba memaksa kakinya agar bersila lalu cowok itu menaruh kepalanya dipaha Ravella.

"lo ngapain anj.. Kalo ada yang liat gimana?" Ravella celingak celinguk berjaga jaga jika ada yang datang.

Chenle terkekeh. Cowok itu menggeleng lalu menutup matanya sembari menikmati hilir angin sejuk yang membuai kulit.

Dear Ravella || Chenle (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang