Prolog

241 47 18
                                    

Seorang cewek berusaha mengejar seseorang yang sedang menjahilinya dengan mengancam bahwa dia akan menyebarkan gosip.

Ravella Xagrey Delton sedang mengejar Lee Donghyuck yang masih memeletkan lidahnya dengan usil.

Donghyuck masuk kedalam kelas lalu memeletkan lidahnya. "wle wle wle, gua sebarin nih yeee" kesal, akhirnya kesabaran Ravella habis. Cewek itu pun melepaskan sepatunya lalu melemparkannya pada Donghyuck.

Sialnya, lemparan sepatu mahal itu malah meleset dan mengenai vas bunya yang ada di jendela. Vas itu pun jatuh kebawah dengan cepat dari lantai 2 ke dasar.

Prangg
Bruk

Sekelas hening. Semua orang terdiam termasuk Donghyuck dan Ravella yang tadinya rusuh. Donghyuck dan Ravella berjalan menuju jendela lalu menoleh kebawah.

Disana sudah ada seorang cowok dengan kepala yang berdarah dengan tubuh terkapar di lantai sekolah yang dingin. Di lantai satu itu pun menjadi ramai dan orang orang mulai mengerumuni seseorang yang masih terkapar itu.

Ravella dan Donghyuck dengan cepat berlari mendekati cowok yang kepalanya berdarah itu. Anggota PMR membalik badannya dan terlihat jelas bahwa yang Ravella buat terluka adalah anak holang kaya.

Zhong Chenle.

Semua orang natap Ravella termasuk Donghyuck. "gu-gua... Ga sepenuhnya salah gua, a-ada Donghyuck juga kok ta...di?" Ravella menoleh kesana kemari. Donghyuck hilang.

Sial, cowok itu kabur?

Ravella memejamkan mata menahan kesal sekaligus pasrah pada kenyataan bahwa ia baru saja membuat seseorang terluka dan ia akan segera di omeli oleh kedua orang tua Chenle.

"oke, gua yang salah"

•••

Ravella memainkan jarinya dengan gugup. Bahkan keringat dingin dengan gumpalan besar mengalir di pelipisnya. Orang tua Chenle tak kunjung datang. Dokter juga belum keluar dari ruangan.

Apa dia bakal kena gegar otak? Apa dia bakal amnesia? Apa dia bakal minta ganti rugi gede? Dia bakal ngamuk? Dia bakal DO gua? Dia bakal...

Cklekk

Dokter keluar dari ruangan, Ravella pun refleks berdiri dengan wajah yang kian memucat. "gi-gimana kabar temen saya Dok?"

Dokter itu tersenyum manis lalu menepuk pelan bahu Ravella. "tenang aja, dia ga kenapa napa. Cuma kepalanya sedikit tergores dan luka karna pecahan vas. Dia juga ga lama sadar kok, lain kali hati hati ya?"

Dengan blo'onnya Ravella hanya mengangguk. Dokter pun berjalan pergi meninggalkan Ravella yang masih loading.

"jadi dia ga perlu dioperasi kan yak?"

Ravella memegang gagang pintu. Dia menarik nafas kemudian menghembuskannya guna mengumpulkan keberanian untuk menghadapi Zhong Chenle yang bisa saja melemparinya dengan barang barang.

Cklekk

"ha-halo.."

Tak ada jawaban. Ravella memasukkan sedikit kepalanya guna mengintip. Ah, dia masih dalam pengaruh obat bius. Buktinya masih terlelap.

Dengan hati hati Ravella menutup pintu lalu berjalan mendekati seorang cowok dengan sebagian kepala yang dilapisi dengan kain perban. Wajah cowok itu juga agak pucat, apa ia kehilangan banyak darah?

Ravella menahan panik saat mata sipit nan tajam itu perlahan terbuka dan memperlihatkan netra kelam yang sibuk menyesuaikan dengan cahaya ruangan.

"enghh" erangnya saat merasakan sedikit sakit di bagian kepala. Ravella berjalan semakin mendekat "lo gapapa?"

Chenle melirik seorang cewek dengan wajah panik serta bulir air yang mengalir di pelipisnya. "ck, buta?"

Ravella mengulum bibir kemudian mengangguk. "gu.. Gue minta maaf" hanya dengan satu kalimat itu, Chenle sudah menyimpulkan satu hal. Cewek ini yang melukainya dan yang membawanya kerumah sakit.

Sial.

"lo pikir kepala gua langsung sembuh dengan lo minta maaf?" Chenle bertanya dengan nada sinis yang sukses membuat Ravella semakin panik juga merasa bersalah.

Ravella menarik kursi lalu menangkup kedua tangannya bak berdoa di sisi ranjang Chenle. "pleasee. Gua bener bener ga sengaja Chen.. Gua bakal tanggung jawab okay? Gua bakal lakuin apapun supaya lu maafin gua. Gua bakal lakuin semuanya sampe lu sembuh, okey?"

Chenle hanya diam menyimak ucapan Ravella. "lakuin apapun sampai gua sembuh kan?"

Ravella menengadahkan kepalanya kemudian mengangguk antusias dengan wajah gembira. "iya iya iya, gua bakal lakuin semuanya"

Chenle tersenyum hingga deretan gigi putih rapinya terlihat. "fix lo jadi babu gua tanpa gaji. Deal?"

Ravella kembali mengulum bibir lalu menurunkan tangannya dan menjabat tangan Chenle yang tidak di infus. "iyah.. Deal" ucapnya dengan lemas.

Kawan kawan, mari bersama kita doakan kekuatan mental Ravella.




Dear Ravella


Dear Ravella || Chenle (END) Where stories live. Discover now